HOT NEWS POLITIK TRENDING

Makin Intens Jumpa Prabowo, Jokowi Mau Amankan Sekoci Usai Lengser?

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
Makin Intens Jumpa Prabowo, Jokowi Mau Amankan Sekoci Usai Lengser?


DEMOCRAZY.ID - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dipanggil ke istana oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (10/7). Pertemuan empat mata hampir tiap pekan itu sudah dilakukan keduanya sejak Juni 2023.


Tanggal 26 Juni kedua sosok yang pernah bertarung di Pilpres 2014 dan 2019 itu juga melakukan pertemuan itu di istana negara, Jakarta. Kemudian tanggal 18 Juni di Bogor, 9 Juni di Jakarta dan 25 Mei di istana Bogor. 


Jokowi mengatakan Prabowo memang minta bertemu karena ada masalah penting. Menurut Jokowi, salah satu pembahasan dalam pertemuan itu adalah politik.


Pengamat Politik Universitas Andalas, Asrinaldi menilai pertemuan Prabowo dan Jokowi di presiden bukan pertemuan biasa. 


Dia menyebut topik yang dibicarakan mereka bisa jadi lebih dari sekadar hubungan menteri dan presiden.


Asrinaldi menilai pertemuan yang intens dan tertutup itu merupakan sinyal Jokowi mendukung Prabowo yang notabene adalah calon presiden (capres) dari Gerindra untuk Pilpres 2024.


Meski Jokowi berasal dari partai PDIP pengusung Ganjar Pranowo, kata Asrinaldi, hal tersebut bisa saja terjadi. 


Menurut Asrinaldi, sinyal dukungan itu masuk akal lantaran Prabowo saat ini masuk ke dalam barisan kabinet Jokowi.


Komunikasi Jokowi ke Prabowo juga dinilai lebih mudah ketimbang dengan Ganjar Pranowo karena ada hubungan menteri dan presiden. 


Selain itu, Prabowo dianggap bisa meneruskan apa yang Jokowi lakukan selama berkuasa.


"Yang pertama adalah tentang keberlanjutan program pembangunan. Kedua bisa tentang proyek strategis bahkan agenda agenda yang kita tidak tahu, di balik itu perlu ada keberlanjutan dan pengamanan dari presiden selanjutnya," kata Arinaldi, Senin (10/7).


"Mudah dilakukan Jokowi karena Prabowo yang aktor langsung berbeda dengan ganjar yang petugas partai di atas Ganjar kan ada Ketum PDIP Megawati," lanjutnya.


Belum lama ini, Prabowo secara terang-terangan menyatakan siap meneruskan apa yang sudah dirintis Jokowi. Hal itu dia ungkapkan dalam pidato konsolidasi akbar se-Tangerang Raya, Minggu (9/7).


Asrinaldi melihat pernyataan itu adalah bagian dari komunikasi massa Prabowo dan menunjukkan komitmen dan kelanjutan apa yang dicapai presiden hari ini.


"Dan itu ditunjukkan dan di-record oleh publik dan media. Sehingga itu bagian komitmen pak Prabowo. Sehingga dengan ada komitmen itu pak Jokowi yakin di depan publik Prabowo akan melanjutkan agenda agenda Jokowi," ujarnya.


Suara pendukung Jokowi pindah ke Prabowo


Asrinaldi meyakini dukungan Jokowi ke Prabowo itu termanifestasi lewat peralihan suara yang dulu didapat saat Pilpres 2019 dan 2014. 


Pada Februari lalu, Jokowi Mania alias Joman mendeklarasikan diri akan mendukung Prabowo di Pilpres 2024.


"Saya yakin kalau pendukung eks pendukung Jokowi itu sudah berkomunikasi dengan Jokowi. Tentu ada sinyal dari Jokowi untuk siapa capres yang didukung. Bisa jadi apa yang ditunjukkan eks pendukung Jokowi itu bagian statement dari Jokowi kepada mereka," ucapnya.


Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, pada periode survei Januari 2023, pemilih Jokowi yang mendukung Prabowo sebanyak 21 persen, meningkat menjadi 26,2 persen pada survei Mei 2023.


Sinyal lainnya juga didapati dari kedekatan putra pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dengan Prabowo. Gibran sempat dipanggil oleh PDIP setelah bertemu dengan Prabowo. Namun, setelah pemanggilan itu, Gibran masih bertemu dengan Prabowo.


"Sekarang beberapa kalau pertemuan dilanjutkan. Artinya arah dukungan pendukung Jokowi itu ke pak Prabowo. Ini mungkin komunikasi awal Gibran," katanya.


Sekoci Jokowi usai 2024


Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto menilai Jokowi sebagai kader PDIP dianggap masih solid untuk mendukung Ganjar Capres. 


Arif membaca ada dua kemungkinan alasan Jokowi dekat dengan Prabowo. Kemungkinan pertama yaitu untuk melemahkan lawan Ganjar.


Pendukung Prabowo dengan capres lain yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dinilai ada pada ceruk yang sama.


Arif menyebut Anies sudah kadung dilihat sebagai oposisi dari pemerintahan sekarang, sehingga endorsement Jokowi ke Prabowo bisa mengurangi suara kepada Anies.


"Kemungkinan kedua, Jokowi memang menjadikan Prabowo sebagai sekoci untuk menyelamatkan keberlanjutannya usai lengser. Negosiasi politik dengan Prabowo mungkin akan mudah dilakukan dengan Prabowo ketimbang dengan Anies," kata Arif, Selasa (11/7).


Arif menilai dengan situasi politik sekarang, belum ada yang bisa menjamin siapa yang akan jadi pemenang Pilpres 2024. Arif mengatakan situasi saat ini berbeda dengan Pilpres 2019.


Saat itu, kata Arif, kemenangan Pilpres sudah bisa diprediksi kuat akan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Oleh sebab itu, kata Arif, bisa jadi Prabowo masuk ke dalam opsi Jokowi.


"Kalau dibandingkan dengan 2009, orang bisa dengan mudah 'SBY akan menang.' 60 persen di tangan SBY saat itu," kata Arif.


"Kalau dengan situasi saat ini, artinya kalau Anda mau melakukan investasi politik, Anda harus memastikan investasi itu harus berbuah di 2024. Itu artinya Anda harus menanam investasi pada lebih dari 1 calon dan pilihan yang realistis bagi Jokowi 2 itu, Prabowo atau Ganjar," lanjutnya.


Menurut Arif, Jokowi pasti tidak ingin kekuasaan dan keuntungannya saat ini berhenti setelah 2024. 


Arif menyebut Jokowi akan memilih orang-orang yang berpotensi besar menguntungkan juga dirinya.


"Yang kira-kira dia akan berharap bahwa usai 2024 dia tidak mengalami paceklik gitu. Dia masih bisa panen dari hasil investasi politik dia selama 2 periode terakhir," ucap dia.


"Seandainya salah satu dari keduanya menjadi presiden di 2024, Jokowi sama sekali tidak sama sekali grid kekuasaannya," imbuhnya.


Cawe-Cawe Jokowi problematik


Arif berpendapat cawe-cawe Jokowi ini problematik dari segi kepantasan politik jika benar-benar mendukung Ganjar. Pertama, Jokowi merupakan kader PDIP yang sudah jelas mengusung Ganjar sebagai capres.


Kedua, Jokowi masih menjabat sebagai presiden. Dia berpandangan seorang presiden tak seharusnya memperlihatkan dukungan terhadap salah satu capres.


"Memang problematik dari segi kepantasan politik. Tapi saya pikir Jokowi tahu pada level mana dia harus bermain," ujarnya.


Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Andalas, Asrinaldi menilai Jokowi justru terlalu vulgar memperlihatkan sinyal dukungannya kepada Prabowo. Dia pun mengingatkan agar Jokowi lebih elegan dalam mendukung salah satu capres.


"Tidak perlu dinyatakan secara statement 'saya orang politik harus menunjukkan dukungan.' Ya boleh setiap orang paham tapi bukan ditunjukkan seperti itu. Itu seakan menunjukkan ke publik dia itu bukan presidennya Indonesia atau presidennya seluruh kelompok tapi presiden suatu kelompok," jelas dia.


"Kita tidak tahu ya, mungkin dengan cara itu presiden jokowi menyatakan beliau adalah kingmaker sejati, orang harus tunduk dan memahami apa yang beliau lakukan. Sebagai individu sih oke tapi sebagai kepala pemerintahan enggak," imbuhnya. [Democrazy/CNN]

Penulis blog