AGAMA ISLAMI POLITIK TRENDING

Lagu 'Lailahaillallah' Dituding Jual Ayat, Rhoma Irama Dipanggil MUI

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
ISLAMI
POLITIK
TRENDING
Lagu 'Lailahaillallah' Dituding Jual Ayat, Rhoma Irama Dipanggil MUI


DEMOCRAZY.ID - Raja dangdut Rhoma Irama menceritakan banyak kisah tantangan dakwah di jalur musik yang dihadapinya. 


Kisah itu dia sampaikan saat hadir dalam acara Kongres Budaya Umat Islam Indonesia sebagai rangkaian Milad ke-48 Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada Rabu 26 Juli 2023.


Saat bercerita, Rhoma yang berpenampilan serbaputih itu sempat terdengar isakannya. Sejenak dihentikannya cerita, lalu dilanjutkan. 


Pengalaman tak terlupakan adalah ketika ia mengucapkan assalamualaikum di pentas musik di Ancol, Jakarta, sebelum mendendangkan lagu.


Ucapan salam masih tabu kala itu. Rhoma pun dilempari sandal dan lumpur dari arah penonton. Teriakan bernada cemooh terdengar jelas, "Hoy, bukan masjid," "Hoy, bukan majelis taklim." 


Rhoma sadar, dakwah lewat musik ini memang sulit dan banyak yang mengusik, sampai harus lebih dulu menelan pil pahit. 


Namun, dia tak gentar. Rhoma melangkah lagi dengan mendeklarasikan Soneta Group sebagai The Voice of Moslem pada 13 Oktober 1973. 


Lahirlah kemudian lagu "Lailahaillallah", sebuah lagu yang dimulai dengan pembacaan surah al-Ikhlas. Lirik dimulai dengan "Katakan Tuhan itu satu, Tuhan tempat menyembah ...."


Setelah lagu itu tersebar luas, media massa, seperti koran dan majalah, ramai-ramai memberitakannya. Rhoma dianggap mendendangkan Alquran. 


Ada pula yang menyebut Rhoma menjual ayat Alquran. Lagu itu memicu kontroversi sampai Rhoma dipanggil Majelis Ulama Indonesia yang saat itu diketuai KH Syukri Ghozali.


"Berkumpullah para ulama, berkumpullah wartawan-wartawan. 'Coba perdengarkan itu lagu yang Anda mendendangkan Alquran, yang menjual agama,' dan sebagainya," kata Rhoma meniru perkataan Kiai Syukri.


Diputarnya lagu "Lailahaillallah" dengan intro pembacaan surah al-Ikhlas. Tanpa musik. Hanya ada efek angin. 


Barulah masuk pada alunan musik gitar "pam pam bam bam bareram", kemudian lirik "Katakan Tuhan itu satu, Tuhan tempat menyembah dan tempat meminta".


Mendengar lagu tersebut, Kiai Syukri merespons dengan berkata, "Bang haji, kalau seperti ini, silakan bikin yang banyak."


Mendengar lagu tersebut, Kiai Syukri merespons dengan berkata, "Bang haji, kalau seperti ini, silakan bikin yang banyak." Rhoma merasa mendapatkan dukungan dari MUI untuk berdakwah di jalur musik. 


"Itulah pertama kali saya mendapat dukungan dari MUI untuk dakwah melalui lagu," kata Rhoma. Sejak itu, Rhoma terus membuat lagu-lagu yang bersumber dari Alquran dan hadis untuk berdakwah.


Suatu ketika, pada tahun 1990-an, dia pernah ke Amerika Serikat karena mendapatkan undangan dari University of Pittsburgh, Pennsylvania. Keberangkatannya dalam rangka menghadiri agenda International Conference on Islam and Popular Culture in Indonesia and Malaysia. 


"Saat itu Amerika membuat itu, kita baru sekarang nih. Artinya mereka menyadari bahwa ternyata dakwah dalam musik itu efektif," ujar Rhoma.


Apresiasi untuk Rhoma Irama datang dari banyak orang. Itu karena lagu-lagunya yang berisi begitu banyak pesan kebaikan dalam Islam. 


Bahkan, suatu kali, di sela-sela syuting film Menggapai Matahari, Rhoma pernah ditemui oleh seseorang yang ternyata adalah dosen bahasa Inggris di Universitas Airlangga.


"Ada seorang parlente mencari seseorang, begitu lihat saya, dia menuju ke saya, 'Are you Rhoma Irama?', 'Yes i am'. Saya berdiri, langsung dipeluk sama dia. 'You are my teacher.' Kaget banget saya dibilang 'You are my teacher'," cerita Rhoma.


Rhoma bertanya kepada dosen tersebut soal alasan memanggil dirinya sebagai guru. Si dosen menjawab, "Mister Rhoma, saya ini guru bahasa Inggris di Universitas Airlangga Surabaya. 


Perjalanan hidup saya selama ini banyak terinspirasi dari lagu lagu Anda, dan banyak problematika kehidupan saya solusinya ada dalam lagu-lagu Anda."


Pada tahun 1980-an, seorang sosiolog dari Ohio University, AS, menemui Rhoma tiga kali berturut-turut untuk menulis sebuah tulisan berjudul "Rhoma Irama and The Dangdut Style".


Sosiolog itu membandingkan Rhoma Irama dan Mick Jagger. Menurut dia, perbedaan keduanya ialah Mick Jagger punya penggemar, tapi Rhoma Irama punya pengikut. 


Mick Jagger digemari karena musik, lagu, dan penampilan, sedangkan Rhoma tidak hanya digemari, tapi menjadi teladan dan lirik lagunya diikuti. "Ternyata the power of music can change," tutur Rhoma.


Pernah pula dia ditanyai oleh rektor Universitas Tokyo Jepang soal alasan memuat berbagai hal religi, sosial, dan politik ke dalam lagu. 


Secara spontan Rhoma menjawab, "Because music is not just for fun. It has responsibility to Allah and human beings."


Kata-kata itu kemudian ditempel di markas Soneta Group dan menjadi tagline. Rhoma mengatakan, musik bisa membuat manusia menjadi baik dan bisa membuat manusia menjadi tidak baik. 


"Pengaruh musik ini luar biasa, maka tentu ada pertanggungjawaban kepada Allah dan manusia," kata dia.


Sumber: Republika

Penulis blog