DEMOCRAZY.ID - Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia, Saiful Anam, menilai Presiden Jokowi kebingungan untuk mencari investor yang mau berinvestasi di proyek pembangunan Ibukota Negara (IKN).
Hal tersebut ia sampaikan saat menanggapi kunjungan Presiden Jokowi menemui Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
“Saya lihat Jokowi sedang kebingungan mencari investor demi terpenuhinya keinginan membangun IKN,” ujar Saiful, Minggu (30/7).
Saiful mengatakan perjalanan Jokowi kebingungan dalam mencari investor itu akan dicatat publik.
Mampukah Jokowi mendapatkan investor yang benar-benar dapat diandalkan untuk membangun IKN.
“Dari dulu kan Jokowi tidak pernah jelas siapa sebenarnya investor besar IKN, mulai dari Arab, China, hingga Jepang. Namun semua tidak jelas kelanjutannya. Jangan sampai publik bosan dengan isu-isu yang tak jelas terkait investor IKN. Publik akhirnya akan berpikir bahwa Jokowi nol persen dalam proses pencarian investor IKN,” ungkap Saiful.
Akademisi Universitas Sahid Jakarta itu juga meyakini, investor tidak terlalu respek kepada Jokowi, terlebih kekuasaannya sebentar lagi selesai.
Investor tentu berpikir berjuta-juta kali untuk menginvestasikan dananya, apalagi proyek sebesar IKN.
“Jokowi kan sebentar lagi selesai masa jabatannya. Investor bisa jadi ketakutan, karena belum tentu apa yang jadi programnya dilanjutkan penggantinya. Tentu berpikir panjang untuk menanamkan modal, apalagi programnya IKN,” pungkas Saiful.
Untuk diketahui, sampai saat ini Jokowi selalu mengajak investor untuk investasi di IKN.
Padahal, di dalam negeri sendiri pembangunan IKN ini tidak sepenuhnya mendapat persetujuan dari masyarakat.
Apalagi melihat gaya Jokowi yang telah banyak melakukan pembangunan infrastruktur yang ujung-ujungnya telah menambah pendapatan masyarakat alias pembangunan infrastruktur yang massif di masa pemerintahan Jokowi tak berefek peningkatan perekonomian rakyat.
Investor IKN Ragu Gara-Gara Banyak Proyek Berakhir Mangkrak
Pengalaman mangkraknya sejumlah proyek yang direncanakan pemerintah menjadi salah satu faktor dua konsorsium berencana urung menjadi investor pembangunan ibukota negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.
Begitu pendapat Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, saat dihubungi, Selasa (29/3).
Bhima menjelaskan, mundurnya perusahaan keuangan multinasional asal Jepang, Softbank, bukan satu-satunya sebab dua konsorsium yang belum diungkap namanya tersebut membatalkan menanamkan modalnya di megaproyek rezim Presiden Joko Widodo ini.
"Menarik kerjasama investasi tentu tidak mudah. Bukan saja karena efek softbank mundur, tapi keraguan investor juga muncul karena banyak faktor fundamental," ujar Bhima.
"Pengalaman komitmen investasi di luar dari konteks IKN tidak sedikit yang mangkrak, bahkan macet dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, apalagi menarik investasi sebesar IKN," sambungnya.
Selain itu, Bhima juga melihat pasca mundurnya Softbank banyak investor yang ragu berinvestasi di IKN lantaran instrumen persiapan pemindahan ibukota negara dianggap belum matang oleh para investor. Di samping itu juga ada faktor global.
"Karena belum jelasnya proposal teknis dan jaminan penduduk IKN dalam jangka panjang. Situasi konflik di Ukraina juga membuat risiko berinvestasi di proyek infrastruktur cenderung meningkat," demikian Bhima. [Democrazy/TP]