HOT NEWS TRENDING

Dibantai di Era Jokowi, Aryanto Penemu Nikuba Dulu Diapresiasi hingga Presentasi di Depan SBY

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
TRENDING
Dibantai di Era Jokowi, Aryanto Penemu Nikuba Dulu Diapresiasi hingga Presentasi di Depan SBY


DEMOCRAZY.ID - Jauh sebelum viral di media sosial karena mengaku tak butuh pemerintah karena karyanya Nikuba diremehkan, Aryanto Misel telah dikenal sebagai inovator sejak lama.


Pria lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) itu diketahui telah menghasilkan ribuan karya inovatif di laboratorium rumahnya.


Bahkan, atas pencapaiannya, Aryanto pernah dipanggil Presiden Republik Indonesia keenam, Susilo Bambang yudhoyono (SBY).


Dihadapan SBY, Aryanto mempresentasikan sejumlah hasil karyanya. Pertemuannya itu bermula ketika dirinya menemukan cairan anti api, bahan bakar organik hingga bola lampu tanpa listrik.


Bikin Cairan Anti Api dari Kulit Singkong


Dikutip dari Kompas.com, saat pemerintah pusing mencari solusi kebakaran hutan di Tanah Air, diam-diam sejak satu dekade lalu, Aryanto Misel (60) telah menemukan cara sederhana mengurangi bencana kemanusiaan itu. 


Bermodalkan kulit singkong plus sentuhan inovasi, Aryanto mencoba menjadi bagian kecil dari solusi masalah menahun tersebut. 


Aryanto tiba-tiba mengambil gas portabel ketika menerima tamu, di kediamannya, di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, awal Januari lalu.  Papan berukuran 30 sentimeter (cm) x 5 cm juga digenggamnya.  Belum ada penjelasan tentang itu.


Api super panas berwarna biru dari gas portable sontak ia semburkan ke papan yang ada di tangan kanannya.  Para tamu semakin kaget. 


Ajaib, papan berukuran 30 sentimeter (cm) x 5 cm itu tak terbakar.  Aryanto lalu mengulanginya selama beberapa menit.  Semburan api tanpa jarak itu sama sekali tak melumat papan. 


Api tak hinggap, apalagi menembus papan. Hanya bekas hitam yang tersisa di permukaan papan.  Saat disentuh, terasa hangat.  Aroma aneh tercium, seperti sebuah minyak pelumas kendaraan bermotor. 


“Ini Ko Hi HPA, minyak antiapi,” ucap Aryanto diikuti batuk. 


Dalam bahasa Jepang, lanjutnya, Ko Hi dapat diartikan antirambat api.  Adapun HPA akronim dari hasil penamaan yang diberikan Aryanto sendiri.  Suaranya masih serak saat ditemui. 


Itu “oleh-oleh” setelah diserang kepulan asap dari kebakaran hutan di Kalimantan Timur, November 2015 lalu.  Ketika itu, api setinggi dua meter berada sekitar 300 meter di hadapannya. 


“Ini saatnya membuktikan ramuan kulit singkong,” bisik Aryanto dalam hati. 


Sekat bakar lalu dibuat.  Ilalang, ranting pohon, dan rerumputan ditumpuk memanjang membentuk garis batas mengelilingi areal kebakaran. 


Namun, sekat bakar belum mampu menghalau si jago merah kala angin kencang.  Aryanto lalu menyemburkan cairan anti api yang ia buat sendiri di sekat bakar.  Alhasil, hanya sedikit sekat bakar yang dilahap api. Kebakaran pun tak menjalar lebih luas. 


Dijual ke perusahaan 


Menakjubkan! Begitulah tanggapan beberapa orang dari PT Triputra Agro Persada yang mulai memanfaatkan penemuannya tersebut. 


“Saya juga kaget. Ternyata bisa,” ujar Aryanto. 


Sebelumnya, Aryanto dipanggil untuk memaparkan penemuannya tersebut ke perusahaan yang bergerak di bidang kelapa sawit dan karet berskala nasional itu. 


Perusahaan itu mendapatkan info penemuan Aryanto dari internet.  Ketika itu, ia bersaing dengan sebuah perusahaan yang juga menawarkan cairan antiapi. 


“Tapi, penemuan saya yang dipilih karena lebih ekonomis,” ucapnya. 


Untuk per liter, ia memasarkan Rp 10.000.  Setiap liter dapat mengamankan wilayah 10 meter persegi dari terjangan api.  Dalam setahun, ia melepas sekitar 7 ton cairan antiapi itu. 


Ia pun membuka pekerjaan baru bagi beberapa tetangganya untuk mengolah kulit singkong.  Limbah yang diambil dari sekitar Cirebon itu akhirnya berbuah manfaat. 


Selain digunakan memadamkan api saat kebakaran hutan, penemuannya juga dipakai untuk mencegah kebakaran rumah.  Produk itu telah dikirim ke luar Cirebon, seperti Jakarta. 


Cairan antiapi itu mampu meresap 1 sentimeter ke benda yang dioleskan, sehingga api tak merambat. 


Pembuatan cairan antiapi 


Cairan antiapi itu dibuat dari kulit singkong yang digiling sampai halus.  Terdapat zat potasium dalam kulit singkong yang dapat menstabilkan berbagai senyawa, seperti sitrat yang mengakibatkan reaksi kimia sehingga api mati. 


“Saya hanya belajar dari buku tentang Kimia dan Fisika. Itu kesukaan saya. Dan, terus mencoba mempraktikkannya,” ujarnya. 


Resep penemuannya bahkan telah dibeli sebuah perusahaan di Jepang dengan harga sekitar Rp 700 juta.  Saat itu, ia membutuhkan uang untuk membuat karya lainnya sehingga terpaksa menjual karyanya. 



[Democrazy/Tribun]

Penulis blog