HOT NEWS POLITIK TRENDING

Sebut Para Buzzer Jokowi Belum Dapat Bayaran, Denny Indrayana: Mereka Kini Sedang Murka!

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
Sebut Para Buzzer Jokowi Belum Dapat Bayaran, Denny Indrayana: Mereka Kini Sedang Murka!


DEMOCRAZY.ID - Pakar Hukum Tata Negara Prof Denny Indrayana kembali melakukan serangan ke kubu pemerintah atau Presiden Joko Widodo dengan pernyataannya, di saat merayakan Lebaran Haji di Australia.


Kali ini, Denny Indrayana menyindir para pegiat media sosial pendukung pemerintah atau Presiden Jokowi atau buzzer Jokowi yang disebutnya BuzzerRp, saat ini sedang marah dibakar angkara murka.


Sebab kata Denny Indrayana, para buzzer Jokowi tersebut atau BuzzeRp itu, sampai kini belum juga menerima bayaran dari pemerintah atau dana yang dijanjikan kepada mereka belum juga turun sampai saat ini.


“Hari ini diundang open house lebaran di rumah Pak Ali, Deer Park, Melbourne. Bakar sate dan lambchop, maknyuss! Sebenarnya pengen bakar yang lain juga, tapi hati para BuzzerRp kelihatannya sudah hangus dibakar angkara, sedang dana belum turun juga. Buktinya? Lihat komentar di bawah. Hehehe,” ujar Denny di akun Twitternya @dennyindrayana, Rabu (28/6/2023).


Denny juga menyelipkan video dirinya sedang membakar sate.


“Sate apa ini Pak Ali? Kambing. Ini Lebaran Idul Adha, jadi kita harus bakar kambing,” ujar Denny di video sambi bercengkerama dengan beberapa orang.


“Selamat Hari Raya Idul Adha, sambil menikmati sate. Sambil bersilahturahim,” kata Denny.



Eks Danjen Kopassus: Rezim Ini Memelihara Buzzer untuk Memecah Belah!



Rezim Joko Widodo (Jokowi) memelihara buzzer untuk memecah belah sesama anak bangsa sehingga tidak fokus mengawasi kebijakan pemerintah yang salah.


“Legitimasi pemerintah sekarang ini sudah enggak ada di mata rakyat kecuali di mata buzzer peliharaan mereka dan memang setahu saya sejak hidup di negara ini, hanya rezim ini yang memelihara buzzer untuk memecah belah,” kata mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko di Channel YouTube MimbarTube berjudul “Pernyataan Panas Jenderal (Purn) Soenarko, Rezim Ini Melakukan Makar? Saatnya Rakyat Melawan”


Soenarko juga menyoroti Presiden Jokowi yang sudah tidak mendapat legitimasi dari rakyat di mana ada suara dari masyarakat yang meminta mantan Wali Kota Solo itu mengundurkan diri


“Saya ingat kata-kata Mahfud MD sebelum dia jadi menteri. Kata Mahfud itu boleh kalau legitimasi seorang pemimpin sudah enggak ada di mata rakyat untuk mengundurkan diri. 


Sekarang nggak punya malu sudah disuruh turun disuruh gini masih malah seenak perutnya mau memperpanjang masa jabatannya. Ini kan namanya makar. Kalau dia mau makar rakyat juga boleh kan makar,” jelasnya.


Dalam menghadapi rezim ini, Soenarko mengajak semua pihak untuk melakukan edukasi terhadap rakyat melalui media sosial. 


“Melalui media sosial kita melakukan edukasi kepada rakyat supaya ngerti terhadap haknya yang udah dizalimi ini,” papar Soenarko.


Sebut BuzzeRp Layaknya Makhluk Pemakan Bangkai, Mantan Danjen Kopassus: Kerjaan Mereka Nyerang Kelompok Islam!


BuzzerRp merupakan makhluk pemakan bangkai yang pekerjaanya melakukan fitnah dan adu domba.


“BuzzerRp itu makhluk-makhluk pemakan bangkai, pemakan sampah, pekerjaannya membully orang, memfitnah orang, adu domba,” kata mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko dalam acara bersama wartawan senior Edy Mulyadi.


Kata Soenarko, buzzerRp menyerang kelompok Islam dan melakukan adu domba antar umat beragama. 


“Kelompok-kelompok Islam yang diserang. Saya muslim merasakan betul diadu domba. BuzzerRp yang beragama Islam tidak jelas agamanya, orang yang beragama dilarang memfitnah orang,” kata Soenarko.


Ia menilai motivasi menjadi buzzerRp lebih didasarkan kebutuhan makan. 


“Sudah tidak rahasia umum yang menggunakan buzzerRp. Ada anggaran negara yang digunakan untuk buzzerRp,” ungkapnya.


Melalui akun Twitter pribadinya, Rizal Ramli mengatakan, para BuzzerRP tersebut sengaja dipelihara oleh pejabat-pejabat yang miskin prestasi dan juga koruptor.


Bahkan menurut Rizal Ramli, kondisi negara Indonesia yang dipenuhi BuzzerRP merupakan sampah demokrasi yang sesungguhnya.


“Inilah sampah demokrasi, yang dibayar oleh pejabat2 minim-prestasi dan koruptor,” ujarnya.


Banyaknya BuzzerRP yang dipelihara rezim, dikatakan Rizal Ramli semakin membuat mayoritas bangsa Indonesia menginginkan perubahan dan perbaikan.


Namun, keinginan akan perubahan dan perbaikan itu menurut Rizal Ramli tidak akan pernah terjadi karena gerakan bangsa yang tidak terorganisir dan tidak masif.


“Mayoritas bangsa kita ingin perubahan dan perbaikan, tapi reaksi-nya sporadik, tidak terorganisir dan tidak masif,” katanya.


Oleh karena itu, Rizal Ramli mengajak masyarakat Indonesia yang menginginkan perubahan dan perbaikan untuk turut serta bergerak secara masif di media sosial.


Dahlan Iskan: Persepsi Yang Dibangun Buzzer di Medsos Bisa Kalahkan Fakta!



Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, meminta publik untuk mewaspadai persepsi yang dibangun di media sosial (medsos). 


Menurutnya, persepsi tersebut bisa mengaburkan kebenaran atau fakta yang ada.


Apalagi, kata Dahlan, persepsi di medsos bisa diatur lewat mesin. Persepsi itu yang pada akhirnya bisa menggiring opini publik.


"Persepsi ini kadang dibangun bukan sama orang tapi mesin. Ada seseorang disebut korupsi Rp 19 triliun, itu tidak masuk akal karena dia tidak memegang uang sebanyak itu. Itu tidak penting karena yang penting persepsi yang dibangun," kata Dahlan saat acara Jakarta Marketing Week 2023, Minggu (18/6).


"Dan yang kena sasaran itu mencoba menjelaskan yang sangat jelas, tidak ada gunanya. Karena yang menerima penjelasan ini bukan manusia tapi mesin," tambahnya.


Dahlan mengakui tidak mudah melawan mesin di medsos yang dibuat untuk membangun persepsi. 


Ia merasa orang-orang akan lebih memilih persepsi yang sudah terbangun dibandingkan fakta sebenarnya.


"Biasanya fakta itu membosankan dan persepsi menarik. Kita semua menghadapi itu, rektor menghadapi itu, apakah marketing menghadapi itu? Karena marketing membangun persepsi secara masif dan bertubi-tubi," ujar Dahlan. 


Dahlan menuturkan tidak mudah melacak mesin, termasuk buzzer yang membangun persepsi di medsos. 


Ia menyebut sudah ada penelitian tentang buzzer tapi belum bisa mengungkap detailnya


"Siapa sebetulnya buzzer, linknya ada berapa tingkat, misalnya yang punya membayar siapa. Sehingga tidak bisa dilacak siapa yang punya uang buzzer itu karena disconnect linknya. Ini tantangan baru terutama bagi orang-orang yang menegakkan keadilan dan kebenaran," tutur Dahlan. [Democrazy/SuaraNasional]

Penulis blog