EDUKASI HOT NEWS POLITIK TRENDING

Presiden Jokowi: Sulitnya Lulusan S2, Harusnya Jadi Guru Malah Tukang Sapu

Democrazy News Indonesia
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
EDUKASI
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
Presiden Jokowi: Sulitnya Lulusan S2, Harusnya Jadi Guru Malah Tukang Sapu


DEMOCRAZY.ID - Presiden Jokowi menyebut banyak lulusan S2 guru yang kesulitan mencari kerja dan harus beralih profesi sebagai tukang sapu. 


Ia mengatakan kondisi ini terjadi di sebuah negara yang tidak bisa mengelola puncak bonus demografi yang berimbas kepada pengangguran yang merajalela.


"Saya lihat, saya baca di berita ini di negara lain yang saking sulitnya mencari kerja di lulusan S2, yang seharusnya menjadi guru saat ini menjadi tukang sapu. S2, lho," ungkap Jokowi dalam peluncuran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Kamis (15/6).


Jokowi bercerita, di suatu negara di Afrika mengalami lonjakan pengangguran hingga 33,6 persen dalam 7 tahun setelah puncak bonus demografi. 


Hal ini terjadi lantaran pemerintah yang tak bisa mengelola peluang puncak bonus demografi dengan baik.


"Saya tidak usah sebut negaranya mana tapi saya yakin bapak ibu tau. dan kita tak ingin terjadi seperti itu. Oleh sebab itu kita harus bekerja keras memanfaatkan peluang ini," ujar Jokowi.


Jokowi mengatakan pada 2030 Indonesia akan menghadapi fenomena bonus demografi yang terjadi satu kali dalam peradaban bangsa. 


Pada saat itu, Jokowi memperkirakan total penduduk Indonesia tumbuh 68,3 persen dari total penduduk berusia produktif.


Jokowi menyebut, fenomena ini bisa menjadi bencana bagi Indonesia jika pemerintah tidak bisa mengelolanya. 


Jika pengelolaan tidak bisa dilakukan dengan baik, maka terjadi lonjakan pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan.


“2030-an kita akan mengalami puncak bonus demografi. 68,3 persen total penduduk Indonesia berusia produktif yang ini terjadi hanya 1 kali dalam peradaban bangsa. Bisa jadi peluang, bisa juga bencana kalau kita tidak bisa mengelolanya,” kata Jokowi.


Ia menyebut pemerintah harus memiliki rencana taktis dengan visi taktis agar dapat berkompetisi dengan negara lain. 


Namun, ia memastikan bahwa Indonesia memiliki rencana yang lebih taktis dan lebih detail.


Jokowi menyebut pemerintah tidak boleh lagi menggunakan istilah absurd seperti pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan. 


Sebab, membawa kapal besar menuju Indonesia Emas di 2045 harus dilakukan secara detail dan tepat sasaran.


“Enggak bisa lagi kita kaya dulu-dulu memakai istilah yang absurd, pengembangan apa itu pengembangan, penguatan apa itu penguatan, pemberdayaan. Harus to the point, harus taktis apanya,” tegas Jokowi.


Ia memperkirakan pada 2045, produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai di kisaran USD 23.000 hingga USD 30.300. Angka itu melonjak tajam dibanding PDB saat ini yang mencapai USD 5.030. [Democrazy/kumparan]