HOT NEWS POLITIK TRENDING

Politisi PDIP Bongkar Fakta SBY Sebenarnya Menteri Kesayangan Mega: Dialah Yang Merekrut

Democrazy News Indonesia
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
Politisi PDIP Bongkar Fakta SBY Sebenarnya Menteri Kesayangan Mega: Dialah Yang Merekrut


DEMOCRAZY.ID - Politisi PDIP Deddy Sitorus mengaku tak terlalu sepakat dengan diksi rekonsiliasi antara dua mantan presiden SBY dan Megawati Soekarnoputri yang tengah didorong belakangan.


Sebab menurutnya, SBY dan Mega sebenarnya tidak ada konflik di antara keduanya. Deddy justru menyebut kedua belah pihak hanya pembekuan hubungan yang terjadi sejak 20 tahun terakhir.


Menurut Deddy, sebenarnya SBY dahulu merupakan menteri kesayangan Mega. Hal itu terbukti dalam sejumlah hal.


"Kita semua ingat Bu Mega-lah yang merekrut Pak SBY untuk menjadi Menkopolkam pada waktu itu, dan Pak SBY itu merupakan salah satu menteri kesayangan Bu Mega," kata Deddy disitat Dua Sisi, Jumat 23 Juni 2023.


Kata Deddy, hanya SBY-lah yang mendapat anggaran APBN untuk pembangunan fisik ketika itu. Sebab pada saat Mega berkuasa, Indonesia tengah dihantam krisis ekonomi.


"Krisis sangat berat. Semua belanja negara dicut habis-habisan. Dan SBY dapat privilage ketika itu," katanya. 


Kemudian saat Pemilu 2024 kalah, Mega lalu memikirkan untuk mengambil langkah konsolidasi ke dalam. 


Ketika itu dia ingin menertibkan PDIP, melakukan kaderisasi kembali, dan memilih berada di luar pemerintahan.


Hal itu dilakukan agar Mega dan PDIP bisa fokus dalam hal membangun kekuatan saat SBY memimpin sebanyak dua periode.


"Bahkan ketika Pak SBY menawarkan ke PDIP masuk kabinet, Ibu Mega bilang kita masih konsolidasi dan kami masih tetap ingin menjadi penyeimbang."


Hal yang sama kemudian diambil oleh SBY ketika PDIP dan Jokowi menang dua periode. 


SBY memilih berada di luar pemerintahan. Kata Deddy, sejatinya tidak ada konflik yang terjadi antara SBY dan Mega.


Adapun yang terjadi dan kerap diberitakan oleh media, hanya sekadar riak-riak pribadi biasa secara personal. 


Andaipun ada perbedaan pendapat ketika salah satu berkuasa, dinilai wajar sebagai bentuk sikap ketika salah satunya berada di dalam atau di luar pemerintahan.


Buktinya dalam pertemuan-pertemuan formal-informal keduanya tetap bertemu baik-baik saja. 


Maka itu, Deddy mengaku lebih nyaman mendengar kedua belah pihak sebenarnya hanya terjadi kekakuan, kebekuan, berjarak, dan bukan sebuah konflik besar. [Democrazy/poskota]