HOT NEWS POLITIK TRENDING

People Power Menggema, Kajian Politik Merah Putih: Rakyat Mengetahui Situasi Negara Makin Memburuk!

Democrazy News Indonesia
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
People Power Menggema, Kajian Politik Merah Putih: Rakyat Mengetahui Situasi Negara Makin Memburuk!


DEMOCRAZY.ID - Rakyat di berbagai daerah menyuarakan people power termasuk para dokter dan tenaga kesehatan yang turun ke jalan menunjukkan situasi negara makin memburuk.


“Tuntutan People Power terus menggema, masyarakat sudah mengetahui situasi makin memburuk, keadaan mulai rusak dan membusuk, berbahaya untuk kehidupan yang damai dan berkeadilan,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi kepada redaksi SuaraNasional, Kamis (15/6/2023).


Kata Sutoyo, keadaan yang makin memburuk tidak bisa hanya dilawan hanya dengan narasi semangat harapan. Harus dihadapi dengan tindakan cepat dan realistis. 


“Keadaan harus dengan tindakan riil, akan menunjukkan kekuatannya sebagai pejuang yang termotivasi mampu bergerak dan menurunkan mental penguasa,” paparnya.


Datang dan munculnya gerakan masih mencari bentuknya. Ragu-ragu bertindak sama artinya sedang masuk dalam kondisi yang fatal. 


Seruan People Power bisa menjadi imun, rezim tetap besar kepala karena meyakini People Power tidak akan terjadi


“Tanpa perlawanan akan sama sedang menyamarkan diri karena ketakutan, itu petunjuk perjuangan akan jalan di tempat. Tanpa riil melakukan perlawanan tidak akan pernah mendapatkan kemenangan dan perdamaian,” tegas Sutoyo.


Keadaan akan bisa berbalik arah, penguasa zalim akan membunuh kita ketika mereka menemukan momentumnya.


Tokoh sepuh dari Jogjakarta Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. memberikan secercah saran : “melihat kondisi sekarang menurut hemat saya sangat dibutuhkan People Power (PP) untuk stop keberingasan rezim yang semakin menyengsarakan rakyat. Untuk gerakkan PP ada 4 syarat utama, (1) ada sejumlah issue penting yang menyangkut hajat rakyat dan bangsa, (2) ada pimpinan PP yang handal, (3) ada dukungan dana cukup, di samping dukungan setiap warga, dan (4) time frame (akumulasi) gerakan pendudukan kantor strategis (Istana dan Senayan / gedung MPR/DPR/DPD, sebagai simbol perlawanan.


Sedangkan dari tokoh dan aktifis kampus, Managing Director · Political Economy and Policy Studies (PEPS) Prof. Anthony Budiawan: “Minta pendapat mereka bagaimana kondisi negara saat ini menurut mahasiswa. Kalau mereka berpendapat masih normal saja, maka tidak akan ada gerakan atau protes masif"


Prof. Rizal Ramli: “Saat ini kita butuh pemimpin yang berani, sikap yang tegas dengan segala konsekuensi dan resikonya. Sudah tidak waktunya lagi bicara soal teori ini itu, saat berdialog yang lebih riil riil selesaikan Jokowi. Perubahan bukan karena kita ingin perubahan tetapi kondisi objektif yang memaksa harus terjadinya perubahan. Saat ini kondisi objektif sudah matang untuk terjadinya perubahan”. 


Muncul Gerakan Pemakzulan Presiden Jokowi: Rakyat Harus Digerakkan Agar Sadar!




Wacana untuk melakukan pemkazulan terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi terus disampaikan melalui sejumlah aktivis dan tokoh melalui media sosial. 


Salah satunya disampaikan perwakilan tokoh dan gerakan seperti yang dilihat di akun YouTube Refly Harun.


Mereka menyerukan 'People Power' untuk memakzulkan Presiden Jokowi.


Salah satu tokoh yang menyuarakan hal itu, Sosiolog Musni Umar mengungkapkan pelanggaran konstitusi yang telah dilakukan Jokowi. 


Selain itu, ia juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kepemimpinan saat ini yang tidak bisa mengatasi permasalahan bahkan di daerah-daerah di Indonesia.


"Oleh karena itu tidak ada pilihan harus perubahan, kalau ini berkelanjutan dibiarkan akan lebih masif, akan lebih masif. Rakyat susah dan negara ini nggak tau apa-apa," ungkap Musni Umar pada forum diskusi 'Presiden Jokowi Layak Dimakzulkan'.


Selain itu, ia juga mengajak masyarakat khususnya kaum terpelajar di kampus-kampus untuk ikut dalam gerakan ini.


"Inilah yang kita sampaikan protes keras, tetapi tak ubahnya kita berada di gurun pasir berteriak nggak ada kedengarannya itu. Nah mudah-mudahan dari diskusi-diskusi ini rakyat sadar tapi kesadaran itu musti ada yang menggerakan," katanya.


Ia juga mengemukakan, saat ini waktunya bagi kelompok terpelajar dan cendikia untuk bergerak.


"Yang menggerakan itu adalah kaum tercerdik pandai, saya mendorong kepada orang-orang pintar yang berada di berbagai kampus itu, speak up! Jangan diam. Kalau anda diam hancurlah rakyat, hancurlah bangsa ini dan tidak ada masa depan," tegasnya.


Sementara itu, Pengamat Ekonomi dan Politik Anthony Budiawan juga memberikan pernyataan serupa. 


Ia mengatakan, jika kemudian DPR tidak menanggapi ajuan pemakzulan terhadap presiden maka masih ada waktu untuk masyarakat khususnya kaum terpelajar menyuarakan suaranya.


"Jadi problemnya sebetulnya semua orang yang kritis itu jangan diem gitu loh, kalau ingin melakukan perubahan," ungkap Anthony.


Anthony melihat antara mahasiswa dan tokoh 'people power' memiliki kesimpulan yang sama terkait pemerintahan saat ini.


"Saya kira ruang yang memungkinkan terjadinya sebuah gerakan sangat mungkin. Waktunya masih ada," katanya. [Democrazy/SuaraNasional]