HOT NEWS POLITIK TRENDING

Menohok! Dulu Hasto Bilang PDIP-Demokrat Tak Bisa Kerja Sama Alasan Ideologis, Prof Humam: 'Konyol'

Democrazy News Indonesia
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
Menohok! Dulu Hasto Bilang PDIP-Demokrat Tak Bisa Kerja Sama Alasan Ideologis, Prof Humam: 'Konyol'


DEMOCRAZY.ID - Dahulu Sekjen Hasto Kristiyanto pernah bilang PDIP-Demokrat tak bisa bekerja sama karena alasan ideologis.


Namun usai menggelar pertemuan antara Puan dan AHY serta memastikan Ketua Umum Partai Demokrat itu masuk daftar Bacawapres Ganjar, Prof Humam sebut hal ini sebagai sesuatu yang konyol.


Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Ahmad Humam Hamid mengingatkan pernyataan itu saat diucapkan Sekjen PDIP Hasto setahun yang lalu.


“Setahun yang lalu, dari mulut Sekjennya ini menyebut seolah-olah Partai Demokrat sebagai makhluk yang tidak mendapat tempat di PDIP, karena apa, karena perbedaan ideologi, perbedaan historis katanya,” ucap Prof Humam dalam “Serambi Spotlight” dipandu News Manajer Serambi Indonesia, Bukhari M Ali di studio Serambinews, Selasa (20/6/2023).


Dalam pernyataannya tahun lalu, Prof Humam berujar Hasto sangat cerdas dan fasihnya menyampaikan sikap PDIP terhadap Demokrat yang dinilai tak mungkin sejalan.


“Setahun kemudian dia sendiri yang menelepon Sekjen, lalu disebutkan AHY sudah masuk dibidik menjadi (kandidat bakal) Cawapresnya Ganjar, apa nggak lucu, konyol ini sih,” ucap Prof Humam.


Sosiolog dan Guru Besar USK itu juga menyampaikan, bukan AHY yang merapat ke Puan sebagaimana kekhawatiran para pendukung Anies selama ini, namun yang terjadi adalah sebaliknya.


“Kalau kita melihat bahasa perempuan, bahasa percintaan, ini yang gatal siapa, AHY atau Puan, apakah Demokrat atau PDIP,” tanya Prof Humam.


“Ini yang gatal PDIP ini, gatal, gatal,” tambahnya.


Momen pertemuan antara Puan dan AHY, menurut Prof Humam jangan dinilai dari sebuah peristiwa saja, melainkan harus membaca seluruh kejadian.


Ada banyak sekali ekspresi yang ditampilkan dalam pertemuan itu, meski demikian menurutnya tidak berarti apa-apa karena banyak pula penjelasan di baliknya.


“Jadi yang tadi itu namanya gatal politik, dan semua orang tahu ini bagaimana ending-nya, gak akan ada apa-apanya ini,” ucap Prof Humam.


“Mungkin untuk AHY ini sebagai pertunjukan politik bagi orang yang menyukai, orang Aceh bilang piasan (hiburan), ada piasan politik, ya orang suka lihat,” tambahnya.


Terima PDIP, AHY Sekadar Tunjukkan Sikap Santun


Sosiolog dan Guru Besar USK, Prof Ahmad Humam Hamid menilai, sikap AHY menerima pertemuan dengan Puan dan PDIP hanyalah sebagai bentuk santunnya kepada orang lain.


“Bagi AHY, dia ini kan anak muda, anak presiden, mantan perwira, pernah sekolah di Harvard, ini orang paling sopan, paling santun,” ungkap Prof Humam.


“Kalau dibuat kejuaraan santun dari nama-nama Cawapres, ini dia orangnya, lah diteleponlah, diajak (PDIP), ya mau saja,” tambahnya.


Meski demikian menurut Sosiolog dan Guru Besar USK itu, pertemuan ini tidak begitu memberikan banyak arti, baik kepada Puan maupun AHY.


“Tidak ada siapa-siapa (yang diuntungkan) dari pertemuan ini,” jelas Prof Humam.


Menurutnya, ini malah menambah bargaining AHY untuk Cawapres Anies semakin besar, dan itu sah-sah saja.


Karena bagaimanapun AHY masuk dalam Bacawapres Anies, hanya saja persoalannya apakah akan cepat diumumkan atau tidak


“Dan AHY juga gak jelek-jelek sekali, itu bapaknya, itu Demokrat pernah merajai pemilihan di Jawa Timur dua kali,” kata Prof Humam.


“Jadi jangan juga anggap enteng, jangan hanya pikir harus Khofifah gitu,” tambahnya.


Meski demikian, dari peta politik para kandidat sepertinya semua menggunakan strategi politik saling mengintai antara satu Bacapres dengan Bacapres lainnya soal pengumuman Cawapres masing-masing.


“Ini kan saling menunggu, apakah Prabowo dengan Erick, apakah Ganjar dengan Sandi, kita kan gak tahu ini, jadi ini siapa yang duluan gitu,” kata Prof Humam.


“Ini saling mengintai, seperti orang main bola, kipernya siapa, pemain tengah siapa,” pungkasnya. [Democrazy/HN]