DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik Rocky Gerung menanggapi pertemuan antara Puan Maharani dan AHY di Plataran, Senayan, Minggu kemarin.
Menurut Rocky, pertemuan Puan dan AHY syarat motif politik PDIP dalam menghadapi putaran kedua Pilpres 2024.
Rocky menilai blocking yang dilakukan PDIP dengan menemui Demokrat memang diakui cukup baik.
Walau sudah menduga Anies akan tersingkir di putaran kedua, namun diperlukan strategi baru untuk mengurai suara Prabowo di putaran kedua.
"Jadi sebetulnya ini bukan karena dendamnya Megawati dan SBY sudah selesai, tetapi mengantisipasi putaran kedua. Jadi ini betul-betul ya sebetulnya persekongkolan sebetulnya," kata Rocky di saluran Youtube-nya, disitat Selasa 19 Juni 2023.
Menurut Rocky, sebetulnya Megawati tak mungkin lagi bersekutu dengan Jokowi.
Mega menganggap bahwa Ganjar telah sepenuhnya milik PDIP dan bukan lagi anak asuh Jokowi.
Sebab Mega tentu khawatir andai di ujung mendekati Pilpres, Jokowi tiba-tiba berpindah loncat mendukung Prabowo sepenuhnya.
"Jadi ini sebetulnya upaya untuk meredam cawe-cawenya Pak Jokowi. Jadi sebetulnya pertemuan antara Puan dan AHY menandakan sebenarnya Megawati menginginkan ada tiga calon."
"Tetapi kalau di putaran kedua, dengan asumsi Ganjar yang akan maju berhadapan dengan Prabowo, maka koalisi perubahan akan gabung dengan Ganjar," kata dia.
Di satu sisi, Jokowi dinilai selalu bersikap zigzag melangkah ke kiri dan ke kanan. Ketidakpastian sikap Jokowi inilah yang dinilai mengkhawatirkan PDIP.
"Jadi pertemuan kemarin itu menunjukkan bahwa Megawati hendak menghukum Jokowi, dengan memanggil atau berupaya bertemu dengan pihak SBY."
"Jelas sinyalnya bahwa Megawati mau bilang 'Eh Pak Jokowi, kita enggak ada soal dengan Anies' kira-kira begitu," kata Rocky.
Itu artinya kultur politiknya kini sudah berubah. Di mana Jokowi tentu didorong untuk sepenuhnya mendukung Prabowo Subianto. [Democrazy/poskota]