DEMOCRAZY.ID - Beberapa minggu yang lalu, tokoh pers nasional Dahlan Iskan berkunjung ke Pondok Pesantren Ma’had Al Zaitun Indramayu dan bertemu langsung dengan Panji Gumilang.
Panji Gumilang adalah pendiri Pondok Pesantren Ma’had Al Zaitun yang sekarang masih kokoh berdiri di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu.
Panji Gumilang merupakan seorang tokoh yang cukup kontroversial. Namun, tetap digandrungi oleh sejumlah kalangan, baik pengusaha, politisi dan lainnya.
Sejumlah trobosan pemikiran yang dilakukan Panji Gumilang dalam mengelola Pondok Pesantren Ma’had Al Zaytun banyak dikagumi, baik di level nasional maupun internasional.
Seperti pengelolaan Pondok Pesantren secara mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Tapi, ada juga trobosan pemikirannya yang membuat orang ‘nyinyir’ karena dianggap tidak lazim atau anti-mainstream.
Salah satunya, pernyataan Panji Gumilang dihadapan jajaran Kementerian Agama Kabupaten Indramayu saat bersilaturahmi ke Al Zaytun pada akhir April 2023 lalu. Bahwa, ada mazhab Soekarno dan Mazhab Soeharto.
Tentu saja, hal ini membuat orang bertanya-tanya mengenai latarbelakang pemikiran dan keilmuan Panji Gumilang.
Dalam sebuah catatan harian Dahlan Iskan yang berjudul “Zaytun Deposito”, dijelaskan alasan singkat mengapa Panji Gumilang melontarkan hal tersebut.
Rupanya, Panji Gumilang mengagumi Soeharto sudah cukup lama.
Dalam tulisan Dahlan Iskan, disebutkan bahwa Panji Gumilang adalah lahir dari keluarga partai Masyumi.
Kemudian, ketika peralihan kekuasaan dari Bung Karno ke Jenderal Soeharto, pemikiaran orang-orang Masyumi terbelah.
Sebagian berkeras mendirikan kembali Masyumi yang dulunya dibubarkan oleh Soekarno karena dianggap terlibat sejumlah pemberontakan PRRI di Sumatera Barat.
“Arus untuk menghidupkan kembali Masyumi sangat besar. Akhirnya disetujui berdiri. Asal namanya bukan Masyumi. Maka berdirilah Parmusi. Partai Muslimin Indonesia,” tulis Dahlan.
Di lain pihak, sebagian tokoh Masyumi sendiri tidak mau partai itu dihidupkan lagi. Mereka beranggapan tujuan berdirinya Masyumi itu untuk membubarkan PKI, dan partai komunis itu sudah dibubarkan oleh Soeharto.
"Partai itu, kalau tujuannya sudah tercapai, ya sudah. Bubar saja," ujar Panji Gumilang mengutip ucapan ayahnya.
Ayah Panji Gumilang memang termasuk di kelompok yang tidak setuju Masyumi dihidupkan lagi.
Orang Masyumi justru harus mendukung pemerintahan Soeharto. Soehartolah yang ternyata berhasil membubarkan PKI. Bukan Masyumi.
Maka Panji sangat dekat dengan Orde Baru. Ikut menyukseskan misi membawa Indonesia ke tengah.
Panji yang sebenarnya datang dari kelompok anti-PKI, kemudian digebuki oleh kelompoknya sendiri.
Apalagi, sebagian kelompok itu ada yang terpancing masuk jaringan Komando Jihad/NII. Ini semacam ''perang'' di internal sesama kelompok lama anti-PKI.
Dan Panji terus bergeser ke tengah. Ia di kanan tapi menjauhi bandul kanan. Kadang bandulnya terlalu jauh dari kanan. Melukai yang kanan. [Democrazy/DW]