HOT NEWS POLITIK TRENDING

Cawe-Cawe, Rocky Gerung: Jokowi Pertahankan Dinastinya Lewat Sandi dan Erick, Dia Pasang Yang Bisa Dikendalikan!

Democrazy News Indonesia
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
HOT NEWS
POLITIK
TRENDING
Cawe-Cawe, Rocky Gerung: Jokowi Pertahankan Dinastinya Lewat Sandi dan Erick, Dia Pasang Yang Bisa Dikendalikan!


DEMOCRAZY.ID - Baru-baru ini, Sandiaga Uno resmi berlabuh ke PPP sebagai kendaraannya politiknya untuk mengincar posisi cawapres Ganjar Pranowo.


Selain itu, nama Erick Thohir digadang-gadang PAN juga akan menjadi cawapres Ganjar sebagai syarat untuk bisa bergabung dengan koalisi PDIP dan PPP.


Kedua nama itu yakni Sandiaga Uno dan Erick Thohir adalah menteri di kabinet Presiden Jokowi saat ini.


Munculnya dua nama dan kiprah mereka untuk menjadi cawapres salah satu capres, menurut pengamat politik Rocky Gerung, adalah salah satu cawe-cawe Jokowi untuk mengamankan dinastinya.


“Jadi pada ujungnya kita tahu bahwa kesulitan Jokowi akhirnya dia pecahkan sendiri. Dia pasang dua dua nama yang bisa dia kendalikan. Dikendalikan dengan cara apa? Tentu Erick Thohir punya semacam ambisi pribadi, demikian juga Sandi,” kata Rocky Gerung di akun YouTube Rocky Gerung Official, menjawab pertanyaan jurnalis Hersubeno Arie Minggu (18/6/2023).


Karena itu, menurut Rocky, kedua orang yang secara kapital tidak berkekurangan mengambil resiko itu.


“Tetapi bagian-bagian ini tidak mungkin disodorkan pada publik. Publik akan merasa aneh kalau Sandiaga itu ada di PDIP. karena tetap ada core politik, ada inti politik dari PDIP untuk tidak memberi kesempatan pada sistem kapitalisme menguasai ideologi partai,” katanya.


“Sandi waktu dipilih (PPP) dia langsung bilang bahwa saya punya uang itu. Jadi bukan saya punya ide tentang Soekarno, tapi saya punya uang. Kan itu itu bahannya kan begitu. Lalu orang melihat kalau begitu partai itu dengan mudah dibeli, kayak beli cilok di pinggir jalan,” kata Rocky.


Jadi siapa yang punya uang, kata Rocky, dia bisa membeli partai.


“Itu inti inti buruk dari politik Jokowi akhirnya. Orang melihat bahwa jokowi memang mengendalikan kapital untuk mengendalikan suara. Jadi begitu yang kemudian akan dirumuskan orang, atau paling nggak saya rumuskan,” ujarnya.


Semestinya kata Rocky, Jokowi mendorong supaya PDIP memilih calon yang betul-betul, sebagai wakil presiden, yang memahami jalan pikiran Soekarno dan bukan karena memiliki kapital atau modal uang.


“Agak aneh kalau Sandi tiba-tiba mengatakan, oh dia berdiri di atas kaki sendiri. Oh dia pro sistem ekonomi yang sosialistis, agak susah untuk dimengerti. Tapi begitulah keadaan partai kita, compang-camping secara ideologi, untuk strategi, lalu secara kalap memilih pasangan yang sebetulnya secara asas berbeda tuh,” katanya.


Sebab kata Rocky, asas dan ideologi Ganjar dengan Sandi berbeda.


“Kecuali PDIP mau bilang, bahwa kami partai yang enggak Soekarnois lagi, atau sudah tidak berbasis pada keadilan sosial lagi, maka itu lain lagi soalnya. Tapi sejarah akan mencatat keanehan politik itu,” katanya.


Hal yang aneh juga kata Rocky jika Erick Thohir dipasangkan dengan Ganjar Pranowo.


“Erick Thohir apa ideologinya? Ya uang. Keahlian teknis ya nggak ada sebetulnya. Karena memimpin korporasi itu atau sebagai Dirut atau sebagai apapun, itu nggak ada urusannya dengan ideologi itu. Jadi Jokowi tetap jadi calo kapital sebetulnya, gampangnya begitu. Jokowi jadi jadi broker antara modal dan kekuasaan,” kata Rocky.


Dengan kata lain, menurut Rocky, Jokowi bukan orang yang ideologis dalam memimpin Indonesia.


“Dia sangat pragmatis. Jelas bangsa ini berantakan idenya, kalau partai politik diadu atau dipasang-pasangkan dengan cara yang tidak masuk akal,” katanya.


Jadi menurut Rocky, Jokowi juga sudah membatalkan pelembagaan politik sebenarnya.


Seharusnya, menurut Rocky, Jokowi mendorong partai politik tegak dengan ideologinya dan gagasan sesuai ideologi setiap partai.


“Jadi itu mestinya yang didorong oleh Pak Jokowi. Bukan dengan menempel-nempelkan perangko dan amplop, Jadi Jokowi akan diingat sebagai orang yang mengacak-acak sistem politik kita. Walaupun kita tahu memang partai-partai ini pragmatis semua, gak ada partai politik yang ideologis,” ujar Rocky,


“Tetapi minimal Jokowi harus kasih sinyal, dia mendorong pelembagaan politik, termasuk penguatan ideologi partai. Kalau ini betul-betul dia mengacak-acak ideologi yang seharusnya dimiliki oleh partai. Jadi itu intinya tuh. Dengan kata lain Jokowi itu dikendalikan oleh oligarki sebetulnya,” kata Rocky.


“Karena bukan Jokowi yang menyuruh dua tokoh oligarki atau tokoh kapital, Sandi dan Erick Thohir, tetapi semacam sistem yang menginginkan Jokowi harus menjaga dinastinya dengan memanfaatkan uang,” kata Rocky. [Democrazy/HajiNews]