DEMOCRAZY.ID - Di awal kehadirannya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) seakan menjadi jawaban bagi kalangan yang sudah muak dengan keberadaan partai politik (parpol). Di bawah kepemimpinan Grace Natalie, partai yang terbentuk pada 16 November 2014 ini mampu membangun akar politik yang baik, dengan gaya komunikasi khas anak muda. Sebagai partai anyar, laju perkembangan PSI sangat cepat, bahkan bisa lolos verifikasi pada Pemilu 2019 dengan mengalahkan elektabilitas beberapa partai terdahulu. PSI awalnya bercita-cita mengembalikan politik ke tempat yang terhormat, anti dinasti politik dan memberikan panggung seluas-luasnya bagi kalangan anak muda. Namun, sejak berada di bawah kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Giring Ganesha, PSI berubah. Respons positif masyarakat yang selama ini menilai PSI sebagai harapan, kini berubah jadi cacian, lantaran partai berlambang bunga mawar ini kerap mencari sensasi belakangan ini. Pakar politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam men...
DEMOCRAZY.ID - Di awal kehadirannya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) seakan menjadi jawaban bagi kalangan yang sudah muak dengan keberadaan partai politik (parpol). Di bawah kepemimpinan Grace Natalie, partai yang terbentuk pada 16 November 2014 ini mampu membangun akar politik yang baik, dengan gaya komunikasi khas anak muda. Sebagai partai anyar, laju perkembangan PSI sangat cepat, bahkan bisa lolos verifikasi pada Pemilu 2019 dengan mengalahkan elektabilitas beberapa partai terdahulu. PSI awalnya bercita-cita mengembalikan politik ke tempat yang terhormat, anti dinasti politik dan memberikan panggung seluas-luasnya bagi kalangan anak muda. Namun, sejak berada di bawah kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Giring Ganesha, PSI berubah. Respons positif masyarakat yang selama ini menilai PSI sebagai harapan, kini berubah jadi cacian, lantaran partai berlambang bunga mawar ini kerap mencari sensasi belakangan ini. Pakar politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam men...