DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik Rocky Gerung menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mempunyai kendali atas presiden berikutnya setelah turun dari jabatannya.
Pasalnya, menurut Rocky Gerung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan bakal capres PDIP Ganjar Pranowo tidak mau menerima endorse Jokowi.
Namun, penolakan dari Prabowo Subianto mungkin lebih sopan daripada Ganjar Pranowo, karena ia mengucapkan terima kasih kepada Jokowi atas dukungannya.
“Pak Prabowo mungkin lebih sopan mengatakan ‘iya terima kasih diendorse lagi’, tetapi Prabowo udah masuk pada tahap dia mau mengkonsolidasi petanya berdasarkan kalkulasi dia sendiri,” ungkapnya.
Menurutnya, seharusnya mantan Wali Kota Solo itu sadar, bahwa sekarang Prabowo sudah membuat strategi berdasarkan perhitungannya sendiri berdasarkan pemahamannya.
“Bukan lagi berdasarkan kalkulasi Pak Jokowi, itu yang musti disadari Pak Jokowi, masa pak Prabowo masih dituntun juga untuk bikin strategi, Pak Prabowo yang paling paham soal itu,” ucapnya.
Namun dalam basa-basi dibutuhkan etik kepedulian, sehingga Rocky menegaskan bahwa sekarang Jokowi tidak bisa mengendalikan presiden selanjutnya.
“Tetapi sekali lagi dalam basa basi diperlukan semacam ethics of care dengan Pak Jokowi, tapi sebetulnya itu bukan ethics of care tapi siasat politik,” ujarnya dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (26/5).
“Jadi tetap Jokowi di dalam keadaan memudar reputasinya mau menyalakan lagi harapan bahwa dia masih bisa mengendalikan the next presiden, itu ilusi sebetulnya,” tandasnya.
Jokowi Bukan King Maker?
Analis politik dari lembaga survei Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, menilai bahwa Presiden RI Joko Widodo akan menjadi "king maker" paling kuat pada Pilpres 2024.
Istilah king maker merujuk pada politikus bertangan dingin yang dapat memunculkan kandidat yang memenangi pemilu.
Burhanuddin menilai, kekuatan Jokowi sebagai king maker bahkan berpotensi melebihi politikus-politikus kawakan seperti Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.
Terlebih, Megawati dinilai sudah tak mungkin mencalonkan diri lagi sebagai presiden, sementara itu Prabowo justru diprediksi akan ngotot mencalonkan diri lagi.
"King maker yang paling kuat ya Pak Jokowi karena dia bagaimana pun masih berkuasa ketika Pemilu 2024 digelar," kata Burhanuddin di kantor DPP Partai Golkar.
Di samping itu, saat ini ada kecenderungan yang disebut Burhanuddin sebagai "sentralitas Jokowi" dan "fenomena partai tunggal".