DEMOCRAZY.ID - Rusia saat ini sedang dalam kondisi tidak stabil. Para analis memprediksi tak lama lagi negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin ini bakal mengalami keruntuhan.
Salah satu prediksi datang dari analis politik dan penulis asal Amerika Serikat (AS), Janusz Bugajski.
Ia menyebut fondasi Rusia, sama seperti militernya, jauh lebih rapuh daripada propaganda kekuatan yang diterbarkan Moskow untuk warganya dan orang luar.
Bugajski menyebut Rusia saat ini telah mengalami banyak masalah internal yang dapat memicu kehancuran.
Ini menjadi salah satu dari dua tanda yang dapat membuat Kremlin runtuh dalam waktu dekat.
"Kemerosotan ekonomi, tekanan pengetatan anggaran, rezim personalistik tanpa garis suksesi, dan kekalahan militer di Ukraina akan memicu konflik di dalam elite, dan antara pusat dan banyak republik dan daerah," kata Bugajski, mengutip KyivPost, Selasa (9/5/2023).
"Kita sudah melihat tanda-tanda konflik antara berbagai institusi kekuasaan, kematian misterius lebih dari selusin oligarki, dan seringnya pembersihan kepemimpinan militer," tambahnya.
Sebagai informasi, ada lebih dari 10 pejabat sampai oligarki Rusia di lingkaran Putin yang meninggal secara misterius. Ini sejak Moskow melancarkan invasi ke Ukraina.
Sementara tanda kedua adalah kemunduran kekuatan Rusia di Ukraina saat ini.
Meski Putin tak membeberkannya, tetapi informasi kerugian yang dihadapi pasukan Kremlin di Ukraina terus muncul dengan deras.
Kondisi ini, nilai Bugajski, membuat cengkeraman Putin terhadap Ukraina terus melemah secara signifikan, apalagi Putin juga sempat curhat soal situasi sulit pasukan Rusia di Ukraina, meski tak menjabarkan hal tersebut dengan rinci.
"Perpecahan bakal dipercepat setelah Putin berakhir atau digulingkan, karena perebutan kekuasaan internal meningkat dan beberapa pemimpin regional bakal melihat peluang untuk membentuk negara-negara baru yang mirip dengan apa yang terjadi selama runtuhnya Uni Soviet," jelas Bugajski.
Setelah masa kejayaan Putin berakhir dan runtuh, Bugajski juga memprediksi wilayah-wilayah regional di Rusia akan mendeklarasikan kedaulatan dan kemerdekaannya.
Ia juga menyebut kekuatan militer Rusia saat ini tak akan mampu meredam upaya pemberontakan dan kemerdekaan wilayah-wilayah tersebut.
Uang Habis 2024
Tak hanya diprediksi bakal runtuh, Rusia juga memiliki kemungkinan kehabisan uang pada 2024 dan membutuhkan investasi asing secepatnya.
Hal ini blak-blakan disampaikan oleh oligarki Rusia Oleg Deripaska. Rusia dapat menemukan dirinya tanpa uang secepatnya tahun depan.
"Tidak akan ada uang tahun depan, kami membutuhkan investor asing," katanya, menurut komentar yang dilaporkan oleh kantor berita milik negara Rusia TASS yang dikutip CNN International.
Investor asing, terutama dari negara-negara ramah, juga memiliki peran besar, kata Deripaska.
Masuknya mereka ke negaranya baru dapat terjadi apabila Rusia dapat menciptakan kondisi yang tepat dan membuat pasarnya menarik, tambahnya.
Dalam upaya untuk membuat Rusia kekurangan dana untuk agresinya, negara-negara Barat telah mengumumkan lebih dari 11.300 sanksi sejak invasi Februari 2022, dan membekukan sekitar US$300 miliar cadangan devisa Rusia.
Pendapatan pemerintah Rusia anjlok 35% pada Januari dibandingkan dengan tahun lalu, sementara pengeluaran melonjak 59%, menyebabkan defisit anggaran sekitar 1.761 miliar rubel. [Democrazy/cnbc]