DEMOCRAZY.ID - Hubungan Amerika Serikat dan Iran masih sangat rapuh, hingga saat ini kedua negara belum bersahabat.
Amerika Serikat juga semakin curiga terhadap ancaman nuklir Iran, setelah dilaporkan meminta bantuan Rusia untuk memperkuat program nuklirnya.
Hubungan antara Iran dan Rusia semakin dalam dalam beberapa bulan terakhir.
Militer AS memiliki beberapa opsi yang direncanakan jika Iran memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Amerika Serikat mengklaim bahwa Iran meminta bantuan Rusia untuk mendapatkan bahan nuklir dan memproduksi bahan bakar nuklir.
Menurut Jenderal AS Mark Milley, Iran dapat mengembangkan senjata nuklir dalam beberapa bulan jika diinginkan.
Militer AS telah menyiapkan rencana untuk memberi tahu presiden jika Iran mengembangkan senjata nuklir, kata Milley kepada Kongres AS.
Masalah nuklir Iran telah menjadi perhatian utama AS dan sekutunya sejak lama. AS dan sekutunya khawatir Iran yang bersenjata nuklir akan memicu perlombaan senjata di Timur Tengah dan akan membuat kawasan itu tidak stabil.
Kepada mitranya di kawasan itu, seperti Israel, AS telah meyakinkan bahwa Iran tidak akan mengembangkan bom nuklir.
Kesaksian Milley telah menimbulkan perdebatan apakah pemerintahan Presiden Joe Biden masih berpegang pada kebijakan yang tidak mengizinkan Iran memiliki senjata nuklir.
Namun hingga saat ini, AS tidak berani menyerang Iran, ada beberapa alasan mengapa AS tidak menyerang Iran.
1. Kini Iran telah bekerja sama dengan Rusia dalam pembuatan nuklir
Iran dapat menghasilkan bahan fisil yang cukup untuk senjata nuklir dalam waktu sekitar 10-15 hari dan hanya butuh beberapa bulan untuk menghasilkan senjata nuklir.
Institute for Science and International Security (ISIS) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa dibutuhkan setidaknya enam bulan bagi Iran untuk mengembangkan bom nuklir “mentah”, tetapi mungkin akan memakan waktu lebih lama untuk bom yang lebih baik.
2. Iran adalah negara yang kuat dan doktrin serta ucapan-ucapannya sangat berpengaruh pada banyak orang dan negara
AS tidak pernah menyerang Iran, karena mereka tahu kekuatan Iran dengan baik, dan mereka tahu bahwa Iran tidak seperti beberapa negara kawasan.
Dan pastinya Iran sebagai negara yang kuat akan bereaksi keras terhadap AS, keuntungannya, dan sekutunya.
3. Iran punya kapabilitas militer yang besar untuk menghadapi Amerika Serikat dalam beberapa dekade ini
Militer Iran jauh lebih kompeten dan memiliki kemampuan. Iran juga berpengalaman dalam mempelajari taktik dan strategi AS melalui pengamatannya selama perang Irak satu dekade ini.
4. Kementerian Intelejen Iran merupakan salah satu yang terbaik di dunia
Kementerian Iran terbukti dapat mengatasi kelompok-kelompok yang bersifat anti-Iran selama 3 tahun terakhir.
Bahkan Pengadilan Revolusioner Iran pernah menjatuhi hukuman mati kepada seorang pria keturunan Iran-Amerika Serikat karena terbukti menjadi mata-mata CIA, dinas rahasia Amerika Serikat.
5. Serangan AS atas Iran akan membawa AS ke dalam perang yang lebih besar
6. Ketidakstabilan dan kerusuhan di nuklir Iran dapat memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi AS dan kawasan
Jika kekerasan anti-rezim meningkat ke titik yang mengancam kelangsungan hidup Republik Islam pendukung keras orde lama mungkin akan menyerang musuh eksternal yang dianggap musuh dari rezim malapetaka dengan segala cara yang mereka miliki, termasuk menggunakan senjata nuklir.
Karena alasan inilah Amerika Serikat dan sekutunya berkomitmen untuk mencegah Iran memperoleh bom nuklir.
Lalu, mengapa AS tidak bersahabat dengan Iran?
Pada 1953, CIA menyingkirkan Perdana Menteri Iran yang terpilih secara demokratis, Mohammad Mossadeq, dan mengangkat raja lalim, Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Alasannya adalah bahwa Mossadeq tidak ingin terus menjual minyak ke AS dan Inggris untuk uang receh, sementara Pahlavi berjanji bahwa mereka dapat terus mengeringkan Iran selama mereka terus menyuapnya. Sejak saat itu Iran tidak mempercayai AS. [Democrazy/HajiNews]