DEMOCRAZY.ID - Di Indonesia ada keturunan Nabi Muhammad SAW yang biasa disebut sayyid menjadi pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI) seperti Sayyid Sofyan Baraqbah dan Sayyid Fahrul Baraqbah.
“Sayyid Sofyan Baraqbah dan Sayyid Fahrul Baraqbah yang “sangat kiri” tapi tetap dihormati oleh rakyat Kalimantan karena dianggap keturunan Nabi, padahal keduanya jelas-jelas menjadi pengurus teras PKI,” kata Tenaga Ahli Mabes Polri Islah Bahrawi di akun Twitter-nya, Rabu (12/4/2023).
Kata Islah Bahrawi, Sayyid Fahrul bahkan sempat menjadi anggota MPRS dari PKI Kalimantan Timur.
Setelah 1965, Sayyid Fahrul ditangkap tentara, sedangkan Sayyid Sofyan lebih memilih untuk bergerilya dan tewas di hutan oleh tembakan pasukan Baret Merah.
Namun demikian masih banyak juga Habaib yang justeru menolak penghormatan berlebih itu dengan kerendahhatian.
Terutama yang masih menjaga tradisi para pendahulunya dari Arab yang berbasis Tasawwuf melalui Jam’iyah Thoriqoh.
“Banyak Habaib yang tawaddu’ lebih memilih untuk tidak populer. Para Habaib yang masih kuat akar Tasawwufnya cenderung menjauh dari hedonisme dan pragmatisme. Mereka lebih memilih untuk berdakwah dengan menganjurkan kesejukan dalam beragama dan membangun kedamaian di Bumi Pertiwi NKRI,” jelas Islah Bahrawi.
Selain itu, ia mengatakan, satu hal yang menguntungkan bagi warga keturunan Arab, mereka mempunyai keyakinan agama yang sama dengan mayoritas pribumi di Indonesia; Islam.
Gerakan politik mereka kemudian mudah lebur dan mudah beradaptasi dengan masyarakat.
“Keturunan Arab di Indonesia kebanyakan “Hadrami” (orang yang berasal dari Hadramaut, Yaman). Tidak seperti orang-orang Arab dari wilayah lain, pendatang dari Hadramaut masih memegang teguh anjuran penghormatan kepada keturunan Nabi Muhammad. Anjuran ini yang kemudian menguat di dalam masyarakat kita bahwa mereka harus diperlakukan secara terhormat dan “dimaklumi” dalam takaran moral selevel apapun,” ungkapnya.
Kata Islah Bahrawi, ada sebagian Habaib yang menerima keuntungan dari suasana keturunan Nabi Muhammad SAW harus dihormati.
Karakter dan komunikasi publik yang brutal, ofensif dan agitatif seringkali dipertontonkan secara sengaja.
“Ironisnya semua aksi antitesis dari Nabi Muhammad ini dinikmati oleh masyarakat luas dengan dasar “demi menghormati dan mencontoh akhlak Nabi”. Apalagi Habaib yang sedang “naik daun” dengan aksi-aksi antagonis, seringkali diproteksi oleh politisi dan keturunan Arab yang lain. Sehingga aksi oknum Habaib yang seperti ini berkesan “lingkaran industri” yang penuh permakluman dan sangat pragmatis,” pungkasnya.
Perjalanan politik keturunan Arab di Indonesia penuh warna. Ada yang bergabung dengan kolonial Belanda, ada yang berjuang untuk kemerdekaan RI, ada yang menjadi pimpinan separatis, bahkan ada juga yang menjadi pengurus PKI. Mereka pendatang yang menyebar dalam berbagai tatanan… pic.twitter.com/FWG7vBPLy8
— Islah Bahrawi Official (@islah_bahrawi) April 12, 2023
[Democrazy/SuaraNasional]