DEMOCRAZY.ID - Menanggapi pernyataan Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) akan menjadi kado terindah untuk ulang tahun ke-78 Republik Indonesia mendatang, Rocky Gerung pesimis terhadap hal tersebut.
Dalam kanal Youtube-nya (15/4/2023), ia menyoroti upaya negosiasi yang dilakukan oleh Luhut sebagai upaya untuk meringankan bunga utang yang diberikan China.
Menyikapi bahwa negosiasi tersebut gagal, Luhut kemudian mengatakan bahwa bunga 3,4% dari yang semula 6% merupakan setengah win-win solution.
“Tetapi bandingannya bukan dengan 6% itu. Bandingannya itu dengan proposal awal Jepang yang (bunganya) cuma 0,1%. Jadi kelihatannya begitu data itu dibuat, maka masyarakat sipil akhirnya mengerti bahwa kita memang sudah dijebak oleh China,” ungkap Rocky Gerung.
Rocky Gerung juga menjelaskan bahwa dari awal sebelum tender proyek kereta cepat diberikan kepada China, banyak komentator yang sudah mewanti-wanti bahwa Indonesia akan menjadi ‘korban’ lainnya dari jebakan utang China (China’s debt trap).
“Kita tahu bahwa utang tersebut akhirnya dibebankan kepada APBN dan China paksa itu supaya dimasukkan ke dalam APBN.”
Ia menyoroti tentang kebutuhan dan fungsi kereta cepat yang dirasa hanya membuang-buang anggaran saja.
“Ngapain bikin jalan kereta cuma 150 km, yang dananya bisa dipakai untuk pembuatan jalan tol sepanjang 1.000 km di Sumatera?”
Lebih lanjut, Rocky Gerung menambahkan bahwa proyek tersebut hanya ambisi belaka dari pemerintah untuk menunjukkan bahwa Indonesia sudah memiliki teknologi yang maju.
“Proyek ini hanya ambisi untuk memperlihatkan (bahwa) kita mempunyai teknologi yang tinggi, yaitu Kereta Cepat Jakarta Bandung. Ya enggak ada gunanya untuk rakyat. Dan yang pasti dalam 10 sampai 12 tahun ke depan, teknologi itu sudah punah.”
Menurutnya, pemerintah pasti sudah sangat paham mengenai jebakan utang China jika berkaca pada kasus negara-negara lain.
Lantas mengetahui hal tersebut dan pemerintah tetap memutuskan untuk berutang kepada China, Rocky Gerung dengan yakin menyatakan bahwa hal tersebut mengindikasikan adanya ‘transaksi di bawah meja’ antara pejabat-pejabat Indonesia dan China.
“Bodoh banget kalau kita sudah tahu tetapi kita masih melakukan, itu pasti ada cashback atau apalah istilahnya itu. Jadi permainan-permainan semacam ini membuktikan bahwa Jokowi enggak punya pengetahuan atau kekurangan kapasitas dalam membaca ekonomi politik dunia.” [Democrazy/HajiNews]