DEMOCRAZY.ID - Rizal Ramli menyinggung kasus skandal dugaan transaksi janggal Rp 349 triliun atau 23 miliar dollar di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Menurut Rizal Ramli dugaan skandal Rp 349 triliun masuk ke dalam sejarah ekonomi dunia, karena memiliki angka sangat fantastis.
Rizal Ramli lalu membayangkan skandal Rp 349 triliun ini dengan sejumlah kasus di luar negeri.
Kata dia, di Eropa dan Amerika Serikat saja, jika ada pejabat yang tersangkut 10 juta dolar, maka akan tamat dia 'dirujak' hukum dan publik.
"Terlalu big, terlalu besar ini. Kasus Rp 349 triliun itu kebanyakan money laundry," kata Rizal Ramli dalam saluran Youtube Novel Baswedan, disitat Sabtu 15 April 2023.
Bagi Rizal Ramli, korupsi di Kementerian Keuangan memang sudah luar biasa.
Hal ini terjadi karena adanya corporate culture di Kemenkeu yang memang betul-betul korup.
Walau tidak semua pegawai bisa digeneralisir bertindak korup, namun Rizal Ramli menilai ada banyak orang yang memang brengsek dan memiliki mental korup.
Seperti halnya Rafael Alun Trisambodo yang belakangan tersangkut kasus hukum.
Rizal Ramli yang menyebut sudah pernah berada di tingkatan elite, tidak bisa melihat siapa sebenarnya Rafael Alun.
Akan tetapi ketika kasusnya menyeruak, Rizal Ramli kemudian kaget usai mendengar harta dan gaya hidup jetset yang dilakoninya.
Bagi dia, Menteri Keuangan Sri Mulyani dianggap tidak punya kapasitas untuk membenahi itu semua.
"Sri Mulyani tidak punya kapasitas untuk benahi ini, karena dia lap kotor," kata Rizal Ramli.
Kata Rizal Ramli, transaksi janggal Rp 349 triliun tak bakal ada apabila kasus Bank Century dulu tidak diloloskan begitu saja.
"Dia kan (Sri Mulyani) menyelamatkan Bank Century. Dia edarkan Rp 6,7 triliun dalam waktu 9 bulan. Ternyata uang Century itu dipakailah buat kampanye oleh partai berkuasa," kata dia.
"Seandainya kasus ini diadili waktu itu di DPR, kita enggak bakal ada skandal gede seperti ini nih," katanya.
Rizal Ramli menilai, kasus ini tentu diharap terus dikawal publik. Sebab dengan kekuatan publik atau people power itulah kasus akan menjadi tercover dan disorot.
Hal ini berkaca pada kasus Imelda Macros di Filipina, di mana karena gaya hidupnya yang hedon dan memiliki ratusan pasang sepatu supermahal, rakyat kemudian marah.
Rakyat lantas membentuk simpul-simpul basis people power hingga akhirnya berhasil 'melumpuhkannya'.
"Kalau bertanya bagaimana perbaiki ini semua, tentu harus mulai dari atas. Jokowinya saja sangat lemah terhadap korupsi. Kita harus ganti dulu Jokowi, baru ini kita benahi," katanya. [Democrazy/poskota]