GLOBAL HOT NEWS TRENDING

PANAS! China Hendak Merebut Taiwan, Indonesia Bersiap Evakuasi 350.000 Warga Indonesia di Taiwan

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
HOT NEWS
TRENDING
PANAS! China Hendak Merebut Taiwan, Indonesia Bersiap Evakuasi 350.000 Warga Indonesia di Taiwan


DEMOCRAZY.ID - Ga tau ini info penting atau enggak. Tapi pemerintah Indonesia sedang merumuskan langkah-langkah evakuasi 350.000 warga Indonesia di Taiwan dalam waktu dekat.


Ini terkait Amerika - Australia - Filipina yang sedang bersiap mengadakan latihan perang besar-besaran untuk merespon Cina yang juga sedang bersiap latihan perang besar-besaran (foto 1, 2 & 3).


Latihan perang besar-besaran ini sebetulnya kedok dan bahasa diplomatik saja. Sejatinya persiapan perang besar antara Cina yang hendak merebut Taiwan.


Taiwan dibackup Amerika - Jepang - Korea Selatan - Australia - Filipina.


Cina sendiri telah menetapkan aturan baru terkait Wajib Militer dan rekrutmen tentara reguler. 


Pada saatnya nanti para veteran militer Cina akan diwajibkan kembali pada kesatuannya untuk mendukung penyerbuan militer Cina ke Taiwan.


Menurut posisi, Pasukan Amerika lebih kuat karena terdapat 259 pangkalan militernya di dekat Cina (foto 4)


Tapi secara lokasi Cina akan sangat mudah mencaplok Taiwan yang mungil saja dan cuma berjarak selemparan batu (foto 5 & 6).


Militer Indonesia sendiri telah bersiap bila sampai pecah perang di kawasan kita. Belum diketahui langkah apa persisnya yang akan diambil. Tapi Indonesia menganut asas politik bebas aktif. 


Yang artinya akan bersifat lebih kepada perdamaian dan kesembilan kawasan.


Kita doakan semoga tidak terjadi perang dan Indonesia bisa mengajak semua pihak berdamai!.


(Fathi Nasrullah)


AS: China Ingin Rebut Taiwan dalam Waktu Dekat


 Amerika Serikat mengklaim China telah melanggar status quo soal Taiwan dan berniat ingin buru-buru merealisasikan reunifikasi dengan wilayah itu.


Status quo yang dimaksud adalah soal relasi AS dan Taiwan. Selama ini, AS memegang teguh prinsip satu China dengan mengakui Beijing tetapi tetap menjaga hubungan dekat dengan Taiwan. AS juga telah lama menjadi pemasok senjata dan bantuan keamanan bagi Taiwan dalam pertahanan. 


Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengatakan status quo tersebut telah membantu memastikan tak akan ada konflik antara AS dan China soal Taiwan. Tetapi, belakangan China semakin melupakan status quo tersebut.


"Apa yang berubah adalah keputusan pemerintahan di Beijing yang menganggap status quo tak bisa diterima lagi," Kata Blinken.


Ia kemudian berujar, "Bahwa mereka (China) ingin mempercepat proses yang mana mereka akan mengejar reunifikasi."


Menurut Blinken, China telah melakukan pemaksaan dan mempersulit hidup Taiwan melalui berbagai cara.


"Harapannya akan mempercepat reunifikasi, tetapi juga menahan kemungkinan, jika itu berhasil, menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan mereka," ujar Blinken lagi.


Lebih lanjut, diplomat top AS itu mengatakan status quo juga memungkinkan Taiwan lebih berkembang.


Meski tidak diakui sebagai negara berdaulat, selama ini Taiwan telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi global yang dominan terutama sebagai produsen pembuatan chip dan material semikonduktor canggih untuk mobil hingga peralatan elektronik.


"Jika itu karena alasan apa pun terganggu, itu akan memiliki konsekuensi yang sangat signifikan bagi ekonomi global," ucap Blinken lagi.


Ia lalu menegaskan, Tekanan terhadap Taiwan harus menjadi perhatian bersama bukan cuma AS, tetapi seluruh dunia.


Taiwan beberapa tahun terakhir semakin gigih menunjukkan keinginan mereka untuk melepaskan diri dari China. 


Namun, Beijing selalu menghalangi cita-cita Taipei itu dan mengklaim pulau itu bagian dari wilayahnya.


China bahkan bersumpah akan menggunakan cara apapun, bila perlu dengan militer, untuk mempertahankan Taiwan.


Taiwan juga kerap menjadi isu perselisihan antara AS dan China. AS secara diplomasi menjunjung prinsip Satu China, mengakui Beijing sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah. Namun, mereka memiliki Undang-Undang Relasi Taiwan (RTA).


Pakar Sebut China Tak Mungkin Berhasil Rebut Taiwan


Lembaga think thank Amerika Serikat (AS) menganalisis bahwa Beijing tidak mungkin berhasil merebut Taiwan melalui invasi yang diprediksi tahun 2026. Justru, konflik tersebut akan merugikan AS dan Jepang.


Laporan yang diterbitkan Pusat Kajian Strategis dan Internasional, Senin (9/1/2023) mengungkap, bahwa Washington harus terlibat pertempuran langsung, jika memutuskan untuk mempertahankan Taiwan.


Pasalnya, tidak seperti Ukraina, AS dan sekutunya dapat menghindari pengiriman pasukan mereka ke medan perang.


Pada laporan “Pertempuran Pertama dari Perang Berikutnya: Wargaming Invasi Cina ke Taiwan”, penulis memperingatkan AS mungkin mengalami kemenangan, namun diprediksi akan lebih menderita dalam jangka panjang daripada China yang dikalahkan.


China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan mengatakan pada akhirnya akan menyatukan pulau itu dengan daratan, jika perlu dengan paksaan.


Beberapa negara, termasuk AS, mengakui pulau itu sebagai negara merdeka. Di bawah kebijakan resmi AS, Washington tidak mengakui klaim kedaulatan Beijing atas Taiwan, tetapi mengakui bahwa klaim itu ada. [Democrazy/CNN]

Penulis blog