DEMOCRAZY.ID - Kepala Staf TNI AD (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman, meminta kepada prajurit yang bertugas di Papua untuk menyayangi dan tidak menyakiti hati masyarakat setempat.
Hal itu disampaikan Dudung saat memberikan arahan kepada prajurit TNI di Markas Kodam XVII/ Cenderawasih, Jayapura, Papua, Selasa (23/11/2021).
"Jangan sedikit pun berpikir untuk membunuh, kalian harus sayang masyarakat dan kalian harus tunjukkan rasa sayang kepada masyarakat Papua. Kamu harus baik pada masyarakat Papua, jangan menyakiti hati mereka," kata Jenderal Dudung di Timika, Papua, seperti dilansir Antara, Rabu (24/11/2021).
Dalam kesempatan itu, Dudung berpesan agar Satgas TNI AD yang bertugas di Papua jangan menganggap kelompok kriminal bersenjata (KKB) sebagai musuh, tetapi menganggap mereka sebagai rakyat yang perlu dirangkul dengan hati yang suci dan tulus, serta diberi pemahaman tentang NKRI.
Ia meminta supaya prajurit TNI dapat mengajak mereka untuk bersama-sama bergabung membangun Papua. Sebab, mereka adalah saudara se-Tanah Air.
"Satgas tidak harus memerangi KKB, namun mereka perlu dirangkul dengan hati yang suci dan tulus karena mereka adalah saudara kita. Keberhasilan dalam tugas bukan diukur dengan dapat senjata namun bagaimana saudara kita bisa sadar dan kembali ke pangkuan NKRI," ujar dia
Di samping itu, Dudung juga berpesan kepada para perwira agar menjadi orang terdepan dalam mengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil akan bijak dan tidak semaunya sendiri.
Menurut dia, para perwira harus mencintai anak buah dan jangan membiasakan menyalahkan orang lain serta dapat melaksanakan tugas secara optimal.
"Para perwira dalam bertugas agar memiliki imajinasi, inovasi, visi dan misi, harapan serta cita-cita," ucap Jenderal Dudung.
KKB Kepung Pos Militer, 6 TNI Tewas, 9 Disandera: Ini Temanmu Mau Diambil atau Tidak?
Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB, kembali melancarkan serangan terhadap aparat TNI di Papua.
Kabar beredar menyebutkan, kontak senjata itu terjadi Pos Militer Mugi di Distrik Nduga, Papua Pegunungan pada Sabtu, 15 April 2023.
Akibat serangan brutal KKB, 21 anggota dari satuan Kostrad TNI belum diketahui nasibnya sampai saat ini.
Kabar terkait penyerangan tersebut diinformasikan melalui laporan yang ditujukan kepada Panglima Divisi Kostrad-1 yang tersebar ke kalangan wartawan di Papua, dan Jakarta.
Adapun narasi dalam laporan itu berbunyi, serangan kelompok separatisme bersenjata di Papua, terjadi sekitar pukul 16:30 waktu setempat.
KKB melancarkan serangan terhadap Tim Badak-1, Badak-3, Candraca-2, Candraca-11 di Pos Mugi dengan KSTP (Kelompok Separatisme Terorisme Papua) saat pembersihan daerah di wilayah Mugi-Mam.
Serangan KKB itu menyasar sebanyak 36 prajurit TNI. Mereka terdiri dari 20 anggota YR 321/GT dan sebanyak 16 personel Kopassus.
"Keterangan: sembilan orang (personel) diduga tertangka KSTP, 6 orang meninggal dunia, dan 21 orang belum diketahui,” sebut keterangan dalam laporan tersebut.
Masih menurut laporan yang beredar itu, sebagian Tim Gabungan melarikan diri dengan berpencar.
"Tim Gabungan terpencar sehingga menyelamatkan diri menuju ketinggian Cakra-1,” bunyi keterangan dalam laporan itu dikutip pada Minggu, 16 April 2023.
Kemudian, dalam laporan itu juga disebut ada sembilan personel TNI yang disandera.
Menurut laporan tersebut, hal itu diketahui dari kontak radio HT Channel KSTP di Pos Mugi.
Dalam kontak radio tersebut, dikatakan KKB menyampaikan kepada TNI tentang keberadaan para tawanan yang disandera tersebut.
"Ini 9 orang teman mu mau diambil atau tidak?,” demikian bunyi kontak radio yang disebutkan dalam laporan tersebut.
Masih merujuk pada laporan yang beredar itu, saat ini upaya evakuasi personel yang gugur belum dapat dilakukan karena terkendala cuaca buruk.
Sementara itu, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), Sebby Sambom mengakui adanya kabar penyerangan tersebut.
Namun, lanjut Sebby, markas pusat sayap militer prokemerdekaan Papua itu belum menerima laporan lengkap terkait dengan hasil dari penyerangan yang dimaksud.
"Itu (penyerangan Pos Mugi) kemungkinan benar. Tetapi kami belum terima konfirmasi dari Nduga. Oleh karena itu kami juga masih tunggu,” katanya. [Democrazy/kompas]