AGAMA HOT NEWS ISLAMI TRENDING

Kader Muhammadiyah Ma’mun Murod Desak Sidang Isbat Ditiadakan, Alasannya Bikin Kaget

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
HOT NEWS
ISLAMI
TRENDING
Kader Muhammadiyah Ma’mun Murod Desak Sidang Isbat Ditiadakan, Alasannya Bikin Kaget


DEMOCRAZY.ID - Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma’mun Murod mempertanyakan tujuan tradisi Isbat yang rutin digelar pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, dalam penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Idul Adha.


Barangkali sudah saatnya, kata Ma’mun, mengakhiri tradisi ini dan memberikan kebebasan kepada umat Islam Indonesia untuk memilih rukyah atau hisab yang digunakan Muhammadiyah.


“Masih perlukan Sidang Itsbat? Mungkin saatnya dipikirkan serius untuk hentikan Sidang Itsbat. Tak usah diadakan lagi Sidang Itsbat. Biarkan saja yang pro rukyah gunakan hasil rukyahnya untuk menentukan lebaran. Yang pro hisab gunakan hasil hisabnya untuk menentukan lebaran,” tulis Ma’mun Murod di Twitter @mamunmurod_, Rabu (19/4/2023).


Selain itu dengan ditiadakannya sidang isbat, setidaknya akan mengurangi beban anggaran negara yang tidak perlu.


“Dalam konteks negara Pancasila, di mana agama menempati posisi yang sangat penting, hal ini jauh lebih fair. Begitu pun dalam konteks anggaran, dengan tidak adanya Sidang Itsbat juga setidaknya mengurangi beban anggaran yang tak terlalu perlu,” tegasnya.


Sehingga ia mendorong semua pihak untuk membodohi masyarakat dengan membangun pemahaman bahwa secara hukum fiqih lebaran Idul Fitri harus mengikuti putusan pemerintah.


“Jangan bodohi orang dengan mengatakan bahwa secara fiqh lebaran harus ikuti putusan Pemerintah. Itukan fiqh sesuai selera kelompok anda. Hargai dong kelompok lain yang ikuti pandangan fiqh lainnya,” ungkapnya.


Karena menurutnya, ketika fiqih jadi pijakan, seharusnya sikap keagamaan yang menonjol lebih luwes karena fiqih itu bersifat luwes.


Sebelumnya Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir membeberkan tiga alasan penggunaan metode hisab wujudul hilal dalam menentukan waktu awal Ramadan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah.


Menurutnya, landasan atau pilar teologis, sains, dan praktis untuk memudahkan umat dalam menentukan agenda-agenda penting lainnya.


Tiga alasan yang menopang itu, pertama adalah landasan teologis atau keagamaan berasal dari Al Qur’an maupun Hadis.


Dalam Al Qur’an, tidak sedikit surat yang menerangkan tentang metode hisab untuk menentukan waktu, termasuk Hadis Nabi Muhammad SAW.


Alasan kedua adalah sains, bahwa Agama Islam merupakan agama yang cinta pada ilmu.


Wujud yang dipahami oleh Muhammadiyah sebagaimana konsep wujud itu, yaitu prinsip keberadaan.


Hilal sebagai benda langit sangat bisa diamati melalui alat hasil atau produk ilmu pengetahuan.


“Bagi kami tidak bisa melihat dan tidak bisa tampak di hadapan kita belum tentu hilal itu tidak ada. Bagi kami konsepnya jauh lebih kuat jika konsepnya wujud atau ada,” ungkap Haedar di acara Media Gathering PP Muhammadiyah menjelang Hari Raya Idulfitri 1444 H yang jatuh pada, Jumat 21 April 2023 di Kantor PP Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, Selasa (18/4/2023).


Alasan ketiga adalah praksis atau kemudahan, disebutkan bahwa dalam beragama Allah SWT menghendaki kemudahan bukan kesusahan. 


Kemudahan yang dimaksud oleh Muhammadiyah bukan yang pragmatis, tetapi kemudahan yang diberikan oleh agama.


Penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal, kata Haedar, secara praksis untuk menjawab keresahan umat tentang penentuan waktu-waktu penting ibadah umat Islam, yang berkorelasi dengan penjadwalan untuk aktivitas lain di luar ibadah khusus.


Oleh karena itu Muhammadiyah sampai saat ini terus mendorong segera direalisasikan kalender Islam global, diharapkan melalui kesepakatan waktu dalam kalender tersebut, keresahan-keresahan yang dihadapi umat Islam sekarang tidak terjadi kembali. 



[Democrazy/Fajar]

Penulis blog