GLOBAL

Terungkap! Negara Ini Ternyata Penikmat Terbesar Emas RI

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
Terungkap! Negara Ini Ternyata Penikmat Terbesar Emas RI

Terungkap! Negara Ini Ternyata Penikmat Terbesar Emas RI

DEMOCRAZY.ID - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) nampak serius dengan hilirisasi pertambangan di dalam negeri. 


Setelah menyatakan akan menutup keran ekspor bauksit dan tembaga, Presiden Jokowi juga menegaskan akan menyetop ekspor emas.


"Kemudian nanti lari ke bauksit, timah, dan tembaga, kemudian lari ke emas, lari ke gas alam dan minyak," ungkap Jokowi dalam 'Pertemuan Industri Jasa Keuangan', di Jakarta, Senin (6/2/2023).


Rencana ini, membuat Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli angkat suara. 


Dia mengatakan Indonesia memproduksi emas hingga 70 ribu ton per tahun. 


Namun, hasil produksi tersebut lebih banyak diekspor ke negara Hongkong dan India.


"Produksi emas Indonesia berkisar antara 60 ribu hingga 70 ribu ton per tahun dan sebagian besar diekspor ke manca negara terutama Hongkong, India dan negara lain," ungkapnya, Selasa (7/2/2023).


Selain itu, dia menyebutkan penggunaan emas yang diekspor itu sebagian besar untuk perhiasan, simpanan, dan cadangan devisa bagi Bank Sentral. 


Rizal mengungkapkan negara India sebagai negara pengguna emas terbesar, yang mana emas tersebut digunakan untuk perhiasan juga sebagai kebutuhan perkawinan.


"Penggunaannya sebagian besar adalah untuk perhiasan, simpanan dan cadangan emas atau devisa di Bank Sentral. India sebagai pemakai perhiasan terbesar karena selain sebagai perhiasan juga untuk kebutuhan perkawinan (mas kawin)," ujar Rizal.


Dengan begitu, dia menilai Indonesia juga bisa mengolah emas batangan lebih lanjut untuk dijadikan perhiasan. 


Selain itu, emas juga bisa disimpan pada Bank Indonesia sebagai simpanan devisa negara.


"Untuk itu, apabila emas tersebut agar bertahan di dalam negeri, Bank Indonesia sebagai Bank Sentral harus membeli emas yang dihasilkan tersebut dan disimpan sebagai cadangan devisa negara," tandasnya.


Untuk diketahui, setelah sukses melaksanakan hilirisasi nikel pada 2020 lalu, salah satunya dengan melarang ekspor bijih nikel, Presiden Jokowi akan melanjutkan kebijakan larangan ekspor mineral mentah pada komoditas tambang lainnya, yakni bauksit, tembaga, timah, hingga emas.


Presiden Joko Widodo mengungkapkan hilirisasi yang dilakukan pada komoditas nikel telah membuahkan hasil mencapai US$ 30 miliar, dibandingkan sebelumnya "hanya" US$ 1,1 miliar saat Indonesia masih mengekspor bahan mentah.


Presiden mengungkapkan, jika kebijakan ini konsisten dijalankan, maka akan menjadikan Indonesia sebagai negara maju.


"Ini harus terus konsisten kita dorong, dan naik terus PDB kita, sehingga kita harapkan betul bisa melompat maju ke depan dan hilirisasi menjadi kunci bagi negara ini kalau kita ingin menjadi negara maju," tuturnya.


Terlebih, masih banyak sumber daya alam lainnya yang bisa diolah untuk meningkatkan nilai tambah, seperti laut.


"Jangan lupa namanya SDA laut kita, ini memberikan nilai tambah kalau kita hilirkan. Ingat bahwa 2/3 wilayah Indonesia adalah air, luas lautan mencapai 3,25 juta kilometer besar sekali. Potensinya belum kita apa-apain," katanya.


Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mencontohnya seperti saat ini Indonesia menjadi eksportir rumput laut nomor 1 dunia, tapi masih hanya sebatas bahan mentah. 


Beda dengan China yang bisa menjadi importir nomor 1 rumput laut di dunia sekaligus eksportir terbesar keratin.


"Ini yang harus kita tiru, kita harus menjadi eksportir nomor 1 bahan mentah dan nomor 1 keratin," kata Jokowi. [Democrazy/cnbc]

Penulis blog