Oleh: Yanuar Rizky
Pertama kali dalam sejarah era industri politik, yang melahirkan bisnis Survey, ada lembaga survey menelpon saya kemarin dan menjadikan sampel...
Pendapat saya, survey sudah memiliki kecenderungan kesimpulan, atau kasarnya framing opini yang ingin dicapai dari metode Questionare pilihan berganda kepada Respondennya...
Dari runtutan pertanyaan, dan pilihan jawaban kita pun bisa menyimpulkan kandidat mana yang ingin diangkat lembaga survey tersebut.
Pertanyaan tentang lawan potensial (A?), ada terkait kinerja dengan dua opsi percaya atau tidak.
Tapi, kandidat lain (G?) tak ada pertanyaan seperti itu...
Saya memprotesnya, kalo satu pihak kinerjanya ditanya dan juga atas isu berbau korupsi (formula e? -red) , kandidat lain juga harusnya ada...
Surveyor ngeles, saya jawab; militansi dan propaganda, bahkan ke pertanyaan agama merupakan framing buruk...
Saya katakan, sebagai rasional voter (pemilih rasional), saya merasa survey ini tidak rasional...
Lalu, dia bilang, kami memang tidak mendesain golput...
Saya bilang anda tidak paham gugatan saya atas survey ini, soal golput atau siapa yang akan kita pilih adalah hak politik...
Tapi, masalahmya rentetan pertanyaan lanjutannya memframing kondisi propaganda, bukan suara rakyat yang netral ke kandidat, tapi punya pilihan politik tatakelola negara.
Lalu, yang nelpon bilang terimakasih atas jawabannya... (ngacir)
Wow, kemanakah kualitas demokrasi?
Dan, perdebatan perdebatan sehat soal kekuasaan di media pun sepi dalam keramaian?
Entahlah....
Yang nelpon saya itu lembaga survey papan atas, yang berpengaruh....
Wait, See and Walluhu'alam
[FB]