DEMOCRAZY.ID - Mantan Menteri ESDM Sudirman Said menyebut bahwa sikap antipati pemerintah terhadap Anies Baswedan sebagai iklim yang tidak sehat karena orang menjadi dendam hanya karena kompetisi politik.
Pernyataan Sudirman Said kepada pihak yang antipati terhadap Anies Baswedan tersebut disampaikan dalam tayangan kanal Youtube karni Ilyas Club.
Pembicaraan itu bermula ketika Karni Ilyas menanyakan apa urgensinya partai pendukung Anies Baswedan yakni PKS cepat-cepat menyampaikan dukungannya ke publik terlebih lagi di bandara.
Yang mana diketahui bahwa sebelumnya Partai Nasdem dan Partai Demokrat menyampaikan dukungan secara resmi pada Anies.
Lalu pada 30 Januari 2023 Partai Keadilan Sejahtera atau PKS pun resmi memberikan dukungannya pada Anies.
Dimana kalau dukungan pertama Nasdem kepada Anies dinilai urgent karena pada saat itu memang ada upaya KPK untuk mentersangkakan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Mengenai pertanyaan tersebut Sudirman Said pun menyatakan apabila melihat dari esensinya memang upaya yang dilakukan KPK itu menjadi upaya untuk membuat Anies tidak masuk dalam kompetisi Pilpres 2024.
"Kalau dilihat apa sih esensinya kenapa kpk seperti ingin memaksakan gitu ya itu kan upaya untuk membuat Mas Anies ini tidak masuk dalam kompetisi gitu. Dan suasana itu yang kita rasakan juga mengapa ada kebutuhan untuk secepat-cepatnya mengumumkan dukungannya dari tiga partai (pendukung) itu supaya publik baik yang merupakan pendukung dari partai politik maupun relawan itu punya keyakinan bahwa memang kita akan terus berjalan gitu," ujar Sudirman Said.
"Jadi boleh saya katakan bahwa suasana adanya upaya-upaya untuk menGhambat supaya koalisi tidak terbentuk dan supaya anies itu tidak maju itu sangat terasa. Dan itu dialami oleh semua partai. Karena itu ketika momentumnya diperoleh, sudah diumumkan saja, segera diumumkan mengapa di bandara, ya katanya hal yang baik itu jangan ditunda-tunda," sambungnya.
Bahkan Sudirman Said blak-blakan bahwa ada sedikit drama di bandara karena awalnya deklarasi dukungan PKS tersebut mula mula sederhana saja dan hanya mengumpulkan media saja.
Namun mantan menteri ESDM tersebut mengungkapkan lebih jauh bahwa kemudian ada pihak otoritas atau petugas segala macam yang mendatangi sampainya akhirnya diusir dan kemudian pindah ke restoran yang ada di dekat bandara.
"Ada drama sedikit di bandara karena mula mula sederhana saja ngumpulin media. Kemudian rupanya pihak otoritas, petugas segala macam banyak sekali barangkali intel polisi segala macam, yang sampai akhirnya kita diusir (serta) akhirnya kita pindahlah ke restoran di dekat bandara," jelas Sudirman Said.
"Saya mau bilang disini bahwa ini kan demokrasi ya, dan mencalonkan presiden itu bukan kejahatan gitu. Tapi kenapa mulai ada suasana-suasana penekanan yang itu menjadi hal yang kurang sehat dan kita sih berharap yang begini-begini tuh jangan diteruskan karena tensinya makin hari makin tinggi. Karena menjadi hak setiap warga negara menjadi hak partai politik untuk mencalonkan siapapun. Itu yg mungkin harus kita kaji kenapa terhadap anies perlakuannya begitu," jelasnya kembali.
Bahkan mantan menteri ESDM itu juga mengungkapkan ada banyak pihak yang bertanya kenapa ada sikap antipati terhadap Anies.
"Ya saya ditanya oleh banyak media juga dan oleh banyak diplomat juga ya, yang pada bertanya ada apa," kata Sudirman Said kembali.
"Saya engga bisa jawab karena engga ada alasan dalam artian pada waktu pemilu 2014 Pak Anies adalah pendukung utama Pa jokowi, menjadi juru bicara siang malam bersama beliau. Pada waktu jadi menteri kebetulan satu angkatan juga baik-baik saja tidak ada kekeliruan apapun yang fundamental. Kemudian ketika jadi gubernur juga ya dia menempuh proses normal berkompetisi kemudian menang terus memerintah dengan baik yang tidak menunjukan sama sekali kompetisi atau perlawanan kepada pemerintah pusat. Jadi semua orang bertanya kenapa mesti begitu. Kenapa perlakuannya harus begitu dan itu sesuatu yang sulit dijawab," kata mantan Menteri Esdm itu kembali.
Akan tetapi apabila hal tersebut menyangkut dengan Pilgub DKI, menurut Sudirman Said hal tersebut bukanlah iklim yang baik dimana hanya karena kompetisi politik orang menjadi punya dendam.
"Jadi ini iklim yang tidak sehat ketika orang punya dendam gara-gara kompetisi politik. Karena saya melihatnya politik itu bukan punya pribadi. Politik itu punya publik, yang ketika kita terpanggil, maka turunlah kita. Kemudian ketika kita tidak dipilih rakyat, ya selesai begitu aja. Yang harusnya itu menjadi contoh, dimana harus bisa diberikan teladan oleh para petinggi kita," pungkas Sudirman Said. [Democrazy/HH]