DEMOCRAZY.ID - Aktivis yang juga pengamat politik Chusnul Mar'iyah menyoroti omongan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang menyinggung ibu-ibu pengajian.
Menurut dia, Megawati kurang berempati terhadap isu perempuan.
Chusnul mengatakan dirinya mengenal sosok Megawati karena sempat bicara langsung.
Momen itu terjadi saat Megawati masih menjabat sebagai Presiden RI ke-5.
Ia juga pernah mengirim surat terbuka kepada Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tersebut.
"Dan, saya sebetulnya pernah berkesempatan pada waktu itu launching dengan Ibu Megawati di rumah beliau waktu beliau saat Presiden RI," kata Chusnul dalam program Perempuan Bicara tvOne yang dikutip pada Senin, 27 Februari 2023.
Dia menyampaikan ada beberapa hal menyangkut omongan Megawati soal ibu-ibu pengajian.
Pertama, dia menangkap dari reaksi publik bahwa isu ini berkaitan dengan agama.
"Agamanya yang diserang. Dan, ini bukan yang pertama yang diserang. Jadi, publik menganggap bahwa agama yang diserang. Agama Islam yang diserang," jelas Chusnul.
Chusnul menekankan sebagai negarawan, mestinya Megawati paham konstitusi.
Dia mengatakan dengan menyinggung pasal 29 ayat 1 dan 2 terkait negara menjamin kemerdekaan.
"Setiap negara beribadah memeluk sesuai agama masing-masing dan beribadah sesuai agamanya. Dan, ini persoalannya kalau masalah perempuan, sepertinya ibu megawati ini, ya kurang," lanjut Chusnul.
Dia menyinggung Megawati yang pernah melontarkan pernyataan soal minyak goreng langka yang membuat ibu-ibu mengantre.
Megawati saat itu heran ibu-ibu hanya mengetahui cara memasak dengan menggoreng.
"Dan, ini bukan yang pertama. Dulu kasus minyak goreng, misalnya. Jadi, empati terhadap isu perempuan sepertinya kurang," tuturnya.
"Di dalam konteks ini. Mungkin karena dari kecil hidup di Istana, jadi kadang-kadang kurang memiliki empati, atau berpihak," ujarnya.
Lalu, dia menyampaikan status Megawati saat ini sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN yang merupakan lembaga riset.
Dengan status itu, Megawati mesti punya data dan argumen dalam menyampaikan pernyataan ke publik.
"Kemudian secara politik, Ibu kita ini kan sekarang banyak gelar. Apalagi memimpin BRIN. Berbicara sebagai seorang profesional, seorang ilmuwan itu harus punya data, argumen, baru mengambil kesimpulan," tuturnya.
Dia bilang terkait itu mesti ada daftar pustaka dan referensinya dala bicara ibu-ibu pengajian.
Bagi dia, penjelasan elite PDIP bahwa omongan Megawati terkait stunting sepertinya tak ada kaitannya.
"Nah, kalau misalnya isunya stunting tidak ada urusannnya dengan ibu-ibu pengajian. Stunting itu kemiskinan struktural, negara yang harus melindungi warga negaranya, mensejahterahkan negaranya," sebutnya.
[Democrazy/VIVA]