PERISTIWA

Saat Jenderal Soedirman Pernah Marah ke Soekarno Gegara Ogah Diajak Berperang

DEMOCRAZY.ID
Februari 27, 2023
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
Saat Jenderal Soedirman Pernah Marah ke Soekarno Gegara Ogah Diajak Berperang


DEMOCRAZY.ID - Saat Jenderal Soedirman pernah marah ke Soekarno gara-gara ogah diajak berperang menjadi kisah sejarah Indonesia menarik untuk dibahas. 


Selepas kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 terjadi dua agresi militer Belanda.


Agresi militer Belanda ke I terjadi dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 21 Juli 1947 dengan latar belakang penolakan RI terhadap tuntutan Belanda.


Sedangkan agresi militer Belanda ke II terjadi pada 19 Desember 1948 yang berlatar belakang pengingkaran Belanda terhadap perjanjian Renville. 


Hal itu terjadi pada Jenderal Soedirman pernah marah ke Soekarno gara-gara ogah diajak berperang.


Dilansir dari laman Sekretariat Kabinet RI, perselisihan antara Presiden Soekarno dan Jenderal Soedirman terjadi ketika Soedirman selaku prajurit TNI (dulu TKR) meminta kepada sang presiden agar ikut bergerilya dan menghentikan diplomasi karena negara sedang dalam keadaan genting. 


Namun, ajakan Soedirman ditolak oleh Soekarno yang tetap pada pendiriannya untuk tetap di dalam kota dan berjuang melalui jalur diplomasi.


Adapun alasan Soedirman yang menginginkan Soekarno untuk bergerilya adalah karena Belanda telah ingkar janji dan tidak ada gunanya melakukan diplomasi. 


Sedangkan Soekarno berkeyakinan jika diplomasi menjadi salah satu cara untuk mendapatkan dukungan di dunia internasional.


Karena perbedaan pendapat ini akhirnya kedua tokoh kemerdekaan itu pun memillih jalannya masing-masing. Soedirman bergerilya, Soekarno berdiplomasi. 


Namun pada akhirnya Soekarno dan Muhammad Hatta menyerah kepada Belanda, sedangkan Soedirman terus berjuang dalam kondisi sakit paru-paru dan harus memimpin dari atas tandu.


Soedirman pun dibuat kecewa setelah mendengar kabar Soekarno dan Hatta menyerah ke Belanda daripada ikut bergerilya dengannya. 


Sang jenderal pun tidak mengakui hasil perundingan Roem-Roijen pada 7 Mei 1947 karena dalam perjanjian itu tertulis jika pasukan RI harus berhenti bergerilya.


Di akhir cerita, Soekarno menuliskan pesan pribadi dengan penuh hormat pada Jenderal Soedirman. 


Bahkan Soekarno menyebut Soedirman dengan sebutan “yang mulia Panglima Besar” dan memintanya untuk kembali ke Yogyakarta.


Surat tersebut dibawa langsung oleh Overste Soeharto dan dengan berat hati Soedirman memenuhi permintaan sang kepala negara pad 10 Juli 1949. 


Kembalinya Soedirman tentunya untuk memenuhi panggilan jiwanya sebagai seorang pimpinan militer yang selalu tunduk pada keputusan presiden.


Momen mengharukan pun terjadi ketika Soekarno bertemu dengan Soedirman. 


Perselisihan di antara keduanya pun pudar dengan sikap negarawan yang mereka miliki dalam mencapai tujuan perjuangan kemerdekaan seutuhnya.


Demikian kisah saat Jenderal Soedirman pernah marah ke Soekarno gara-gara ogah diajak berperang.


Sumber: Okezone

Penulis blog