DEMOCRAZY.ID - Hari ini, semua media terfokus pada deklarasi Anies Baswedan sebagai Capres pada Pilpres 2024 oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Deklarasi ini menjadi sangat menarik karena seperti selalu ada satu hal yang baku dalam soal pengumuman capres Anies, yaitu terkesan mendadak dan dipercepat.
Semula PKS akan mendeklarasian Capres Anies pada 24 Februari, besok, tapi ternyata dimajukan hari ini. Percepatan ini tentu membuat publik menduga-duga ada sesuatu di balik ini semua.
“Kelihatannya Anies itu jadi TO oleh semua pihak yang menganggap bahwa kalau Anies diloloskan maka percaturan politik akan berbeda sama sekali. Tapi sebetulnya justru dari situ orang menganggap bahwa Anies sengaja ingin disingkirkan,” ujar Rocky Gerung dalam Kanal Youtube Rocky Gerung Official edisi Kamis (23/2/23).
Kalau ada soal sprindik, tambah Rocky, kita tahu dari awal Anies dipesankan pada KPK untuk dihalangi. Kalau ada soal -soal menyangkut isu hutang segala macam, saya kira Pak Prabowo bisa menyelesaikan itu.
“Tetapi, yang utama adalah nggak mungkin kita menyingkirkan hanya karena alasan-alasan usut mengusust formula E, usut mengusut utang, karena Anies sudah diasuh di dalam satu wacana politik baru tentang perubahan,” ungkap Rocky.
Jadi, kata Rocky, kelihatannya karena Anies mendukung ide perubahan maka dia harus dihalangi. Padahal, Anies tidak bersih-bersih amat dalam soal ide perubahan. Kan Anies tetap mau ibu kota negara dilanjutkan. Artinya, pasti ada transaksi dengan oligarki.
Anies sudah percaya bahwa pemilihan umum harus berlangsung di dalam sistem elektoral, padahal sebetulnya Pak Jokowi lagi berupaya menunda Pemilu.
“Jadi hal-hal semacam ini membuat kita paham bahwa di ujung pembicaraan kita sebetulnya ini ada pertanda bahwa Pemilu akan kacau,” ungkap Rocky.
Bayangkan, misalnya, kalau Anies hari ini dideklarasikan, besok sprindiknya keluar, itu pasti ada kemarahan publik, dan kemarahan itu yang akan menunda pemilu.
“Jadi terlalu enteng kalau kita bilang Anies ini cuma soal dengan KPK atau urusan dengan Pak Prabowo. Bukan. Anies adalah umpan untuk menghasilkan ketidakstabilan politik. Dan itu alasan untuk penundaan Pemilu,” ungkap Rocky.
Jadi, jelas Rocky, kelihatannya Demokrat dan PKS membaca itu. Kalau Demokrat membaca bahwa ini adalah umpan buat publik, itu artinya sudah ada kontigensi plan.
Plan berikutnya, kalau terjadi keresahan apa yang mau dilakukan. Pak SBY lebih lebih terang-terangan mengatakan bahwa ini artinya akan ada situasi genting. Kegentingan itu yang justru hendak dipermainkan atau diujikan oleh PKS dan Demokrat pada Presiden Jokowi.
Sementara itu, Pak Prabowo elektabilitasnya naik terus. Jadi kelihatannya justru Pak Prabowo yang akan diuntungkan dengan proses delegitimasi Anies ini. Tapi di ujung kelihatannya ada negosiasi agar Anies gabung saja dengan Pak Prabowo biar tidak diapa-apain.
“Jadi ini semua spekulasi yang kita tunggu sebetulnya adalah reaksi istana terhadap pencalonan Anies yang jelas-jelas dibuat dadakan supaya variabel-variabel yang masih disembunyikan oleh Presiden Jokowi bisa dibuka hari ini.” Ujar Rocky.
Jadi, apa sebetulnya poinnya kalau Anies deklarasikan hari ini, poinnya adalah menunggu reaksi cepat dari Pak Jokowi, sebab kalau deklarasi Anies berlangsung tanpa persoalan, itu artinya proyek istana untuk menangkap Anies melalui KPK batal juga. Tapi, itu tidak mungkin terjadi.
Artinya, Presiden Jokowi sudah melepaskan semacam kecemasannya pada Anies. Artinya, Anies sudah tidak berbahaya lagi. Jadi saya kira itu permainan di belakang ekosistem politik kita hari ini.
“Jadi, sekali lagi, kita mau lihat reaksi dalam 2 jam ini dan itu menyangkut sebetulnya harga diri dari NasDem, PKS, dan Demokrat, bukan lagi sekedar harga elektabilitas, tapi harga diri partai-partai yang mendukung artinya akan disandera oleh Anies. Jadi, Anies akan dipakai sebagai alat istana untuk menyandera SBY, Surya Paloh, dan Salim Assegaf,” jelas Rocky.
Ini pasti akan ada soal internasional karena Amerika jelas-jelas memberi sinyal bahwa Anies harus lolos karena dia adalah oposisi, tambah Rocky. Dubes Amerika tentu atas perintah Joe Biden menemui PKS sebagai simbol Islam, sekaligus simbol oposisi.
“Jadi saya menghitung ini akan jadi situasi yang menegangkan sebetulnya di tingkat nasional, sekaligus akan ada permainan-permainan intelijen asing untuk masuk dalam situasi ini,” ungkap Rocky.
Jadi, menurut Rocky, kunjungan Amerika ke PKS itu bukan kunjungan biasa. Itu juga mendadak dan momentumnya ada. Amerika selalu menghitung momentum kapan Duta Besar harus bicara.
Seringkali di antara negara-negara Barat ada forum para Dubes untuk mengukur ketegangan politik. Dan kalau Amerika yang sudah kasih sinyal, itu artinya negara-negara barat juga akan ikut sinyal Amerika.
“Itu petanda bahwa kegentingan itu memang sedang berlangsung dan kita mau lihat apakah kegentingan itu akan dipaksakan untuk menunda Pemilu atau justru kegentingan itu harus terjadi supaya Pemilu jangan ditunda. Karena itu harus dipercepat justru,” ujar Rocky. [Democrazy/FNN]