DEMOCRAZY.ID - Pengajian Ustaz Hanan Attaki di Masjid Al-Muttaqien, Desa Laden, Kecamatan Pamekasan, Madura dibubarkan. Ustaz Hanan Attaki buka suara soal pembubaran pengajiannya ini.
Diketahui, pengajian pada Minggu (12/2) itu dibubarkan oleh Banser Nahdlatul Ulama (NU) bersama dengan warga.
Dari informasi yang dihimpun, pengajian itu didatangi warga dan banser berseragam. Massa menolak adanya pengajian itu.
Massa yang berjumlah ratusan itu memenuhi halaman masjid dan jalanan di depan masjid.
Di bawah guyuran hujan, massa meminta pengajian dihentikan. Mereka berorasi melalui pengeras suara lewat mobil komando.
Aksi massa itu mendapat pengamanan dari polisi. Setelah melakukan pembicaraan, akhirnya disepakati pengajian itu tidak diteruskan.
Hanan memberi klarifikasi terkait penolakan tersebut dan penyebabnya.
Klarifikasinya ini dalam sebuah video di Channel YouTube Hanan Attaki yang diunggah pada Kamis (16/2).
Video itu diberi judul DISCLAIMER - menjawab keraguan dengan durasi 48.38 menit.
Dalam pembukaannya, Hanan menyebut terkait berita viral penolakan ceramahnya di Pamekasan, Madura.
Ia tak menyebut kapan tepatnya penolakan itu terjadi, namun hanya menyebut ada sejumlah kelompok orang yang melakukan unjuk rasa kepada dirinya.
"Dalam kesempatan ini saya ingin memberi sejumlah penjelasan terkait berita yang sedang viral di sosial media dan beberapa media catak lainnya. Dalam berita bahasa tersebut adalah penolakan pengajian Ustaz Hanan Attaki di Madura, di Pamekasan," kata Hanan, Jumat (17/2/2023).
"Dan tuduhan yang disampaikan dalam unjuk rasa yang dilakukan beberapa kelompok orang waktu itu. adalah pertama bahwa Hanan Attaki itu adalah wahabi yang kedua adalah didukung Yahudi dan yang ketiga adalah Ustan Hanan itu menghina Nabi Musa dan Sayyidah Aisyah," imbuhnya.
Hanan menambahkan, penolakan dan dan tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya merupakan bukan hal baru. Sebab ia mengaku menerima fitnah tersebut sejak tahun 2017.
"Sebenarnya ini bukan isu baru yang dituduhkan kepada saya. Karena fitnah ini sudah pernah sempat ramai sejak tahun 2017. Dan waktu itu juga saya sudah memberikan penjelasan tentang kesalahpahaman yang mengakibatkan fitnah tersebut. Tetapi karena mungkin sudah lama akhirnya ketika diangkat lagi dihebohkan lagi, beberapa dari kita kehilangan referensi penjelasan waktu itu," jelasnya.
"Ketika saya menceritakan cerita Nabiyullah Musa AS, kalau kita mendengar ceramah itu secara utuh itu saya sedang saya sedang menceritakan storytelling kehebatan Nabi Musa tapi yang dipotong itu saya menyebut Nabi Musa 'premannya nabi' akhirnya kesannya saya menghina Nabi Musa," terangnya.
Ia lalu menjelaskan lagi sejumlah tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya.
Pertama ia menguraikan mengenai asal usul tuduhan menghina Nabi Musa.
Hanan menyebut video tuduhan yang dinilai menghina Nabi Musa merupakan sepotong dan tidak utuh.
"Kan gak boleh kita menyimpulkan sesuatu hanya dari potongan video dan orang yang dengki, orang yang sengaja membuat fitnah. Kita harus klarifikasi dengan membuat video panjangnya. Itu saya sedang menceritakan hebatnya Nabi Musa, kenapa saya bicara dari sisi ini? karena yang hadir di hadapan saya itu ada yang preman mau hijrah, mau taubat, ada anak-anak jalanan yang tatoan," sambung Hanan.
Selanjutnya, ia menjelaskan tuduhan menghina Aisyah, istri Nabi yang disebut cewek gaul dan menyebut berat badannya.
Hanan menilai tidak ada yang salah apalagi niat menghina dengan kata 'cewek' yang diucapkan
"Di situ saya dikatakan saya menghina Sayyidah Aisyah dengan mengatakan cewek gaul, yang kedua beratnya Sayyidah Aisyah beratnya antara 50 atau 55 atau kurang dari itu. Saya coba jelaskan kalau dalam hal ini, dalam konteks ini tidak mengaku adalah sebuah kesalahan atau menghina. Kalau Nabi Musa Preman Nabi Saya keliru. Keliru memilih diksi dan tak ada niat menghina. Tapi kalau cewek gaul dan beratnya sekitar 50 kilo itu bukan sama sekali penghinaan dan tidak ada yang salah dengan diksi itu," ungkapnya.
"Saya jelaskan cewek dalam bahasa konteks anak muda itu bahasa lain perempuan atau wanita muda. Kemudian gaul kenapa gaul kesannya identik dengan negatif, saya tidak setuju dengan kesannya itu. Seolah-olah anak muda itu seolah-olah semua anak muda itu negatif. Gaul itu gak selalu negatif lho," tandas Hanan.
Bendahara GP Ansor Jawa Timur M Fawait (Gus Fawait) membenarkan kejadian pembubaran pengajian Hanan Attaki oleh banser.
Menurutnya, pengajian itu lebih banyak mudarat-nya dibanding manfaatnya.
"Saya mendengar dan mengetahui masalah tersebut. Saya pikir bahwa kita harus berkomitmen bersama menjaga kondusifitas masyarakat. Semua orang harus menahan diri, menahan ego masing-masing bahwa pengajian itu bagus, pengajian itu baik. Namun, kiranya pengajian itu membawa mudarat saya pikir bisa ditahan, dan dibicarakan bersama," kata Gus Fawait kepada detikJatim, Jumat (17/2/2023).
Gus Fawait menyebut pengajian Ustaz Hanan Attaki di Pamekasan tidak sesuai dengan kultur dan budaya masyarakat Jawa Timur, termasuk di wilayah Desa Laden, Pamekasan.
"Toh juga jangan sampai hal ini bisa memicu dan membelah masyarakat. Karena tujuan pengajian itu supaya kita lebih religius, mencintai bangsa-negara, keluarga, dan sesama. Maka kalau kiranya pembicaranya itu tidak bisa diterima oleh masyarakat banyak di daerah sekitar ya mbok ya dipikirkan, jangan memaksakan diri," jelasnya.
Gus Fawait menyarankan jika ada masyarakat yang memang ingin mendengarkan pengajian Ustaz Hanan Attaki bisa mendatangi daerah dari yang bersangkutan, bukan dengan memaksa menggelar pengajian di wilayah yang banyak warga tidak menyukainya.
"Kalau ada yang ingin mendengar bisa datang ke tempat beliau. Kalau di daerahnya terjadi pro-kontra karena tidak menghendaki, jangan memaksa. Intinya jangan sampai niat baik justru praktiknya tidak baik dan bisa memecah belah masyarakat, apalagi filosofi pengajian itu tidak sesuai dengan tujuan awal," jelasnya.
Gus Fawait menilai hal yang wajar banyak penolakan pengajian Ustaz Hanan Attaki di beberapa tempat di Jawa Timur.
Sebab, banyak pernyataan dari Ustaz Hanan Attaki tidak sesuai dengan kultur-budaya masyarakat Jatim.
"Nah maksud saya tidak mungkin kalau tidak asap tidak ada api. Selama ini pernyataan Ustaz itu mungkin tidak sesuai dengan masyarakat Jatim dan Pamekasan. Maka sebaiknya pihak-pihak terkait harus menahan diri, baik panitia dan kawan kami di Pamekasan jangan sampai jadi konflik horizontal," ujarnya.
"Karena kita dihadapkan krisis konflik dunia, kenaikan harga minyak karena perang Rusia Ukraina. Dan kita sedang pemulihan pandemi COVID-19. Jangan sampai kita tidak kompak dan mengganggu iklim investasi karena ada ramai-ramai terkait masalah pengajian. Sekali lagi saya tidak menyalahkan pihak yang mana, tapi ingat tidak ada asap kalau tidak ada api," sambungnya.
Ia menyarankan masyarakat lebih memilih pembicara atau tokoh agama yang sesuai dengan kultur budaya sekitar. Dengan itu, bisa meminimalisir risiko terjadi chaos.
"Kalau tidak menerima jangan dipaksa. Toh pengajian bukan hal wajib seperti salat 5 waktu. Jangan sampai hal tidak wajib justru mendatangkan mudarat besar dibanding manfaatnya," katanya.
"Kalau yang bersangkutan mengidolakan orang itu, ya datang ke tempatnya aja. Jangan dipaksa, nanti malah ada masalah baru. Tahan diri utamakan keutuhan dan persiapan Pemilu harus kita dukung dengan kondusifitas masyarakat," tandas Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim ini. [Democrazy/detik]