POLITIK

Peluang Ganjar Nyapres Menipis Jika Hal Ini Terjadi Menurut Pengamat

DEMOCRAZY.ID
Februari 12, 2023
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Peluang Ganjar Nyapres Menipis Jika Hal Ini Terjadi Menurut Pengamat


DEMOCRAZY.ID - Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan peluang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, untuk diusung menjadi calon presiden (capres) di Pilpres 2024 akan semakin kecil bila dua koalisi besar yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bergabung dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KBIR).


KIB terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP. Sementara, KBIR adalah koalisi Partai Gerindra dengan PKB.


Hingga saat ini, Arifki belum melihat adanya tanda-tanda Ganjar akan diusung oleh partainya sendiri, yakni PDIP. 


Karena besar kemungkinan PDIP yang bisa mengusung capres tanpa koalisi akan memilih Puan Maharani sebagai kandidat capres. 


"Tetapi, bergabungnya KIB dengan KIR juga bakal mempersulit posisi Ganjar yang diduga bakal diusung oleh KIB jika gagal dideklarasikan oleh PDIP. Ganjar tidak hanya bersaing dengan para Ketua Umum anggota KIB, tetapi juga dengan Prabowo," kata Arifki, Sabtu (11/2/2023). 


Wacana penggabungan KIB dan KIR muncul usai pertemuan antara Ketum Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar pada Jumat (10/2/2023). 


Bila KIB dan KIR bergabung, akan banyak nama-nama yang akan bersaing menjadi bakal capres.


Dua nama yang paling kuat adalah Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto. 


Dan yang akan berebut posisi cawapres adalah Cak Imin, Ridwan Kamil, hingga Ketum PAN Zulkifli Hasan. 


"Jika KIR dan KIB bergabung,  pilihan Ganjar hanya maju lewat PDIP sebagai calon presiden. Jika memang nama Ganjar tidak keluar di PDIP, langkah Ganjar untuk menegosiasikan posisi cawapres masih mungkin di gabungan koalisi (KIB dan KIR) ini," ujar Arifki. 


Arifki pun meyakini bila kedua koalisi ini bergabung, mereka harus meremukkan lagi siapa figur capres yang akan diusung. 


“Jika KIR dan KIB bersatu, bisa jadi figur-figur capres yang muncul dikocok ulang. Selain kepentingan masing-masing koalisi perlu diakomodir, kepentingan dari masing-masing partai juga bakal mempersulit dalam penentuan capres dan cawapres," kata Arifki. [Democrazy/rep]

Penulis blog