DEMOCRAZY.ID - Banyak kisah menarik para tokoh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Salah satunya Jenderal TNI (Purn) Soemitro Sastrodihardjo yang awalnya tak bercita-cita jadi tentara.
Saat berusia 15 tahun, pria kelahiran Sebaung, Gending, Probolinggo, Jawa Timur itu memiliki cita-cita menjadi insinyur. Namun, cita-cita itu seketika berubah setelah dirinya bermain jailangkung.
Kisah itu disampaikan Soemitro dalam buku ‘Soemitro: dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib’ karya Ramadhan K. H.
Saat itu, dirinya main jailangkung bersama temannya, Gatot Supangkat di Surabaya.
Saat itu, situasi di Tanah Air tengah digempur tentara Jepang. Soemitro yang bermain jailangkung pun melontarkan pertanyaan pertamanya yakni:
"Besok saya akan jadi apa?” tanpa diduga jailangkung tersebut menjawab dengan menunjuk huruf M, A, J, O, R.
"Namanya garis hidup, saya betul-betul jadi tentara," katanya.
Soemitro akhirnya bergabung menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA) yang dibentuk Jepang.
Ia dikenal nakal saat mengikuti pendidikan perwira PETA di Bogor.
Soemitro kerap sering keluar pagar asrama untuk mencari makan dan mencuri makanan di dapur atau di kamar instruktur.
Hingga suatu malam, Soemitro beserta dua orang rekannya, yaitu Sukaryadi dan Ponidi keluar asrama untuk mencari makan.
Namun, Sukaryadi tertangkap oleh Yanagawa, seorang komandan pendidikan perwira PETA.
Sementara Soemitro dan Ponidi berhasil kembali ke asrama.
Sukaryadi pun mendapat hukuman harus melakukan saseng (bersila) selama satu minggu.
Kemudian, pada siang harinya ia harus melakukan bela diri menggunakan pedang kayu (kendo), dan bela diri menggunakan bayonet (juken jutsu).
Sukaryadi yang solidaritas terhadap temannya memilih bungkam saat ditanya siapa dua orang kawannya yang keluar bersamanya.
Ia selalu mengatakan tidak tahu, bahkan nekat mengatakan mungkin kedua orang tersebut berasal dari kesatuan lain.
Soemitro pun respek dan berutang budi kepada kawannya itu.
Sebab, jika Sukaryadi menyebut nama Soemitro dan Ponidi, tentunya mereka bertiga akan dikeluarkan dan Soemitro pun tidak akan menjadi jenderal.
“Saya respek sama dia dan berutang budi. Umpama dia menyebut nama kita berdua (Ponidi dan saya), tentu kita bertiga akan dikeluarkan dan saya tidak akan jadi jenderal,” ucap Soemitro.
Karir militer Soemitro cukup moncer. Soemitro berhasil menjadi jenderal dengan jabatan di berbagai posisi.
Bahkan, melampaui petunjuk jailangkung yang menyebutnya hanya sampai berpangkat mayor.
Sederet jabatan penting diembannya, dari mulai Pangdam V Brawijaya, Pangdam VI/Mulawarman di Kalimantan, hingga Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).
Soemitro pun menjadi salah satu jenderal yang cukup disegani di masanya.