DEMOCRAZY.ID - Jauh-jauh hari, buruh sudah meramalkan bahwa investasi China di Indonesia, bakal menuai banyak masalah.
Terbukti benar, kericuhan di PT Gunbust Nickel Industry (GNI) meletus beberapa waktu lalu.
Presiden Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia, Mirah Sumirah mengaku sudah meramalkan bahwa investasi China bakal menuai masalah di kemudian hari sejak lama.
“Kita sudah sampaikan itu beberapa tahun lalu. Ketika Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan sejumlah kebijakan yang aneh-aneh,” ungkap Mirah.
Diterangkan Mirah, investasi China yang berskema turnkey project management memberikan syarat yang cukup berat.
Maksudnya berat karena menghilangkan peluang serapan pekerja lokal.
“Investasi turnkey project management yang biasanya dikembangkan China, semuanya mereka kuasai. Mulai dari mesin, material, metode, pembiayaan dan tenaga kerjanya dari sana (China). Mereka tak peduli apakah pekerja asingnya punya keahlian atau tidak,” papar Mirah.
Indonesia, lanjut Mirah, telah menyepakati investasi berskema turnkey project management dari China.
Selanjutnya, pemerintah membuat beberapa kebijakan yang memberikan karpet merah bagi masuknya pekerja China.
“Misalnya, bebas visa 169 negara. saya menduga 169 negara bebas visa dalam rangka memuluskan turnkey project management dari China. Dibungkus pariwisata maju, wisman mudah masuk. Padahal tujuannya untuk memudahkan pekerja China masuk. Hancurlah kita,” tuturnya.
Selanjutnya kata Mirah, keluarlah Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No 16 Tahun 2015 yang menghapuskan kewajiban pekerja asing bisa berbahasa Indonesia.
“Bagaimana mungkin TKA tahu budaya atau peraturan dan nilai-nilai yang berkembang di Indonesia kalau mereka tak tahu bahasa Indonesia. Hancur kita. Ini kiamat pertama,” ungkapnya.
Kiamat kedua, lanjutnya, Permenaker 35 tahun 2015 menghapuskan rasio TKA dengan pekerja lokal sebesar 1:10.
Di mana, setiap seorang TKA masuk harus diimbangi dengan 10 pekerja lokal.
“Ini penting untuk memuluskan ali teknologi atau transfer ilmu. Tapi malah dihapus. Ini kiamat kedua,” ungkapnya.
Indonesia Kaya Nikel tapi Tetap Miskin
Nuseir Yassin atau Nas Daily, seorang YouTuber kelas dunia asal Israel bahkan menyindir Indonesia yang menjadi produsen nikel terbesar nikel di dunia, perekonomiannya tak beranjak naik.
Padahal, nikel adalah bahan baku utama baterai kendaraan listrik.
Dalam sebuah tayangan, Nas bersama sebuah mobil listrik mewah buatan Tesla berwarna merah, menjelaskan panjang lebar.
“Ini adalah Tesla. Tahu tidak, sebagian besar (mobil listrik) Tesla, komponennya diproduksi hanya oleh satu negara. Dan, Anda tidak akan bisa menebaknya,” paparnya.
Setiap mobil listrik dilengkapi dengan baterai sebagai bakan bakar penggeraknya.
Dan, setiap baterai terbuat dari nikel. Sulit mendapatkannya karena tidak semua negara punya nikel.
“Tahukah kamu, 25 persen nikel dunia berasal dari Indonesia,” ungkapnya.
Dahulu kala, kata Nas, banyak perusahaan baterai di Eropa membeli nikel dari Indonesia. Selanjutnya mereka menjual mobil listrik ke seluruh dunia.
“Industri baterai dan kendaraan listrik untung besar,” paparnya.
Ironisnya, kata Nas, Indonesia sebagai penghasil nikel, bisa dibilang tak mendapatkan apa-apa.
Kini, pelan tapi pasti, semuanya bergeser. Pemerintah mendorong industri mobil listrik dunia investasi ke Indonesia. [Democrazy/Inilah]