DEMOCRAZY.ID - Munculnya nama Anies Baswedan sebagai salah satu bakal calon presiden yang didukung oleh partai Nasdem merupakan salah satu kejutan besar dalam politik.
Kejutan tersebut tidak terlepas dari posisi Partai Nasdem saat ini yang berada dalam koalisi pemerintahan.
Sedangkan kubu koalisi pemerintah dinilai berseberangan dengan Anies Bawedan.
Sikap yang diambil oleh Partai Nasdem hingga terbentuknya Koalisi Perubahan yang mendukung Anies Baswedan tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dan spekulasi.
Bahkan tak jarang pengamat atau publik menilai bahwa dukungan dari partai Nasdem terhadap Anies Baswedan itu, menunjukkan bahwa ada isu keretakan koalisi pemerintahan.
Sebenarnya bagaimana kronologis hingga adanya keputusan Nasdem untuk mendukung Anies Baswedan menjadi bacalon presiden di pemilu 2024?
“Secara romantisme itu, kebetulan mas Anies adalah yang membacakan deklarasi ormas Nasdem dahulu,” ucap Sudirman Said, salah satu relawan Anies Baswedan dikutip dari kanal Youtube Karni Ilyas Club, Sabtu,11 Februari, 2023.
Selain itu, Sudiman Said yang pernah menjadi Menteri ESDM periode pertama Jokowi itu mengatakan, antara Surya Paloh (Nasdem) sudah membangun komunikasi semenjak Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI.
Sehingga kemungkinan-kemungkinan tersebut muncul. hingga akhirnya dalam suatu forum kecil Nasdem muncul tiga nama kandidat capres mereka yakni, Anies Baswedan, Andika Prakasa, dan Ganjar Pranowo.
Dari penjelasan Sudirman Said mengatakan bahwa saat itu pimpinan partai menginginkan Anies Baswedan untuk menyelesaikan tugasnya di DKI kemudian baru difokuskan untuk persiapan pilpres.
“Tapi, pada akhir September terus menerus muncul isu atau rumor bahwa KPK akan memaksakan akan mentersangkakan Anies,” sebut mantan calon Gubernur Jawa Tengah itu.
“Meskipun saat itu Pak Surya dalam keadaan tidak sehat, beliau kembali ke Jakarta untuk mendorong supaya deklarasi segera dilakukan,” tambahnya.
Ia menilai pada 3 Oktober 2022 itu merupakan hari yang sangat penting, sebab KPK saat itu mau mentersangkakan Pak Anies.
Sedangkan untuk kronologis bergabungnya partai Demokrat dan PKS itu tidak terlepas dari pembicaraan panjang yang dijalani untuk melahirkan keputusan yang disepakati.
Adapun pedoman dalam diskusi tersebut adalah 4P dan 1T, yakni program, pasangan, pemenangan, dan porfolio. Sedangkan T adalah timing untuk deklrasi.
“Masing-masing punya perbedaan, jadi sudah, sampaikan aspirasi masing-masing, tapi kemudian beri kewenangan Pak Anies untuk, akhirnyakan harus ada yang memutuskan, Pak Anies diputuskan sebagai orang yang nantinya akan memilih,” jelasnya.
Kemudian dalam perkembangan pembicaraannya, akhirnya satu persatu 4P tersebut mulai disepakati, sehingga partai Demokrat bertekad untuk deklarasi dan menyatakan dukungannya.
Kemudian, deklrasi yang dilakukan oleh partai Demokrat tersebut akhirnya menggugah partai PKS untuk cepat-cepat mendeklrasikan dukungannya.
“Alhamdulillah setelah pulang dari bertemu dengan pengambil keputusan, teman-teman PKS mengumumkan dukungannya,” kata Sudirman Said. [Democrazy/HH]