DEMOCRAZY.ID - Budiman Sudjatmiko, Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai bahwasanya pembangunan infrastruktur fisik tidak cukup dengan waktu 10 tahun.
Menurut Budiman Sudjatmiko hal tersebut merupakan sebuah tragedi bagi pempimpin diberbagai negara demokratis dalam membangun infrastruktur fisik.
“Infrastruktur fisik di negara berkembang biasanya akan maju dibawah rezim otoriter,” ucap Budiman Sudjatmiko, dikutip dari kanal Youtube 2045 TV, Minggu, 12 Februari 2023.
Mantan aktivis mahasiswa tahun 1998 itupun membeberkan beberapa contoh negara rezim otoriter yang berhasil membangun infrastruktur fisik, seperti Korea Selatan dibawah Park Cung Hee, China hingga sekarang, dan Philipina di bawah Fedinand Marcos.
Menurut penulis buku anak-anak revolusi itu, negara demokratis yang bisa berhasil membangun infrastruktur fisik hanyalah negara demokratis yang imprealis.
“Kecuali negara itu, bisa demokratis membangun infrastruktur fisik bagus kalau dia negera imprealis. Karena dia mengambil sumber daya dari negara lain,” sebut mantan anggota DPR itu.
Salah satu contoh yang disebutkannya adalah negara Amerika, dimana Amerika tersebut bisa mengambil sumber daya seperti minyak dari Arab.
Berdasarkan hal tersebut, Budiman Sudjatmiko menyimpulkan bahwa untuk pembangunan infrastruktur yang bagus, untuk negara berkembang sangat membutuhkan rezim otoriter.
Baginya, rezim orde baru yang otoriter tidak hanya kejam namun juga bodoh karena tidak bisa memanfaatkan kekuasaanya untuk membangun infrastruktur dengan bagus.
“Bagi saya orde baru itu tidak saja kejam tapi bodoh. Dia tidak memanfaatkan kesempatan emas 32 tahun berkuasa otoriter, duitnya banyak, oposisi juga nggak banyak, kok cuma 100 kilometer paling,” jelas kader PDIP itu.
Hal itu berbeda jauh dengan kekuasaan Park Cung Hee di Korea Selatan, yang berhasil membangun banyak infrastruktur fisik, munculnya Hyundai, Samsung dan KIA yang menjadi brand-brand Korea Selatan saat ini, berawal dari rezim otoriternya.
Meskipun hal tersebut mengorbankan banyak demokrasi dan mengorbankan kebebasan, namun hasilnya baik.
Sedangkan orde baru mengorbankan banyak hal, sajiannya banyak tapi tidak berhasil.
“Udah galak, malas lagi, bodoh lagi,” ucap Budiman Sudjatmiko yang pernah dipenjara saat menentang rezim orde baru tersebut.
Meskipun demikian, dia tetap memuji dan mengatakan kagum dengan Jokowi.
Karena menurutnya Jokowi merupakan presiden di negara berkembang yang demokratis, namun mampu membangun infrastruktur fisik. [Democrazy/HH]