KRIMINAL PERISTIWA

Benarkah Captain Philips Disandera TPNPB? Keraguan Susi Air, Foto Hoaks dan Update Pencarian Pilot

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
KRIMINAL
PERISTIWA
Benarkah Captain Philips Disandera TPNPB? Keraguan Susi Air, Foto Hoaks dan Update Pencarian Pilot

Benarkah Captain Philips Disandera TPNPB? Keraguan Susi Air, Foto Hoaks dan Update Pencarian Pilot

DEMOCRAZY.ID - Kuasa Hukum Susi Air, Donal Fariz meragukan pernyataan Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) - OPM Sebby Sambom yang mengklaim pihaknya telah menyandera Pilot Susi Air, Philips Marthen, pasca pembakaran pesawat di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan pada Selasa (7/2/2023) lalu.


Keraguan ini didasari dengan minimnya informasi yang diperoleh terkait kabar penyanderaan pilot Kapten Philips Marthen tersebut.


Donal Fariz mengatakan pihaknya melihat ada kelompok-kelompok tertentu yang juga mengklaim menyandera Kapten Phillip.


Pihak maskapai Susi Air, kata Donal Fariz, menyerahkan kepada otoritas yang berwenang terkait pencarian dan penyelamatan Kapten Philips Marthen yang dikabarkan disandera KKB di Kabupaten Nduga.


"Saat kami minta bukti foto tidak dikirim, ini menjadi tidak mudah mencari puzzle informasi yang berserakan," kata Donal Fariz, Jumat (10/2/2023) dikutip dari Kompas.TV.


Donal Fariz menyebut bahwa sejauh ini pihaknya sudah berkomunikasi dengan keluarga pilot Kapten Phillips di Selandia Baru melalui konsulat kedutaan besar.


Ia juga mengungkapkan bahwa istri Kapten Philips merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Bali.


"Istri pilot Susi Air ini juga seorang WNI dan tinggal di Bali. Jadi komunikasi dengan keluarga berjalan," ujar Donal Fariz.


Diketahui, Kapten Phillips yang merupakan warga negara Selandia Baru sudah bekerja di Susi Air selama 13 tahun dan enam tahun bekerja di daerah Papua.


Seperti diketahui sebelumnya, Tentara Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengeklaim telah menyandera Pilot Susi Air, Philips Marthen, pasca pembakaran pesawat perintis itu di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan pada Selasa (7/2/2023).


Klaim itu disampaikan Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TNPB) - OPM Sebby Sambom secara tertulis kepada Tribun-Papua.com, Sabtu (11/2/2023).


Sebby menyebut pimpinan OPM wilayah Nduga, Egianus Kogoya memimpin pembakaran serta penyanderaan pilot pesawat tersebut.


Dia mengatakan, pihaknya hanya menyandera pilot pesawat, sementara 5 penumpang dilepaskan.


Alasan penyanderaan, kata Sebby, tak lain sebagai alat negosiasi kepada pemerintah Selandia Baru dan Indonesia.


"Pilot ini bukan orang Indonesia, tapi dia warga negara New Zealand (Selandia Baru) dan itu tetangga kita. Jadi kami bertanggung jawab untuk menjaga pilot hingga ada negosiasi tiba, karena dia bukan musuh," ujarnya.


"Jadi soal pilot ini kami akan melakukan negosiasi dengan New Zealand, dan mereka harus mencari mediator dari Organisasi PBB agar melobi ke Jakarta untuk kami berunding," sambungnya.


Panglima TNI Sebut Pilot tidak Disandera


Terkait pernyataan Sebby Sambom ini, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membantahnya.


Yudo mengungkap bahwa pilot Captain Philips Marthen tidak disandera KKB melainkan menyelamatkan diri saat KKB membakar pesawatnya.


Hal senada juga diungkapkan Wakapolda Papua, Brigjen Pol Ramdani Hidayat.


"Kita sementara melakukan pencarian apakah pilot disandera atau tidak. Kami perlu saksi apakah dia diamankan KKB atau pada saat pesawat dibakar dia melarikan diri," kata Wakapolda Papua, Brigjen Pol Ramdani Hidayat kepada Tribun-Papua.com di Timika saat jumpa pers.


Wakapolda mengatakan, kondisi Distrik Paro belum teridentifikasi dengan baik karena pihaknya hanya memantau melalui kamera drone.


"Intinya, semua masih mendalami informasi keberadaan pilot. Hari ini kami masih fokus penyelamatan 15 pekerja Puskesmas," ujarnya.


Saat ini, kata Ramdani, pihaknya belum bisa mengatakan apakah pilot itu disandera atau tidak karena saksinya belum ada.


"Untuk saksi itu lima penumpang Susi Air yang ke Paro, Selasa kemarin juga belum dimintai keterangan," katanya.


Sementara Pj Bupati Nduga, Namia Gwijangge mengatakan, informasi pengancaman KKB tersebut diperoleh dari pelaksana pekerja Puskesmas Paro.


"Saya mendapat informasi itu dan melakukan komunikasi sehingga 15 pekerja bisa diselamatkan," katanya.


Ia mengatakan, saat ini pilot masih tertahan disana oleh KKB tetapi masyarakat telah mengamankan pekerja.


"Saya atas nama pribadi dan pemerintah Kabupaten Nduga mengucapkan terimakasih kepada TNI-Polri," jelasnya.


Foto Hoaks Pilot Disandera


Sabtu (11/2/2023) kemarin beredar foto yang disebut sebagai pilot pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY.


Foto itu menunjukkan seorang pria Warga Negara Asing (WNA) sedang memegang tiang dengan bendera Bintang Kejora. 


Pria asing itu berada di tengah-tengah sekelompok pria yang menggenggam senjata laras panjang.


Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menegaskan, foto tersebut tidak benar atau hoaks.


Dikutip dari TribunPapua.com, foto itu diketahui sengaja disebar oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Gerombolan Kelompok Separatis (KST). 


Pesawat Susi Air ini dipiloti oleh Captain Philips Marthen berusia 37 tahun yang merupakan WNA Selandia Baru.


Menurutnya, pilot Susi Air hingga saat ini masih diduga bersama kelompok KST atau KKB.


"Pilot Susi Air masih diduga bersama kelompok KST dan terus dilakukan pencarian sesuai kondisi lapangan," kata Saleh melalui rilis pers, Sabtu (11/2/2023).


Diketahui, seorang WNA yang ditampilkan dalam foto tersebut adalah berita satu tahun silam. 


Sebelumnya, berita hoaks untuk melakukan provokasi juga kerap dilakukan oleh KST.



"Bahwa KST menyebar berita ke masyarakat Paro Kabupaten Nduga bahwa TNI melancarkan operasi militer dan mengancam masyarakat."


"Semua itu tidak benar, itu adalah upaya provokasi gerombolan KST dan simpatisannya," kata Danrem 172/Praja Wira Yakthi Brigjen TNI JO Sembiring.


Tim Belum Sampai ke Paro


Pilot Susi Air PK-BVY asal Selandia baru, Captain Philips Marthen (37) hingga Sabtu (11/2/2023) kemarin masih belum diketahui keberadaannya.


Tim gabungan TNI-Polri masih terus mencari keberadaan pilot Susi Air Captain Philips Marthen.


Saat ini tim gabungan disebut belum sampai ke wilayah Distrik Paro.


"Pilot Susi Air tersebut apakah diamankan oleh KKB atau simpatisan KKB, dan kami belum bisa pastikan karena tim belum sampai ke Paro," ungkap Wakapolda Papua, Brigjen Ramdani Hidayat  saat jumpa pers di Polres Mimika, Sabtu (11/2/2023).


Seperti diketahui pilot Susi Air disebut lari menyelamatkan diri saat Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya membakar pesawat Susi Air yang dipilotinya di Distrik Paro Nduga, Provinsi Papua Pegunugan pada Selasa (7/2/2023) lalu.


Sementara 15 pekerja proyek pembangunan puskesmas di wilayah Paro sempat diancam KKB agar meninggalkan wilayah itu.


Ke-15 pekerja tersebut akhirnya berhasil dievakuasi ke Kabupaten Mimika, Papua Tengah, setelah diselamatkan warga setempat pada pada Rabu (8/2/2023).


Ke-15 pekerja tersebut dalam keadaan sehat.


Brigjen Ramdani Hidayat mengatakan, pencarian pilot akan dilaksanakan terus sesuai kesepakatan tim karena hingga saat ini keberadaan pilot belum diketahui.


"Kita belum tahu. Apakah pilot dikemanakan KKB atau melarikan diri pasca pembakaran pesawat," katanya.


Wakapolda Papua menjelaskan, saat ini tim yang melakukan patroli menggunakan helikopter belum membuahkan hasil karena kondisi hutan di daerah tersebut yang sangat lebat.


"Kami sempat menyusuri di jalan lintasan warga yang sudah jadi. Kita berharap pilot itu ada di situ, ternyata tidak ada, apalagi cuaca berubah begitu cepat," tuturnya.


Menurutnya, helikopter juga tidak bisa dipaksakan karena cuaca di daerah tersebut yang dengan cepat mengalami perubahan.


"Kita akan cari terus dan mudah-mudahan pilot melarikan diri dan mendengar helikopter bunyi lalu dia keluar. Lainnya kalau dia diamankan KKB berarti harus disembunyikan," jelasnya.


Menurut Ramdani, pihaknya akan melakukan patroli setiap hari di wilayah Distrik Paro, Kabupaten Nduga dan sampai sang pilot ditemukan.


"Kalau sudah ketemu titiknya maka akan dilakukan penegakan hukum, karena kelompok Egianus ini banyak melakukan aksi brutalnya sejak 2018 lalu," ungkapnya.


Kronologi Pembakaran Pesawat Susi Air


Polisi membeberkan kronologi pembakaran pesawat Susi Air yang dilakukan di Bandara Distrik Paro, Nduga, Papua oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).


Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyebut kasus itu berawal saat adanya 15 pekerja pembangunan sebuah puskesmas di Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan.


"Ada kelompok itu datang, yang mereka mencurigai bahwa 15 pekerja yang akan membangun bangunan puskesmas di Paro itu, ada anggota TNI atau BIN di dalam. Sehingga mereka melakukan pemeriksaan terhadap warga yang membangun Puskesmas," kata Mathius di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).


Mathius menerangkan ada lima pekerja yang tidak memiliki kartu identitias diri.


Mendapat laporan itu, TNI dan Polri hendak mengevaluasi belasan pekerja tersebut.


"Lanjutan dari kejadian tanggal 4, 5, dan 6 (Februari), kita sudah susun rencana rapat di Timika, apabila nanti pesawat masuk kita akan bawa keluar para pekerja ini," ucapnya.


Singkat cerita, pesawat Susi Air yang dipiloti warga negara Selandia Baru, Philips Max Marthin sampai di Bandara Distrik Paro pada Selasa (7/2/2023).


Pesawat yang membawa lima penumpang itu rencananya akan digunakan untuk mengangkut 15 pekerja bangunan yang dicurigai KKB.


Saat itu, lima penumpang pesawat dilepas karena merupakan warga asli Papua.


Namun, pesawat tersebut ditahan hingga dibakar oleh KKB.


"Namun pada saat 7 (Februari) kemarin masuknya pesawat membawa lima warga sipil orang Paro, itu akhirnya setelah turun pesawatnya ditahan, tidak boleh terbang, karena mereka juga mungkin kita evakuasi keluar," ungkapnya.


Setelahnya, sang pilot disebut berhasil melarikan diri.


Namun, 15 pekerja bangunan tersebur diselamatkan oleh tokoh agama setempat.


"Warga yang 15 tadi sudah diamankan oleh bapak pendeta, kami memang sangat berterima kasih kepada pendeta, karena tahu ada kejadian itu, langsung dibawa keluar para pekerja itu, karena takut ada korban para pekerja," katanya.


Ke 15 pekerja ini pun sudah dievakuasi personel TNI-Polri untuk keluar dari Distrik Nduga.


Namun saat ini aparat keamanan masih mencari keberadaan pilot pesawat yang masih belum ditemukan.


"Nah pilot itu sementara memang masih tidak jauh dari Paro," ujarnya. [Democrazy/Tribun]

Penulis blog