DEMOCRAZY.ID - China banyak terlibat dalam proyek-proyek besar di Indonesia.
Proyek-proyek besar yang dibangun itu umumnya menggunakan skema kerja sama pemerintahan (G2G) atau kerja sama bisnis (B2B).
Bahkan pada Januari kemarin, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan China sukses menggeser posisi Singapura sebagai penanam modal terbesar di Indonesia pada kuartal IV 2022.
"China kali ini di kuartal keempat terbesar. Tapi kalau kumulatif (Januari-Desember 2022) tetap Singapura," katanya dalam konferensi pers Realisasi Investasi Triwulan IV, Selasa (24/1/2023).
Jumlah investasi China di Indonesia pada periode tersebut tercatat mencapai US$ 3 miliar.
Kemudian diikuti investasi dari Singapura dengan US$ 2,7 miliar, Hong Kong US$ 1,6 miliar, Malaysia US$ 1,1 miliar, dan Amerika Serikat US$ 0,9 miliar.
Lantas, apa saja proyek-proyek di Indonesia yang dibiayai China? Dirangkum detikcom, berikut daftar proyek raksasa RI yang dibiayai China.
1. Waduk Jatigede
Proyek yang digagas sejak era Presiden Soekarno ini mulai dialiri air pada 2015 lalu.
Acara penggenangan air itu diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
"Saya ditugasi Pak Presiden Jokowi untuk meresmikan penggenangan hari ini," katanya di Bendungan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Senin (31/8/2015).
Pembangunan proyek waduk Jatigede memiliki nilai investasi Rp 4 triliun melalui dana APBN dan pinjaman Bank Exim China sebesar 90%.
2. Tol Medan-Kualanamu
Tol sepanjang 17,8 km ini menelan biaya Rp 1,347 triliun. Dari total konstruksi Rp 1,347 triliun, 90% di antaranya berasal dari pinjaman China melalui Bank Exim China dan 10% dari APBN.
Pembangunan tol ini dimulai pada 2012 lalu. Pembangunan tol ini diresmikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
"Kontrak pembangunan sebenarnya telah ditandatangani pada Desember 2011, saya harapkan awal tahun sudah bisa dimulai. Kenyataannya baru bisa kita lakukan hari ini. Karena kita terlambat mulai saya tidak mau buang-buang waktu agar kita tidak telat selesai," ungkap Djoko dalam sambutannya saat ground breaking Jalan Tol Medan-Kualanamu di Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Rabu (7/11/2012).
3. Kereta Cepat Jakarta Bandung
Awalnya proyek tersebut akan dibiayai JICA atau Japan International Cooperation Agency.
JICA memasukkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dalam rencana bantuan pembangunan luar negeri untuk Indonesia.
Saat itu sekitar 75% dari total biaya proyek akan dilakukan melalui skema pinjaman dengan bunga 0,1%.
Di sisi lain, China ternyata juga kepincut proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, dan berupaya menyalip Jepang memenangkan kontrak tersebut.
Bahkan, China menawarkan keunggulan dari Jepang dari dimensi pembangunan, kecepatan, hingga pembiayaan.
Pada awal 2015, Indonesia mengundang China untuk memasukkan proposal alternatif dan China mengusulkan biaya yang lebih rendah dan pembiayaan dijamin oleh China Development Bank (CDB) dengan bunga 2% dan waktu pembangunan lebih cepat.
September 2015 beredar kabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) membatalkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung karena bisa membuat utang pemerintah membengkak. Namun belakangan Jokowi menyanggah kabar tersebut.
Jepang pun langsung merespons dengan menawarkan pengurangan 50% yang harus dijamin oleh negara. China juga tidak mau kalah.
Negeri Tirai Bambu menawarkan penghapusan seluruh syarat jaminan negara dan mengusulkan transaksi neraca di luar pemerintah.
Singkat Cerita, pemerintah akhirnya memilih China menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Kemudian China Development Bank akan meneruskan pinjaman ke sebuah perusahaan yang dibentuk atas patungan China dan Indonesia.
Pada 2017 CDB meneken perjanjian pinjaman senilai US$ 3,96 miliar dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang 60% saham dimiliki oleh Indonesia dan 40% China untuk mengerjakan proyek kereta cepat ini.
4. Kawasan Industri Morowali
Selain proyek tersebut, investasi China yang masuk ke Indonesia dengan nilai cukup signifikan adalah Kawasan Industri Morowali.
China tercatat berinvestasi di Indonesia senilai US$ 1,63 miliar, untuk membangun kawasan industri di sana.
Komitmen sinergi ini direalisasikan melalui penandatanganan MoU antara Tsingshan Group dan Delong Group dengan PT Indonesia Morowali Industrial Park tentang kerja sama pembangunan pabrik carbon steel di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 3,5 juta ton per tahun dan nilai investasi US$ 980 juta.
Selain itu, Tsingshan Group dengan Bintang Delapan Group dan PT Indonesia Morowali Industrial Park bekerja sama untuk pembangunan pembangkit listrik di kawasan Industri Morowali, dengan kapasitas 700 Megawatt dan nilai investasi US$ 650 juta.
Penandatanganan kedua MoU dilakukan di sela pelaksanaan China-Indonesia Cooperation Forum: Belt and Road Initiative and Global Maritime Fulcrum di Beijing, Tiongkok, 16 Juni 2017.
Turut menyaksikan kesepakatan kerja sama tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong, dan Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok Sugeng Rahardjo.
5. PT Gunbuster Nickel Industri (GNI)
PT GNI merupakan perusahaan pengolahan bijih nikel yang sudah beroperasi di Morowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng). Perusahaan smelting ini berdiri sejak tahun 2019.
PT GNI menerapkan proses Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) teknologi dengan mengembangkan 25 jalur produksi. Menghasilkan 1,9 juta Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
Diketahui bahwa perusahaan pengolahan nikel ini merupakan milik pengusaha asal China, Tony Zhou Yuan.
Pria keturunan China itu merupakan pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan nikel.
Tony bekerja sama dengan pemerintah. Bahkan PT GNI masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Indonesia di bidang hilirisasi minerba.
Sementara itu berdasarkan catatan detikcom, Smelter PT GNI ternyata diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Desember 2021 lalu. Hal ini juga tercantum pada lamanSetkab.go.id.
Saat itu, Jokowi menyampaikan bahwa keberadaan smelter dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun ini akan meningkatkan nilai tambah hingga 14 kali lipat dibandingkan bahan mentah nikel.
"Saya sangat menghargai, mengapresiasi pembangunan smelter oleh PT Gunbuster Nickel Industry. Ini akan memberikan nilai tambah yang tidak sedikit. Dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel ini nilai tambahnya meningkat 14 kali, dan jika dari bijih nikel diolah menjadi billet stainless steel akan meningkat nilainya 19 kali lipat," ujarnya.
Peresmian itu juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Kemudian Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura, Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa, Bupati Morowali Utara Delis Julkarson Hehi, dan Direktur Utama PT GNI Wisma Bharuna.
Sumber: Detik