DEMOCRAZY.ID - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dinilai sebagai cawapres alternatif kuat bagi bakal calon-calon presiden yang ingin maju Pilpres 2024.
Ia juga disebut bakal jadi rebutan cawapres, baik itu Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sampai Bacapres Partai Nasdem, Anies Baswedan.
Hal itu diungkapkan Dr Airlangga Pribadi Kusman, dosen Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga, tentang peluang Khofifah maju di gelanggang Pilpres 2024.
Ia juga menyebut, ada tiga faktor kuat kenapa para capres tersebut bakal berebut memperkuat diri dengan cara menjadikan Khofifah jadi cawapres.
"Ibu Khofifah figur yang kini sorotan di pilpres 2024, pada posisi cawapres. Maka komunikasi politik dilakukan banyak pihak," jelas dia Selasa (14/2/2023).
Komunikas politik terlihat kata dia, ketika pada Senin (13/2/2023), Prabowo Subianto bicara empat mata dengan Khofifah di Surabaya, Jawa Timur.
Namun, lanjur Airlangga, itu bukan yang pertama dilakukan para elite dan parpol mencoba pinang Khofifah.
"Kemarin Prabowo, sebelumnya kubu Anies jalin hubungan politik dengan Khofifah, demikian pula Ganjar. Posisi inillah mengapa jadi sorotan, jadi alternatif jadi wapres, tidak bisa lepaskan beberapa hal," jelas dia
Pertama, kata dia, dalam pilpres 2024, kalau diihat dalam pilpres sebelumnya, Jatim jadi kunci utama pemenangan. Khofifah berada dalam gerbong tersebut.
"Artinya, siapa yang menang di Jatim, tercatat beberapa kali siapa menang di Jatim, menang di Pilpres 2024. Itu terlihat di pilpres 2019 lalu dan sebelumnya," jelas dia.
Khofifah, kata dia, adalah kepala daerah dan figur utama di Jawa Timur.
"Kalau dijadikan wapres menentukan sebagai vote gater, atau ingin arah suara jatim besar," jelas dia.
Lantas ia menyebut, faktor selanjutnya terkait kiprah Khofifah sebagai tokoh Nahdlatul Ulama.
"Kedua, Khofifah basis politik di NU kuat maupun di Kalangan muslimat NU. Dan juga bagi pera pemilih lain besar," jelas dia.
Sedangkan yang ketiga, katanya, baik Prabowo, Anies maupun Ganjar, Khofifah relatif 'aman' dan tidak ikut terlibat di politik identitas.
"Ketiga, kalau kita sosok Khofifah ini figure pemompin tidak melekat polarisasi politik," papar dia.
Lewat posisi itu, Khofifah yang kini jadi ketua PBNU dan pimpin muslimat NU relatif diterima di kalangan level bawah, tidak hanya di Jawa Timur belaka.
"Artinya beliau pada berbagai posisi politik, relatife bisa diterima. Pendukung Anies sampe Prabowo dan Ganjar nyaris tidak ada resistensi soal ini," jelas dia. [Democrazy/kompas]