DEMOCRAZY.ID - Presiden ke-5 RI Megawati Sukarnoputri menolak pembangunan Bandara Internasional Bali Utara yang terletak di Kabupaten Buleleng.
Ia menilai pembangunan Bandara Bali Utara tak strategis karena wisatawan menghabiskan waktu dalam perjalanan untuk mengunjungi destinasi lain.
Selain itu, luas wilayah Bali hanya 5.780 km persegi sehingga membuat kondisi semakin crowded dan sumpek.
Menurutnya, pembangunan Bandara Bali Utara hanya menguntungkan investor.
"Waktu mau dibangun (bandara baru) lagi di Buleleng, saya kan bilang keluarga besar saya itu di sana mau dibikin lapangan terbang, ngamuk saya, saya panggil Pak Koster (Gubernur Bali) enak aja ku bilang, hanya untuk nguntungin pariwisata, enggak," kata Megawati saat memberikan pengarahan dalam kunjungan ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Senin (16/1).
Ketum PDIP ini mengatakan Presiden Jokowi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Pariwisata Wishnutama, dan Gubernur Bali Wayan Koster sempat mendatangi kediamannya membujuk pembangunan Bandara Bali Utara.
Mereka menilai pembangunan Bandara Bali Baru diperlukan untuk menampung wisatawan asing.
Megawati tetap menolak dan memberikan dua alternatif lain.
Yaitu, menambah runway penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai atau menghubungkan penerbangan antara Surabaya-Banyuwangi-Ngurah Rai.
Wisatawan dapat menggunakan pilihan saat liburan ke Pulau Dewata.
Wisatawan mendarat di Surabaya dan menginap di Surabaya, kemudian melanjutkan penerbangan ke Bali atau mendarat di Banyuwangi kemudian melanjutkan perjalanan melalui Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana.
"Kebayang enggak? Buang buang duit melulu (Bandara Bali Utara) mau dijadikan hub. Pokoknya saya bilang (enggak)," katanya.
Pembangunan Bandara Bali Utara diinisiasi tahun 2015 lalu pada masa pimpinan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika.
Proyek ini tak berjalan mulus akibat sengketa lahan dengan warga setempat.
Presiden Jokowi mencoret Bandara Bali Utara dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), Juli 2022 lalu. [Democrazy/kumparan]