DEMOCRAZY.ID - Meski dikenal sebagai menteri kesayangan bahkan ada yang menilainya sebagai 'Putra Mahkota' rupanya Menristek Prof BJ Habibie tak selalu sejalan dengan Presiden Soeharto. Dia berani menolak keinginan sang Presiden termasuk terhadap anak-anaknya. Suatu hari pada 1988 Habibie menerima kunjungan Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Mba Tutut), putri sulung Presiden Soeharto. Dia datang bersama timnya dan para ahli dari Brasil untuk melakukan paparan terkait proyek monorail atau kereta ringan (LRT) dengan menggunakan teknologi angin. Hal itu rencananya akan diterapkan di Indonesia. Ternyata kereta dengan teknologi tersebut di negara asalnya belum dimanfaatkan. Di negara lain pun demikian. "Kalau Anda belum memanfaatkan, kenapa saya yang harus memanfaatkannya?" tanya Habibie skeptis seperti ditulis dalam buku 'Saya Bacharuddin Jusuf Habibie, The Untold Story'. Buku setebal 498 halaman itu ditulis A. Makmud Makka dan diterbitkan oleh Republika Penerbit
DEMOCRAZY.ID - Meski dikenal sebagai menteri kesayangan bahkan ada yang menilainya sebagai 'Putra Mahkota' rupanya Menristek Prof BJ Habibie tak selalu sejalan dengan Presiden Soeharto. Dia berani menolak keinginan sang Presiden termasuk terhadap anak-anaknya. Suatu hari pada 1988 Habibie menerima kunjungan Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Mba Tutut), putri sulung Presiden Soeharto. Dia datang bersama timnya dan para ahli dari Brasil untuk melakukan paparan terkait proyek monorail atau kereta ringan (LRT) dengan menggunakan teknologi angin. Hal itu rencananya akan diterapkan di Indonesia. Ternyata kereta dengan teknologi tersebut di negara asalnya belum dimanfaatkan. Di negara lain pun demikian. "Kalau Anda belum memanfaatkan, kenapa saya yang harus memanfaatkannya?" tanya Habibie skeptis seperti ditulis dalam buku 'Saya Bacharuddin Jusuf Habibie, The Untold Story'. Buku setebal 498 halaman itu ditulis A. Makmud Makka dan diterbitkan oleh Republika Penerbit