EKBIS

Direktur IRS: Dengan Pendidikan Setara, TKA China Digaji 7 Kali Lipat dari Pekerja Lokal

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
Direktur IRS: Dengan Pendidikan Setara, TKA China Digaji 7 Kali Lipat dari Pekerja Lokal

Direktur IRS: Dengan Pendidikan Setara, TKA China Digaji 7 Kali Lipat dari Pekerja Lokal

DEMOCRAZY.ID - Dalam jabatan dan tingkat pendidikan yang sama, gaji tenaga kerja asal (TKA) China besarannya 7 kali lipat dari gaji tenaga kerja lokal.


Begitu laporan tertulis yang diliris Direktur Indonesia Resources Studies (Iress) Marwan Batubara, Jumat (20/1).


"Rata-rata gaji TKA China sebesar Rp 21 juta rupiah sedangkan untuk tenaga kerja lokal dengan standar UMR berkisar Rp 3.000.000," ujar Marwan Batubara.


Dikatakan Marwan, mayoritas TKA China yang bekerja di Indonesia merupakan lulusan SD, SMP dan SMA. 


Namun, gaji besar mereka teria, dengan berkisar Rp 15 juta hingga Rp 35 juta per bulan.


Nestapa bagi tenaga kerja lokal bukan saja soal gaji. 


Kata Marwan, peluang kerja tenaga kerja lokal juga tidak besar degan banyaknya TKA yang datang.


"Dilematika pekerja lokal dan nasional di smelter-smelter milik China dan konglomerat oligarkis sangat tragis. Kesempatan kerjanya mereka terbatas karena porsinya dirampok oleh TKA China," tandasnya.


Pengamat Buka-Bukaan Soal Gaji Satpam Asal China, Berlipat-lipat dari Tenaga Kerja Lokal


Pengamat tenaga kerja Indonesia Marwan Batubara mengaku memiliki data perihak tenaga kerja asing (TKA) asal China.


Data-data tersebut diakui Marwan sebagian telah dipublikasi di beberapa media.


"Rezim (rezim Presiden Jokowi) begitu strict terhadap warganya sendiri, tapi tetapi terhadap TKA asal Republik Rakyat China (RRC) atau TKA China ini terjadi sebaliknya,” kata Marwan, dikutip dari Youtube Bang Edi, Sabtu 8 Mei 2021.


Marwan menyimpulkan, perlakuan 'khusus' rezim Presiden Jokowi terkadap TKA China ini kemungkinan untuk mempersatukan pemerintah, pengusaha dan investor asing khususnya China.


Marwan pun menyentil Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.


“Ada kebohongan publik yang dilakukan oleh rezim. Salah satunya oleh Luhut Binsar Panjaitan yang merupakan Menko Kemaritiman dan Investasi,” ungkap Marwan.


Kebohongannya yaitu, Luhut menyebutkan TKA China didatangkan hanya sebagai tenaga ahli.


Namun nyatanya, dibeberapa perusahaan TKA China bahkan lebih banyak yang belum S1.


“Di VDNI, kita berhasil menemukan 90 persennya hanya lulusan SD, SMP, dan SMA. Sementara S1 dan D3 yang disebut sebagai ahli hanya sekitar 9 persen,” jelas Marwan.


“Untuk di OSS, S1 dan D3 hanya 21 persen. Sisa itu lulusan SD, SMP, dan SMA,” tambah dia.


Hal ini pun diklaim Marwan sebagai bentuk penjajahan karena karena tenaga kerja lokal yang memiliki ijazah SD hingga SMA itu sangat berlimpah.


“Belum lagi, kita bicarakan soal gaji. Gaji TKA asal Republik Rakyat China (RRC) itu berlipat-lipat dari tenaga kerja lokal. Gaji satpam asal RRC di VDNI saja sudah menembus angka 13 ribu sampai 16 ribu yuan atau sekitar 26 juta rupiah,” pungkasnya.


Soroti Tingginya Gaji TKA China di Indonesia, KAMI: Ini Jelas Menghina Rakyat Indonesia!


Kehadiran tenaga kerja asing (TKA) China di tanah air tidak menimbulkan rasa ketidakadilan dari segi keterampilan, tapi juga dari pendapatan.


Ketidakadilan itu diurai langsung para aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) saat berkunjung ke Komisi IX DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (27/5).


Rombongan KAMI yang hadir antara lain Marwan Batubara, Adhie Massardi, Said Didu, MS Kaban, Gde Siriana, Radhar Tribaskoro, dan Sadun. 


Mereka diterima dengan baik oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Lakalena dan anggota Komisi IX seperti Sri Meliyana, Krisdayanti, Netty Aher, dan Mesakh Mirin.


Dijelaskan Marwan Batubara, meskipun bekerja di Indonesia, gaji TKA China lebih besar signifikan dibanding gaji pekerja pribumi.


“Hal ini mengusik rasa keadilan, sekaligus menghina rakyat Indonesia,” tegasnya.


Dia mengambil contoh pada smelter Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), persebaran gaji bulanan sekitar 27 persen TKA menerima Rp 15 juta hingga Rp 20 juta; 47 persen menerima Rp 21 juta hingga Rp 25 juta; 16 persen menerima Rp 26 juta hingga Rp 30 juta; 5 persen menerima Rp 31 juta hingga Rp 35 juta, dan 4 persen menerima 36 juta hingga Rp 40 juta.


“Hal hampir sama terjadi pada smelter OSS. Mayoritas TKA lulusan SD, SMP dan SMA. Namun memperoleh gaji besar dengan sebaran antara Rp 15 juta hingga Rp 35 juta,” ujarnya.


Untuk jenis pekerjaan yang sama, sambung Marwan, gaji TKA China ini jauh di atas gaji pekerja pribumi lulusan SD hingga SMA yang hanya berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta, sudah termasuk lembur.


“Nasib pekerja lokal dan nasional di smelter-smelter milik China dan konglomerat oligarkis memang tragis. Sudahlah kesempatan kerjanya dibatasi atau dirampok TKA China, gajinya pun umumnya super rendah dibanding gaji TKA China! Kita terjajah di negeri sendiri,” demikian Marwan Batubara.  [Democrazy/rmol]

Penulis blog