DEMOCRAZY.ID - Pria inisial FN (47) di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), tiba-tiba berbuat onar dengan merampas mikrofon imam masjid selepas salat Duhur berjemaah.
Atas perbuatannya, FN langsung diamankan polisi untuk menjalani pemeriksaan.
Insiden tersebut sempat viral lewat rekaman video yang tersebar di media sosial.
Dalam video beredar, saat itu FN yang menggunakan baju gamis dan surban putih ditahan oleh sejumlah jemaah usai berusaha merebut mikrofon imam masjid. FN lantas memberontak.
"Ya Allah, ya Allah. Saya tidak melawan orang muslim, tapi yang saya memerangi orang kafir, ingat kata-kata saya hari ini," sebut FN yang terdengar dalam rekaman video.
Kapolsek Samarinda Ulu Kompol Kustiana membenarkan adanya peristiwa tersebut. Insiden itu disebut terjadi di Masjid Nurul Mu'minin Pemprov Kaltim, Samarinda pada Rabu (7/12).
"Setelah sholat dzuhur, setelah imam baca dzikir pelaku tiba-tiba merebut mikrofon dari imam masjid," jelas Kustiana, Rabu (7/12).
Kustiana melanjutkan, saat ini FN telah diamankan dan menjalani pemeriksaan di Polsek Samarinda Ulu. Pihaknya masih menyelidiki motif FN berbuat onar di dalam masjid.
"Iya bahasanya seperti itu (memerangi orang kafir). Cuma kita gak bisa menyimpulkan apa kemauan dia," tuturnya.
Pihaknya membeberkan, istri FN juga dimintai keterangan atas perbuatan yang dilakukan suaminya. Dari hasil pemeriksaan, polisi mendapatkan informasi bahwa FN mengaku memiliki sebuah ilmu.
"Karena menurut istrinya sih dia itu merasa punya ilmu gitu. Pokoknya ada sesuatu dalam dirinya kalau dia punya ilmu. Tapi dia saya tanya tidak bisa memastikan ilmu apa," bebernya.
Kepada polisi, istri FN juga mengaku jika suaminya pernah berbuat keributan di masjid dekat kediamannya.
"Pernah juga sekali di dekat rumahnya itu begitu masuk masjid dia teriak Allahu Akbar," imbuhnya.
Kustiana pun enggan berspekulasi terkait FN diduga mengalami gangguan jiwa. Pihaknya masih melakukan observasi.
"Yang jelas dia masih kita observasi dulu, makanya untuk memastikan itu, kita mau observasi dulu ke rumah sakit jiwa," imbuh Kustiana. [Democrazy]