DEMOCRAZY.ID - Komentator politik Rocky Gerung menilai ketidakhadiran Anies Baswedan dalam reuni 212 yang berlangsung di Mesjid Attin adalah cara cerdik dari panitia 212 untuk tidak menjebak Anies.
Anies diketahui tengah melakukan kunjungan ke Banda Aceh dan melakukan ibadah shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman Aceh.
Rocky menilai ada keterhubungan antara Masjid Attin dan Masjid Baiturahman karena itu dua kualitas yang menghendaki perubahan.
"Tapi justru itu yang sedang dijebakkan pada Anies supaya Anies hanya diingat sebagai orang yang massanya hanya di sekitar masjid. Tetapi orang lupa bahwa pintu masuk Islam adalah pintu masuk strategis untuk mempersoalkan ketidakadilan," kata Rocky Gerung.
Rocky menilai Anies secara kultural dekat dengan Islam politik, maka pasti terdapat dugaan publik bahwa Anies hanya mampu bermain dalam politik Islam.
"Ini bukan Anies yang bermain politik Islam, ini pemerintah yang takut Anies Baswedan diasuh oleh Islam,” ujar Rocky Gerung.
Padahal, menurut Rocky Gerung semua Capres pasti membutuhkan suara Islam yang mayoritas.
"Jadi kalau memang Anies Baswedan beredar di Masjid Baiturrahman, Aceh. Lalu 212 ada di Masjid At-Tin, Ganjar Pranowo bikin aja event baru,” komentar Rocky Gerung.
Rocky membandingkan cara massa antara keinginan orang untuk bertemu Anies dan Ganjar.
"Orang menunggu Anies Baswedan datang, kalau Ganjar Pranowo orang menunggunya untuk bagi amplop,” kata Rocky Gerung.
Rocky menilai Anies adalah tokoh yang mengajak rakyat untuk partisipasi, sementara Ganjar adalah sosok tokoh politik pro mobilisasi.
Anies Baswedan memiliki pemahaman baik untuk mengembalikan manfaat politik partisipasi tersebut.
Bagi Rocky Gerung, adanya ambisi dari seseorang akan membuat potensi orang lain yang lebih pantas menjadi Presiden akan semakin dihalangi.
"Potensi seperti Anies Baswedan atau siapapun pasti akan dijegal,” kata mantan dosen UI tersebut. [Democrazy/WE]