GLOBAL

Kontraktor Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Didominasi Perusahaan China

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
Kontraktor Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Didominasi Perusahaan China

Kontraktor Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Didominasi Perusahaan China

DEMOCRAZY.ID - Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menjadi sorotan publik usai kecelakaan yang kembali menyebabkan korban jiwa, setelah sebuah kereta teknis meluncur kencang dan keluar dari relnya.


Pihak PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyebutkan 6 orang korban kecelakaan kereta teknis tersebut terdiri dari 2 orang meninggal dunia, 2 orang luka sedang/berat, dan 2 orang luka ringan.


Tidak ada pekerja Indonesia. Semua merupakan teknisi dari kontraktor Sinohydro dan berwarga negara China.


Kecelakaan kereta teknis terjadi pada 18 Desember 2022 sekitar pukul 17.00 di desa Cempaka Mekar, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. 


Kereta kerja tersebut berupa lokomotif diesel dan mesin pemasang rel. Adapun kereta kerja ini dioperasikan Kontraktor Sinohydro.


Didominasi China


Dominasi China di Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung memang sangat terasa di hampir semua aspek. 


Dari mulai tenaga kerja asing, pembiayaan, hingga perusahaan kontraktor yang menggarap proyek ini.


Sebesar 75 persen proyek ini didanai dari utang dari China dengan bunga 2 persen dan tenor 40 tahun. 


Jauh lebih tinggi dibandingkan bunga yang ditawarkan Jepang melalui JICA yakni hanya 0,1 persen per tahun.


Sementara sisanya, sebesar 25 persen investasi merupakan modal dari konsorsium PT KCIC yang terdiri dari 5 perusahaan China dan 4 perusahaan BUMN Indonesia, termasuk di dalamnya suntikan APBN melalui PMN PT KAI.


Dikutip dari laporan yang disampaikan PT KCIC dan KAI dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, aroma dominasi China juga sangat tampak dari perusahaan kontraktor penggarap engineering procurement construction (EPC) proyek ini.


Di mana perusahaan BUMN China mendominasi sebesar 70 persen dari total EPC di proyek pembangunan KCJB. 


Pihak Indonesia kebagian sebesar 30 persen EPC yang digarap PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau Wika.


Total ada 6 perusahaan China yang menjadi kontraktor utama antara lain Sinohydro, China Railway International (CRIC), dan China Railway Engineering Corporation (CREC).


Berikutnya CRRC Corporation Limited, China Railway Signal and Communication (CRCR), dan China Railway Design Corporation (CRDC).


Sementara dalam komposisi pemegang saham, 5 BUMN China yakni CRIC, CREC, Sinohydro, CRRC, dan CRSC kemudian membentuk usaha patungan bernama Beijing Yawan yang menggenggam saham KCIC sebesar 40 persen.


Berikutnya pemegang saham Indonesia di KCIC sebesar 60 persen diwakili oleh konsorsium PT Pilar Sinergi Bersama Indonesia (PSBI) yang terdiri dari 4 perusahaan negara yakni PT KAI, Wijaya Karya, Jasa Marga, dan PTPN 8.


Sebagai informasi saja, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sejak awal terus menuai panen kritik. 


Biaya investasi proyek kerja sama Indonesia-China ini membengkak sangat besar (cost overrun).


Ketimbang jadi besi tua yang mangkrak, pemerintah terpaksa harus menambal cost overrun dengan APBN, meski hal itu sejatinya mengingkari janji awal pemerintah.


Sekadar informasi, mega proyek tersebut diperkirakan memakan biaya investasi hingga Rp 113,9 triliun sampai Rp 118 triliun. 


Jumlah tersebut meleset dari perhitungan awal sebesar Rp 84,3 triliun. Investasi ini juga melampaui perkiraan investasi yang ditawarkan Jepang sebelumnya.


Selain itu, dengan harga tiket di kisaran Rp 300.000, balik modal diperkirakan mencapai 40 tahun. 


Itu pun dengan asumsi keterisian jumlah penumpang terpenuhi. Dengan kata lain, perkiraan balik modal bisa lebih panjang apabila KCJB sepi penumpang. [Democrazy/kompas]

Penulis blog