DEMOCRAZY.ID - Berdasarkan kajian Political Economy and Policy Studies (PEPS), proyek kereta cepat Jakarta Bandung yang dimotori China, biayanya bengkak hingga Rp113,25 triliun, penuh intrik dan potensi kerugian negara. Kata Managing Director PEPS, Anthony Budiawan, Jakarta, Jumat (23/12/2022), sejak awal, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), atau sebut saja kereta cepat China, menuai banyak masalah. Mulai biaya proyek kereta cepat China dalam proposal yang diduga ‘direkayasa’. Seolah-olah murah ketimbang pesaingnya, Jepang. Tujuannya agar China memenangkan tender. Asal tahu saja, Jepang menawarkan proposal proyek kereta cepat senilai US$6,2 miliar, atau setara Rp93 triliun (kurs Rp15.000/US$). Sementara China mengajukan lebih murah yakni US$5,57 miliar. Atau setara Rp83,55 triliun. “Dalam perjalanan, biaya proyek kereta cepat China membengkak menjadi 5,98 miliar dolar AS, kemudian bengkak lagi menjadi 6,07 miliar dolar AS. Entah mengapa, Indonesia menerima semua ini,” tutu
Kajian PEPS Ungkap Intrik di Proyek Kereta Cepat China: 'Bikin Repot Negara!'
Maret 12, 2024
0
Komentar
DEMOCRAZY.ID - Berdasarkan kajian Political Economy and Policy Studies (PEPS), proyek kereta cepat Jakarta Bandung yang dimotori China, biayanya bengkak hingga Rp113,25 triliun, penuh intrik dan potensi kerugian negara. Kata Managing Director PEPS, Anthony Budiawan, Jakarta, Jumat (23/12/2022), sejak awal, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), atau sebut saja kereta cepat China, menuai banyak masalah. Mulai biaya proyek kereta cepat China dalam proposal yang diduga ‘direkayasa’. Seolah-olah murah ketimbang pesaingnya, Jepang. Tujuannya agar China memenangkan tender. Asal tahu saja, Jepang menawarkan proposal proyek kereta cepat senilai US$6,2 miliar, atau setara Rp93 triliun (kurs Rp15.000/US$). Sementara China mengajukan lebih murah yakni US$5,57 miliar. Atau setara Rp83,55 triliun. “Dalam perjalanan, biaya proyek kereta cepat China membengkak menjadi 5,98 miliar dolar AS, kemudian bengkak lagi menjadi 6,07 miliar dolar AS. Entah mengapa, Indonesia menerima semua ini,” tutu