EKBIS GLOBAL POLITIK

Ini 9 Naga Pelindung Jokowi Yang Sebenarnya, Raksasa Ekonomi Indonesia, Tak Ada Yang Berani Sentuh!

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
GLOBAL
POLITIK
Ini 9 Naga Pelindung Jokowi Yang Sebenarnya, Raksasa Ekonomi Indonesia, Tak Ada Yang Berani Sentuh!

Ini 9 Naga Pelindung Jokowi Yang Sebenarnya, Raksasa Ekonomi Indonesia, Tak Ada Yang Berani Sentuh!

DEMOCRAZY.ID - Ini 9 Naga Pelindung Jokowi yang Sebenarnya, Raksasa Ekonomi Indonesia, Tak Ada yang Berani Sentuh


Siapa sebenarnya 9 Naga dimaksud? Masih simpang-siur.


Dikutip dari Kompasiana berjudul "Misteri 9 Naga Indonesia, Mitologi, Etnologi, dan Oligopoli"


Kisah 9 naga penguasa ekonomi Indonesia, pertama kali mencuat di tahun 90-an, menjelang akhir pemerintahan Soeharto.



Media yang menyoroti hal ini, menekankan ketimpangan ekonomi Indonesia yang dikuasai oleh sang presiden dan kroni-kroninya.


Meskipun sudah ada beberapa nama yang mencuat di benak masyarakat, keberadaan pasti dan label 9 naga ini masih merupakan praduga semata.


Beberapa nama besar yang pernah disebut di medio 90an, sekarang nampaknya sudah tidak berkibar lagi. 


Beberapa pengusaha yang konon masuk ke dalam grup ini, bahkan belum ada apa-apanya di zaman Soeharto.


Sejujurnya, Konotasi ini pun sangat negatif. Kondisi kepincangan dihubungkan dengan 9 naga yang sangat identik dengan budaya etnis tertentu. Selain itu, secara etnologi, kata naga ini sangat berhubungan dengan "kekuasaan yang besar".


Dengan demikian, penulis akan membahas mengenai 9 naga ini dari sisi mitologi kebudayaan, dan juga pemahaman filosofis yang terkait di dalamnya.


Mitologi Naga Tiongkok Kuno


Sejarah naga dalam mitologi Tiongkok kuno juga mengandung banyak filsafat. Dalam kepercayaan, naga disebut sebagai mahluk surgawi yang dapat membawa keberuntungan dan juga kekayaan.


Hingga kini, kepercayaan ini masih melekat erat dalam budaya. Pada perayaan hari-hari besar Tionghoa, simbol naga selalu melekat dengan hal-hal yang baik dalam kehidupan.


Selain itu, naga juga diasosiasikan dengan tokoh-tokoh besar dan kuat, seperti dewa penguasa langit, gunung, dan laut, serta para kaisar Tiongkok.


Tempat-tempat sembahyang Taoisme, ukiran atau patung naga adalah suatu hal yang pasti. Melambangkan bagaimana kekuatan naga sangat lekat sebagai mahluk Surgawi.


Dari sini, kita sudah dapat melihat bagaimana perbedaan pandangan orang barat dengan Asia mengenai Naga. Bagaimana dengan Indonesia sendiri?


Naga sendiri sudah merupakan bagian dari kultur Nusantara sejak berabad-abad yang silam. Bukti pengakuan ini kebanyakan ditemukan pada berbagai candi peninggalan dari zaman Majapahit, bahkan sebelumnya.


Meskipun Naga dalam kebudayaan Jawa kadang disebut sebagai Ular Naga, namun secara fisik, Naga digambarkan bertubuh lebih besar dari ular. Ia sering digambarkan mengenakan mahkota dan perhiasan, bak bangsawan.


Beberapa naga dianggap sebagai titisan atau jelmaan dewa. Mereka memiliki tugas sebagai penyangga bumi, seperti Ular Naga Sesa, Ular Naga Basuki, dan Ular Naga Anantabogha.


Khusus yang terakhir ini, dalam kitab Agastyaparwa, atau salah satu Kitab Jawa Kuno yang berbentuk prosa, dikisahkan bahwa Pulau Jawa disanggah oleh Badawang Nala (wujud Kura-Kura), dan Ular Naga Anantabogha.


Majalah Forbes baru saja merilis daftar 50 orang terkaya Indonesia pada 2018.


Hartono bersaudara telah menjadi orang terkaya di Indonesia selama 10 tahun terakhir.


Ada pula nama baru di daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes. Kekayaan mereka US$35 miliar atau sekitar Rp508 triliun.


"Daftar tahun 2018 ini istimewa karena ada empat pendatang baru, dan dua di antaranya relatif masih muda," kata pemimpin redaksi Forbes Indonesia, Taufik Darusman, kepada Famega Syavira dari BBC News Indonesia, Kamis (13/12).


Salah satunya adalah Danny Nugroho, presiden PT Bank Capital Indonesia, yang baru berusia 43 tahun, masuk ke peringkat 38 dengan kekayaan US$790 juta (Rp11,4 triliun).


Selain itu ada pula Benny Tjokrosaputro (49 tahun), cucu pendiri Batik Keris, di urutan 43 dengan kekayaan US$670 juta (Rp 9,7 triliun). Benny membangun perumahan dan hotel di berbagai kota di Indonesia.


"Selain itu, kebanyakan mereka yang masuk di daftar berhasil mempertahankan posisinya, menunjukkan bahwa mereka sudah mantap di masing-masing lini bisnisnya," kata Taufik.


Ini bisa dilihat dari posisi Hartono bersaudara yang telah menjadi orang terkaya di Indonesia selama 10 tahun terakhir.


"Jaraknya sangat jauh dengan peringkat dua, sehingga posisi mereka akan sangat sulit digeser. Meski demikian, konglomerat lain sangat berpotensi meningkatkan jumlah kekayaan mereka dalam jumlah besar meskipun tidak mengungguli peringkat pertama," kata Taufik.


10 orang terkaya di Indonesia :


#1 R. Budi & Michael Hartono $35 B conglomerate

#2 Susilo Wonowidjojo $9.2 B tobacco

#3 Eka Tjipta Widjaja $8.6 B palm oil

#4 Sri Prakash Lohia $7.5 B  petrochemicals

#5 Anthoni Salim $5.3 B diversified

#6 Tahir $4.5 B diversified

#7 Chairul Tanjung $3.5 B diversified

#8 Boenjamin Setiawan $3.2 B pharmaceuticals

#9 Jogi Hendra Atmadja $3.1 B consumer goods

#10 Prajogo Pangestu $3 B petrochemicals



Berdasarkan daftar 50 orang terkaya Indonesia pada 2018 versi Forbes, Hashim Djojohadikusumo menduduki peringkat 35 dengan total kekayaan 850 juta dolar AS atau Rp 12,782 triliun berdasarkan kurs tengah transaksi BI, Sabtu (15/12/2018).


Hashim saat ini menjabat Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.


Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyambut baik peningkatkan kekayaan para konglomerat. Meski begitu, hal itu bukan jadi perhatian utama pemerintah.


"Pemerintah ya gini, konglomerat penghasilan dan labanya (naik) bagus," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (14/12/2018).


"Yang perlu kita urusi ya yang (rakyat) kecilnya, biar meningkat. Jangan dipikirin kalau yang gede cepat, yang harus dipikirin yang kecilnya," sambung dia.


Berdasarkan daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes, aset bersihnya mencetak rekor baru dengan total nilai 129 miliar dollar AS atau naik 3 miliar dollar AS dari tahun lalu.


Jumlah itu setara dengan Rp 1.870 triliun (kurs Rp 14.500).


Bahkan enam dari 10 orang terkaya di Indonesia mengalami peningkatan kekayaan dibandingkan tahun lalu.


Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami titik terendah dalam hal persentase kemiskinan sejak tahun 1999, yakni sebesar 9,82 persen pada Maret 2018.


Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.


"Gini lah kolongmerat berkembang dengan cepat ya bagus. Tapi, buat negara itu kepentingannya itu yang kecil dan menengah itu juga bagus. Kalau sama-sama bagus kan keren," kata dia.


Pernah Diungkap Sandiaga Uno


Dikutip dari Kompasiana, seperti dituliskan Haihai Bengcu, Tomy Winata Taipan Artha Graha Group yang dituduh sebagai salah satu dari 9 naga, dalam jumpa pers di hotel Borobudur Jakarta, hari Minggu 13 Maret 2011, bersaksi:


“Jadi saya benar-benar bingung dengan istilah 9 naga itu. Saya kira itu mungkin hanya imajinasi mereka sendiri. Berpikir terlalu tinggi tentang diri saya. Udah gitu imajinasi tersebut dicantumkan sebagai keyakinan yang seolah-olah itu benar. Dan itulah muncul tuduhan-tuduhan yang cenderung merugikan image kami. Itulah kira-kira gambaran yang bisa saya sampaikan." 


Kerabatku sekalian, “Apakah 9 naga itu pepesan kosong?” Saya tidak tahu! Namun, Sandiaga Uno, pasangan Cagub DKI 2017 Anies Baswedan justru bersaksi menentang pernyataan pers Taipan Artha Graha Group.


Benarkah 9 naga bukan hanya fakta karena Sandiaga sudah mendatangi mereka satu demi satu?


Dalam diskusi di sekretariat Komite Jakarta Tentram, Jakarta Selatan, Minggu (12/9/2016), Sandi memberitakan: 


“Semua pengusaha saya datangi, termasuk 9 naga. Semua bilang jangan maju. Kenapa? Karena mereka tahu saya tidak bisa dikontrol. Padahal saya tidak meminta sepeser pun dari pengusaha. Jadi dia hembuskan ini pengusaha boneka, ada kepentingan," Semua bilang jangan maju katanya seperti yang dikutip beberapa mas media.


Kalau saja hadir dalam diskusi tersebut, saya pasti bertanya kepada Sandi, “Bro Sandi, untuk apa dikau mendatangi semua pengusaha termasuk 9 naga? Minta dukungan bin sumbangan atau ngajak Anies main TELOLET, mas, TELOLET?”


Kisanak, siapa yang bisa kita percayai? Tomy Winata yang bersaksi, “9 naga hanya imajinasi mereka sendiri,” atau Sandiaga Uno membual “Saya datangi 9 naga?”


Demi masyarakat Indonesia, silahkan melakukan konfirmasi wahai para wartawan. Minta Sandiaga menyebutkan nama-nama ke 9 naga dan bertanyalah kepada bapak Tomy Winata, “Benarkah Sandiaga mendatangi dan anda menasehatinya, Jangan maju?”


Menelaah 9 Naga


9 Naga? Di Indonesia banyak orang kaya. Di antara orang-orang kaya Indonesia itu banyak Tionghoanya. Maret 2016 yang lalu majalah Forbes menerbitkan daftar 50 orang terkaya Indonesia dengan kekayaannya masing-masing.


Siapa saja bisa menuduh siapa saja sebagai 9 Naga dengan alasan apa saja, namun hal demikian tidak ada gunanya.


Menjadi kaya itu kesempatan atau anugerah namun untuk tetap kaya dan makin kaya hanya dimungkinkan dengan kerja keras dan hidup hemat.


Menjadi kaya secara gaib? Kalau kesaktian demikian memang ada, mustahil orang-orang itu jahat karena membagi-bagi kekayaannya dengan murah hati tidak mungkin menjadikannya mereka miskin.


Kita tidak perlu takut dengan para pengusaha yang semakin kaya karena mereka rajin bekerja dan tidak boros.


Secara nasional bahkan secara internasional semua keuntungan para pengusaha kaya itu diusahakan kembali, bukan untuk hidup foya-foya.


Yang berbahaya dan merugikan masyarakat adalah korupsi dan nepotisme karena menggerogoti sumber daya negara untuk foya-foya.       


Jangan kuatir kalau para taipan itu semakin hari semakin banyak kekayaannya semua kekayaan mereka tidak dipakai untuk foya-foya namun bekerja keras.


Jangan takut mereka memimpin semakin banyak perusahaan karena perusahaan-perusahaan itu dibangun untuk usaha bukan untuk foya-foya.


Itu sebabnya saya tidak takut para taipan semakin kaya karena yang saya takuti adalah para penguasa yang menghalalkan segala cara untuk mengeruk sumber daya negera untuk foya-foya.


Saya tidak takut dan tidak kuatir Ahok dan Jarod memimpin DKI lagi karena kinerja mereka sebelumnya sudah teruji dan rencana kerja mereka selanjutnya sangat terpuji. 


Namun saya KESAL setengah mati melihat perilaku orang-orang tidak bertanggung jawab yang berlagak baik hati untuk membangun DKI padahal pencitraan dan janji-janji mereka TIDAK mungkin dilaksanakan untuk kemaslahatan masyarakat DKI. [Democrazy/Tribun]

Penulis blog