DEMOCRAZY.ID - Wakil ketua Partai Gelora, Fahri Hamzah menyoroti sikap Erick Thohir, yang belakangan ini diduga ikut berkampanye politik.
Erick Thohir berkeliling daerah dalam rangka kunjungan kerjanya sebagai menteri BUMN.
Namun mantan Wakil Ketua DPR tersebut tak meyakini itu, seiring beredarnya foto Erick yang dipajang di mana-mana.
Apalagi, nama Erick masuk ke sejumlah survei pemilu 2024 yang akan datang.
Fahri mengkritik Erick Thohir yang dinilai kerap menggunakan fasilitas negara untuk berkampanye.
"Menteri BUMN itu ngantornya di Jakarta saja nggak perlu keliling Indonesia, untuk apa anda ngurus korporat ? Korporat sudah ada dirutnya," tegas Fahri Hamzah dalam tayangan Kanal YouTube Refly Harun yang diunggah pada Sabtu, (24/12/2022).
Kampanye politik Erick Thohir juga diduga diselundupkan lewat perusahaan BUMN, salah satunya PT Pupuk Indonesia.
Fahri pun menilai kalau gerakan Erick sudah sangat politis. Apalagi saat Erick bertemu petani pupuk. Diakuinya, Erick tidak punya urusan terkait hal itu.
"Ketemu petani pupuk untuk memastikan pupuk, itu bukan urusan lo, urusan lo tuh ngeberesin supaya tidak bangkrut," tuturnya.
Setelah itu, Fahri melihat gerakan politik Erick yang lain saat gelaran MotoGP di Mandalika, Lombok. Perusahaan BUMN jor-joran jadi sponsor di sana, meski bangkrut.
"Begitu di Lombok kelihatan presiden dia senang, nggak ada masalah iklan jor-joran. BUMN bangkrut pun menjadi pengiklan utama. Begitu di Jakarta kelihatan penyelenggaranya tidak disukai oleh otoritas politik, di stop nggak ada satupun yang pasang iklan," ucapnya.
Erick diminta agar fokus bekerja untuk negara.
"Ini apa begini. BUMNnya mampus, Menterinya tambah populer," sambungnya.
Fokus Saja Kerja Nggak Usah Mimpi jadi Pemimpin
Wakil ketua Partai Gelora, Fahri Hamzah meminta menteri-menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin agar fokus bekerja.
Pasalnya, Fahri melihat pembantu presiden tersebut justru sibuk cawe-cawe ke dalam proses politik, utamanya soal pencapresan 2024.
"Menteri apalagi yang sebenarnya mendapat manfaat menggusur para kader parpol untuk menjadi menteri. Seharusnya mereka fokus saja jadi menteri tak perlu punya minat apapun untuk jadi pemimpin," tegas Fahri dalam tayangan Kanal YouTube Refly Harun dikutip pada Sabtu, (24/12/2022).
Mantan Wakil Ketua DPR RI tersebut menilai bahwa, menteri-menteri Jokowi yang berminat untuk menjadi pemimpin bangsa, melanjutkan perjalanan politik Jokowi, harus lahir dipersiapkan dari partai politik.
Bukan tanpa alasan, Fahri menyebut sistem politik Indonesia adalah presidensial.
Sistem presidensi atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif.
Pernyataan Fahri Hamzah tersebut seolah sedang menyindir Menteri BUMN Erick Thohir, yang belakangan ini juga melakukan kegiatan seperti Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden 2024.
Erick disebut-sebut berpotensi besar di pilpres 2024 mendampingi Ganjar Pranowo.
"Kalau tidak, itu namanya kandidat ýang diselundupkan di tengah jalan dan kita nggak tau ini kandidat punya siapa," tuturnya.
Sementara itu, Fahri juga mengingatkan kepada para pemimpin partai agar mempersiapkan kadernya dari awal, bukan karena popularitas dan bukan karena uang.
"Tapi karena orang itu udah di kader partai dan dipercaya untuk memimpin bangsa ini," jelas Fahri.
Terpisah, menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menilai Menteri BUMN Erick Thohir bisa jadi opsi paling ideal sebagai cawapres Ganjar.
Alasan Erick Thohir cawapres ideal Ganjar diyakini bisa memperkuat basis dukungan utamanya di kalangan NU.
"Karena kita tahu Pak Ganjar belum maksimal di kelompok NU sementara Erick Thohir dia figur orang kehormatan di Banser, dia juga aktif di organisasi NU," tuturnya.
Menurut Burhanuddin, Erick Thohir juga memiliki suara di non-NU, yakni kelompok anak muda dan kelompok berpendapatan Rp 5 atau 4 juta ke atas.
Kalau Erick Thohir dipinang Ganjar nantinya bisa punya potensi untuk menambah dukungan pada dua jalur.
Jalur pertama adalah jalur tradisional pendukung Ganjar dan Jokowi, jalur kedua adalah mereka yang selama ini tidak terlalu mendukung Jokowi tapi melirik Erick Thohir.
"Satu dari sisi pendapatan kedua dari sisi usia." tambahnya. [Democrazy/suara]