DEMOCRAZY.ID - Ekonom sekaligus Pengamat Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menyoroti pencopotan Marullah Matali dari posisi Sekretaris Daerah (Sekda) DKI.
Hal itu ditanggapi Achmad Nur Hidayat dalam tayangan di channel YouTube pribadi miliknya.
Dalam tayangan itu, Achmad Nur Hidayat menyinggung bahwa pencopotan itu merupakan keputusan berani oleh Penjabat (Pj) Heru Budi Hartono.
Achmad Nur Hidayat menegaskan bahwa masa jabatan Heru Budi bahkan belum genap dua bulan sejak dilantik pada 17 Oktober 2022.
"Saya kira Heru Budi Hartono ini baru saja diangkatkan 17 Oktober ya, belum 2 bulan lengkap. 17 Desember baru 2 bulan, tapi dia sebagai penjabat itu seolah-olah sudah seperti kepala daerah pemenang hasil Pilkada. Padahal dia ini dipilih tidak tidak melalui cara demokratis," ungkap Achmad Nur Hidayat dikutip NewsWorthy dari tayangan di channel YouTube pribadi miliknya, Rabu (7/12).
Lanjut, Achmad Nur Hidayat juga mengutarakan bahwa alasan terkait Heru Budi yang memiliki keberanian itu perlu adanya pembedahan lebih lanjut.
"Nah kenapa dia punya satu Keberanian, sangat percaya diri sekali untuk melakukan perombakan-perombakan, saya kira ini sesuatu yang menarik untuk dibedah," ujar Achmad Nur Hidayat.
"Yang terakhir ini adalah memecat Sekda Marullah Matali," lanjutnya.
Achmad Nur Hidayat menilai bahwa Marullah Matali merupakan sosok pejabat yang sangat dibanggakan warga asli Betawi. Hal itu juga karena Marullah adalah warga asli Betawi.
"Sekda ini adalah orang Betawi asli dan saya kira orang Betawi sangat bangga sekali ya meskipun Gubernur DKI ini bukan orang Betawi, karena orang Betawi mungkin memahami ini kota besar, kota metropolitan, terdiri banyak suku bangsa yang gak apa-apa lah Gubernur ataupun wakil gubernur bukan orang Betawi," papar Achmad Nur Hidayat.
"Tapi orang Betawi punya satu kebanggaan kalau sekdanya yaitu orang nomor satu birokrasinya adalah orang Betawi. Dan saya kira sosok Marullah ini adalah sosok yang memang sangat dibanggakan oleh warga asli dari kota ke Jakarta," tandas Achmad Nur Hidayat. [Democrazy/NW]