DEMOCRAZY.ID - Tragedi km 50 kembali mencuat setelah Habib Rizieq Shihab beberapa waktu lalu kembali menggugat tewasnya lascar Front Pembela Islam.
Tak hanya Habib Rizieq, salah satu anggota dewan Fadli Zon juga beberapa waktu lalu mengungkapkan pegakuannya saat dirinya memantau langsung kejanggalan selang beberapa jam setelah 6 laskar FPI.
Rizal Fadilah salah satu pengamat Politik dan Agama mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara Satgassus Merah Putih dengan kematian 6 laskar FPI tersebut.
Dalam sebuah pertemuan yang di tayangkan di Salwa Media Channel, peran Tito Karnavian di Satgassus Merah Putih dikupas Rizal Fadilah dan di pertanyakan apakah Mendagri tersebut terseret dalam tragedi km 50.
Satgasus ini dibuat pada masa Tito Karnavian, saat itu Tito Karnavian sebagai Kapolri membuat Satgasus Merah Putih dan sebagai ketua adalah Idham Aziz serta sekretarisnya adalah Ferdy Sambo.
Menurut Rizal terdapat 5 indikasi bahwa Satgassus Merah Putih terlibat dalam pembunuhan atau tragedi km 50 yang menewaskan 6 laskar FPI pengawal HRS.
Indikasi pertama adalah Divpropam telah menugaskan 30 anggotanya di peristiwa km 50, di mana Kadivpropam dan Kepala Satgassus adalah Ferdy Sambo.
Dimana peran Satgassus tersebut penyelidikan dan penyidikan untuk tidak pidana yang menjadi perhatian pimpinan baik pimpinan kepolisian maupun negara.
Tampilnya Karopaminal Mabes Polri Irjen Hendra Kurniawan dan Kapolda Metro Jaya Irjrn Fadli Imran serta Pangkam Jaya Jenderal TNI Dudung Abdulrahman saat melakukan presscom setelah tewasnya 6 laskar FPI.
“Kemudian indikasi ke tiga dimana Pimpinan Propam sekaligus Satgassus dalam operasi km 50 AKBP Handik Husein dan ini merupakan dia merupaka tim Sambo,” tambah Rizal.
“Dialah yang mengomando semua operasi dilapangan,” papar Rizal.
Sedangkan indikasi ke empat menurut Rizal adalah AKBP Ari Cahya Nugraha alias Acay yang merupakan anak buah Sambo juga yang berperan merekayasa CCTV.
Bahkan di pengadilan Jakarta Selatan dalam sidang Sambo, salah satu saksi yaitu Arif Rahman Hakim mengatakan bahwa Acay merupakan orang yang berperan dalam hal berkaitan dengan CCTV di km 50.
Indikasi kelima adalah keterangan dari Komnas HAM tentang keterlibatan instansi lain, apakah itu BIN dengan indikasi adanya operasi Delima atau instansi lain tersebut Satgassus.
Satgassus merupakan lembaga yang tidak memiliki landasan struktural dalam kepolisian resmi dengan tugas yang spesifik dalam ruang-ruang tertentu.
“Kemudian ada juga indikasi Land Cruiser hitam yang ada di ruang garasi Sambo,” tambah Rizal.
“Dengan kelima indikasi ini, kasus tragedy km 50 harus dibuka kembali,” tambah papar Rizal.
Kejanggalan Kasus KM 50 Versi HRS, Bukan Baku Tembak, Warga Bilang Polisi Sempat Sorak Senang
Habib Rizieq Shihab atau HRS membuka kembali kejanggalan kasus KM 50 atau yang disebut polisi Unlawaful Killing 6 laskar FPI.
Imam besar FPI itu merinci kejadian pada 7 Desember 2020 di KM 50 Tol Jakarta Cikampek arah Karawang.
Menurut HRS, skenario baku tembak polisi dengan laskar FPI hingga menewaskan 6 orang adalah bohong.
HRS mengatakan, 6 laskar FPI diikuti, ditembak dan ditangkap, laskar kata HRS tidak melakukan perlawanan sebagaimana yang dirilis polisi yang mengatakan ada perlawanan sehingga terjadi baku tembak.
6 laskar FPI malam itu, 2 orang disebut HRS dalam keadaan terluka, ditembak dan 4 orang lainnya masih segar sehat bugar.
Mereka dibawa hingga di titik KM 50. Setibanya di lokasi, 4 orang yang masih segar bugar itu diturunkan dari mobil dan disuruh tiarap di atas aspal jalan tol. Dua orang lainnya yang terluka, dibiarkan dalam mobil.
"Mestinya SOP polisi itu kalau habis nembak orang, sudah dilumpuhkan harus dibawa ke rumah sakit.Bukan dibiarkan darahnya mengalir sampai meninggal dunia. Itu SOP," kata HRS dalam video yang beredar Selasa 8 November 2022.
Situasi itu berlangsung beberapa menit hingga sebuah mobil Land Cruiser warna hitam datang. Kata HRS, itulah komandannya.
"Jadi mereka menunggu beberapa waktu,ada yang bilang 15 menit, ada yang bilang 30 menit, artinya 2 orang yang luka di mobil selama waktu tersebut terus mengeluarkan darah tanpa dihentikan".
HRS menegaskan, bahwa saksi di KM 50 melihat bahwa 6 laskar FPI itu dibawa dalam keadaan masih hidup .
"Warga KM 50 melihat saat 6 laskar FPI dibawa, yang 2 terluka yang 4 sehat segar bugar. Jadi yang 4 diturunkan dari mobil disuruh tiarap di aspal. Yang satu sekarat duduk di samping sopir, itu tidak diturunkan dulu, begitu juga yang kena pahanya itu tidak diturunkan," jelas HRS dalam video yang beredar di Twitter Selasa 8 November 2022.
"Hanya 4 dulu yang diturunkan, mereka sedang apa, mereka menunggu datangnya mobil Land Cruiser hitam datang sebagai komandan mereka," sambung HRS.
"Kemudian kata warga, mereka bersalaman begini (HRS menyontohkan tangan kanan diulurkan telungkup,red) seperti orang bertanding voli begitu, kemudian mereka bersorak, seolah-olah mereka senang, sudah menang. Nah dari situ, si komandan memberikan arahan, baru yang dimobil 2 digotong dipindagkan ke mobil lain. dan yang 4 juga dimasukan ke mobil yang lain sudaram," tambah HRS di hadapan jamaah.
HRS kemudian meminta Kapolri Listyo Sigit menepati pernyataannya, akan membuka kembali kasus KM 50 apabila ada novum baru.
Dalam hal ini, HRS meminta Kapolri Listyo Sigit untuk mencari kembali CCTV kasus KM 50.
Karena CCTV itu adalah bukti bahwa 6 laskar FPI tidak tewas dalam peristiwa baku tembak. Dan tidak ada skenario baku tembak.
"Kami minta kepada Kapolri pernyataan kepada jaksa penuntut umum Sambo itu dijadikan sebagai masukan. Sebagai modal. Digali terus!, periksa itu semua geng km 50 cari itu CCTV ada dimana!, karena sisi tersebut akan mengungkap, bahwa laskar masih hidup di KM 50, akan mengungkap bahwa mobil polisi yang hadir di KM 50 tidak ada satupun yang luka ataupun tergores, CCTV itu kunci, tolong dicari pak, tolong dicari,selidiki pak, CCTV dimana. Agar kami tidak suudzon (prasangka buruk,red) terhadap polisi, karena masih banyak polisi yang baik pak, masih banyak jenderal yang baik pak. Jangan sampai kami curiga kepada semua polisi," jelas HRS. [Democrazy/DW]