DEMOCRAZY.ID - Pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Saiful Mujani, protes pemilihan rektor UIN yang dipilih langsung oleh Menteri Agama (Menag).
Cara tunggal pemilihan rektor UIN diputuskan menag dinilai suatu kebodohan.
Saiful Mujani protes pemilihan Rektor UIN oleh Menag dituangkan dalam satu utas di media sosialnya. Utas protes itu dibagikan kepada wartawan, Jumat (14/11/2022).
Saiful Mujani mendengar kabar pemilihan rektor UIN Jakarta tak transparan.
"Dapat kabar, seleksi calon rektor tempat saya ngajar, UIN Jakarta, akan diadakan di Hotel Shangri-La Surabaya. Calon yang akan diseleksi juga semuanya dari Ciputat. Tim yang menyeleksi juga hampir semua dari Depag, Jakarta. Mengapa di Hotel Shangri-La Surabaya, bukan di Depag, Jakarta, atau UIN Ciputat?" katanya.
Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) itu menjelaskan pemilihan rektor UIN yang tidak dilakukan oleh internal kampus sendiri seperti kampus pada umumnya. Menag memiliki kuasa dalam menentukan sosok rektor UIN.
"Prosedur pemilihan rektor di UIN atau di bawah Depag pada intinya tidak ditentukan oleh pihak UIN sendiri seperti oleh senat, melainkan oleh Menteri Agama seorang diri. Mau-maunya menteri aja mau milih siapa. UIN dan senat universitas tidak punya suara. Ini seperti lembaga jahiliah," ujarnya.
Kampus UIN, kata Saiful, hanya melakukan administrasi di awal pemilihan rektor.
Nama-nama itu kemudian diserahkan ke Kementerian Agama, lalu diputuskan oleh menteri.
"Pihak senat UIN hanya mencatat siapa yang daftar dan memenuhi syarat. Hasil inventaris senat diserahkan oleh rektor ke Depag untuk diseleksi oleh tim. Tim ini kemudian memilih beberapa nama untuk diajukan ke menteri. Lalu menteri sendiri yang milih," ucap Saiful.
Jauh-jauh hari, kata Saiful Mujani, pernah memprotes cara pemilihan rektor hanya lewat keputusan menteri agama.
Namun, protes itu tidak didengar dan pemilihan rektor hanya lewat menteri tetap berlanjut.
"Transparansi tidak nampak. Kasak-kusuk lobi alternatifnya. Sebagai guru di kampus ini malu rasanya. Saya pernah bersuara agar pemilihan rektor dengan cara jahiliah ini diboikot saja. Tapi tidak ada yang dengar," ucap Saiful Mujani.
"Sebelum kebijakan cara pemilihan rektor seperti sekarang, rektor UIN/IAIN dipilih oleh senat guru besar, dan telah melahirkan rektor-rektor yang kami hormati, kami cintai, dan kami banggakan seperti almarhum Prof Harun Nasution, almarhum Prof Azyumardi Azra," imbuhnya. [Democrazy]