DEMOCRAZY.ID - Jazilul Fawaid selaku Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memberikan pendapatnya tentang politik identitas yang dituduhkan kepada Anies Baswedan.
Dihadapan wartawan, Jazilul Fawaid mengaku merasa curiga jika ada pihak yang ingin mencoba untuk menjatuhkan Calon Presiden (Capres) Partai Nasional Demokrat (Partai NasDem), Anies Baswedan.
“Lihat saja ketika menjadi Gubernur, ketika menjadi aktivis, ketika menjadi, enggak ada. Itu semua, menurutnya saya sedang dibuat semacam pembusukan kepada Pak Anies,” ujar Jazilul Fawaid, Kamis 24 November 2022.
Oleh karena itu, Jazilul Fawaid meminta kepada para pihak yang menuduhkan politik identitas kepada Anies Baswedan untuk membuktikannya.
“Di mana politik identitasnya Pak Anies? Di mana rekam jejak politik identitasnya Pak Anies? Saya harus sampaikan ini supaya tidak salah paham,” katanya.
Pria yang berprofesi sebagai Wakil Ketua MPR ini berpendapat agama Islam selalu menjadi keyakinan yang dipergunakan oleh pihak tertentu dalam ajang pemilihan suara.
“Selalu agama ini menjadi korban dianggap politisasi agama berbahaya, memang. Tapi lebih dari itu menurut saya kita juga harus mewaspadai bahayanya politisasi hukum, politisasi kapital,” tuturnya.
Jazilul Fawaid menyayangkan bahwa hingga saat ini masih ada yang memanfaatkan politik identitas untuk menjatuhkan pesaingnya.
Selain politisasi agama, Jazilul Fawaid menilai politisasi kapital juga harus diawasi oleh masyarakat Indonesia.
“Ada kelompok yang mengatasnamakan agama, seperti halnya juga politisasi kapital, ada segelintir elit kekuasaan pemilik modal yang ngatur, ini juga harus diwaspadai juga,” ucapnya.
Sebagai informasi, dalam acara Munas HIPMI di Solo, Presiden Jokowi menasehati para Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk tidak menggunakan isu SARA dan politisasi agama ketika bertarung di Pemilu 2024.
“Jangan sampai panas. Apalagi bawa-bawa politik SARA, tidak, jangan. Politisasi agama, tidak, jangan,” tegas Jokowi.
“Politisasi agama kita sudah merasakan dan itu terbawa lama. Hindari ini. Lakukan politik gagasan dan ide. Tapi jangan masuk ke politik SARA, politisasi agama dan identitas. Jangan. Sangat berbahaya,” sambungnya.
Orang nomor satu di Indonesia ini menambahkan kalau kondisi dunia sedang tidak stabil, sehingga diharapkan pertarungan politik nanti tak akan memperburuk situasi saat ini.
“Saya titip, pada kondisi dunia yang rentan saat ini semua menjaga agar kondusifitas dan situasi politik itu tetap adem. Kalau bisa, kalau enggak bisa ya anget, tapi jangan panas,” pungkasnya. [Democrazy/terkini]